Mebarung bersama antar sekaa gong dalam satu kabupaten/kota memberi dampak estetik yang berbeda pada Pesta Kesenian Bali (PKB) 2022 ini. Tiga sekaa gong dari grup yang berbeda dalam satu kabupaten/kota bisa melakukan garapan bersama, dan memunculkan sensasi yang berbeda, bukan hanya bagi kalangan penonton, tapi juga bagi seniman itu sendiri.
Penggarapan bersama itu dilakukan tiga sekaa gong kebyar yang sama-sama menjadi duta Kota Denpasar pada PKB tahun ini. Mereka menggarap fragmen “Amertaning Wimala Bhuana” saat tampil di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali, Kamis (23/6/2022).
Tiga sekaa gong dari Denpasar itu adalah Sekaa Gong Kebyar Dewasa Cittha Gurnita Kanti, Desa Dauh Puri Kauh (Kecamatan Denpasar Barat), Sekaa Gong Kebyar Anak-Anak Buana Swara Murti, Banjar Ambengan, Desa Peguyangan Kangin (Kecamatan Denpasar Utara), dan Sekaa Gong Wanita Gita Widya Swari, LPM Kelurahan Renon (Kecamatan Denpasar Selatan).
Awalnya mereka membawakan garapan masing-masing. Kemudian mereka tampil dalam satu fragmentari bersama.
Sekaa Gong Kebyar Dewasa Cittha Gurnita Kanti, Desa Dauh Puri Kauh membawakan Tabuh Pat Pepanggulan Wari Drawa dan Tari Tenggek. Selanjutnya Sekaa Gong Kebyar Anak-Anak Buana Swara Murti, Banjar Ambengan, Desa Peguyangan Kangin akan membawakan Tabuh Kreasi Muni Dwara Murti Candra dan Tari Kreasi Katak Ngongkek. Sementara Sekaa Gong Wanita Gita Widya Swari, LPM Kelurahan Renon akan mebawakan Tabuh Kreasi Sekar Kemuda dan Tari Puja Prasamya.
Setelah masing-masing menampilkan garapan, tibalah pada puncak pertunjukan yakni ketiga sekaa menampilkan satu garapan yang sama yakni fragmentari kolaborasi berjudul ‘Amertaning Wimala Bhuana’.
Garapan ini menceritakan tentang Sang Aji Darma yang terbelenggu oleh janjinya, tidak boleh menyampaikan apapun yang terkait dengan anugerah yang didapatkan. Akan tetapi, dalam kehidupannya Sang Aji Dharma tidak bisa mengendalikan dirinya, sehingga terjadilah petaka yang menyebabkan ketersinggungan sang istri Diah Satyawati yang berujung duka.
Dalam keadaan bersedih, akhinya Sang Aji Dharma memutuskan untuk menyusuri hutan belantara guna melakukan yoga semedi, menuju damai untuk mendapatkan ketenangan yang hakiki di dalam dirinya. Dalam petapaanya,
Sang Aji Dharma dipertemukan dengan sosok seorang dewi yaitu Dewi Ambika yang sangat mirip dengan sang istri, dan timbullah rasa cinta diantara mereka. Namun Sang Aji Dharma kembali mengulangi kesalahannya, yang menyulut kemarahan Dewi Ambika dan berubah menjadi Kalikamaya.
Dengan pembelaan Sang Aji Dharma beliau pun berubah menjadi Singa Anabrang, sehingga perang dasyat pun tidak dapat dihindarkan. Perihal tentang permasalahan yang terjadi dalam cerita tersebut, membuat kesucian alam semesta terkoyak dan ternodai sehingga Dewa Siwa turun ke dunia unuk memercikkan Amertaning Wimala Bhuana, air kehidupan untuk menyucikan dan membersihkan alam semesta dari hawa nafsu serta perilaku makhluk hidup di dunia ini.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara mengakui jika sajian Gong Kebyar Kota Denpasar tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya karena format mebarung dalam satu panggung yang ditentukan oleh provinsi.
Namun demikian, penampilan mebarung tersebut juga tak kalah mendapatkan apresiasi dari penonton. “Ini yang pertama kalinya, tiga barungan gong kebyar tampil dalam satu panggung, dimana akan ditampilkan Fragmentari Amertaning Wimala Bhuana sebagai penampilan puncak, semangat berikan yang terbaik,” jelasnya.
Disinggung soal proses kreatif, Raka menjelaskan bahwa setelah penunjukan sekaa yang akan tampil, ketiga sekaa tersebut langsung melakukan proses latihan selama kurang lebih empat bulan. Ketiganya latihan secara terpisah, namun ketika penggarapan fragmentari mereka beberapa kali latihan bersama.
“Jadi untuk fragmentari itu kan ada beberapa babak, jadi ada bagian yang mereka latihan terpisah dan ada juga yang latihan bersama. Karena ada beberapa bagian di fragmentari itu yang melibatkan semua penari, jadi di situlah mereka latihan bersana untuk pemantapan,” bebernya.
Sementara itu untuk penunjukan Duta Kota Denpasar untuk Sekaa Gong Kebyar, diakui Raka Purwantara, melalui pemetaan potensi di masing-masing kecamatan, seleksi, dan pembinaan.
“Setiap tahunnya kami petakan potensinya di empat kecamatan ini. Tahun depan tentunya berbeda lagi Sekaa yang akan mewakili, sesuai dari hasil pemetaan. Seperti tahun ini, dari hasil pemetaan kami menunjuk wakil dari Denpasar Barat, Denpasar Utara dan Denpasar Selatan untuk parade Gong Kebyar,” tandasnya. [T][Ado/*]