10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sekali Lagi Tentang LGBT, Sebuah Kisah

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
May 23, 2022
inEsai
Sekali Lagi Tentang LGBT, Sebuah Kisah

Minggu pagi itu, saya terbangun di pagi buta. Saya tak mau ketinggalan bis Putra Jaya yang akan berangkat tepat jam setengah enam pagi. Saya mau pulang kampung ke Dapdap Putih di Busungbiu, Buleleng, dua jam perjalanan dari  terminal  Banyuasri, Singaraja. Bis ini adalah satu- satunya angkutan umum yang bisa mengantar saya pulang, tepat di depan rumah saya, nun jauh di atas bukit.

Saya menulis ini di sebuah grup percakapan yang melibatkan teman- teman seprofesi dengan minat yang sama . Kebetulan saat itu kita sedang berdiskusi tentang LGBT, kebetulan berikutnya, seorang rekan sudah mengunggah tulisan tentang  tema serupa di media online.

Saya rasa ini lebih dari cukup untuk memantik perbincangan yang serius tentang LGBT. Tetapi seperti yang sudah saya duga, tak ada respon antusias dari peserta grup perbincangan. Bahkan secuil kisah saya pun tak ada yang ingin menanyakannya lebih lanjut.

LGBT, seperti ditulis panjang lebar oleh senior saya di media ini. LGBT, Perseteruan Panjang Hak Melawan Aib. Antara ada dan tiada, keberadaannya samar- samar terlihat namun tak sepenuhnya diakui.Kita baru serius menanggapinya saat ada kerabat dekat yang terindikasi, begitu memang lazimnya.

LGBT, Perseteruan Panjang Hak Melawan “Aib”

Senior saya telah menjelaskan panjang lebar fenomena ini secara ilmiah, termasuk  memaparkan situasi terkini sikap masyarakat terhadap mereka. Meskipun contoh yang dipakai situasi di dunia barat, dan negeri  tetangga yang memang secara kualitas pemikiran dan rasionalitas harus diakui diatas rata rata masyarakat kita.

Untuk membuatnya lebih paripurna, saya akan coba melengkapi informasi tentang fenomena LGBT ini dari khazanah kejadian lokal, penanganan sederhana oleh keluarga, baik yang pernah penulis alami, dengar dan amati dari lingkungan terdekat maupun cerita orang orang yang pernah bersinggungan dengan mereka yang mungkin terduga LGBT.

Ada baiknya saya lanjutkan cerita saya dulu, sebagai pintu masuk kita membicarakan fenomena ini.

Waktu saya masih kelas 2 SMA, saya sekolah di kota Singaraja, tinggal di tempat kost dekat dengan sekolah. Setiap minggu saya biasanya pulang kampung menengok orang tua. Ghalibnya  saya pulang Sabtu sore dan kembali Senin dini hari. Kebetulan saat  itu saya sekolah sampai sore, jadi tak dapat angkutan umum, mesti menunggu Minggu pagi untuk bisa pulang kampung naik bis.

Dari kost saya berjalan kaki, berharap ada mobil bemo yang lewat untuk saya tumpangi ke terminal Banyuasri. Sekian lama saya berjalan, tak satupun ada bemo melintas. Sampai akhirnya di Jalan Pramuka , depan pura Jagatnatha ada seorang bapak-bapak naik motor berhenti  mau menawarkan boncengan.

Saya ingat sekali wajah dan sepeda motor bapak itu. Entah dapat bisikan siapa, saya tak mau ikut bapak itu. Sambil menawarkan boncengan, bapak itu mengeluarkan kata-kata cabul, yang bisa saya nilai saat itu. Saya sangat takut, saya lari sekencangnya, sepanjang jalan Pramuka sampai akhirnya di Jalan Ahmad Yani ada bemo yang lewat dan langsung saya menaikinya sampai di terminal Banyuasri.

Begitulah kejadian yang saya alami saat usia remaja dulu, memang terkesan remeh tapi buktinya tak bisa saya lupakan sampai umur saya mendekati setengah abad ini. Di kemudian hari dapat saya simpulkan, bapak ini adalah seorang fedofil, dia mengincar anak anak, khususnya lelaki untuk dijadikan obyek seksualnya. Lengkapnya  bapak ini adalah seorang LGBT (gay) sekaligus seorang  pedofil, seseorang yang menikmati hubungan seksual dengan orang yang umurnya masih anak- anak atau remaja.

Coba saya berandai-andai, saat itu saya ikut boncengannya, lalu saya jadi korban, tak terbayangkan saya bisa menjadi dokter seperti sekarang. Kemungkinan lain, siapa tahu ada anak lain yang jadi korbannya saat itu, bisa dibayangkan korbannya mengalami penderitaan psikis dan kemungkinan terburuknya akan lahir seorang calon pedofil baru, karena mereka yang pernah jadi korban, biasanya akan mencari mangsa, begitu yang pernah saya baca.

Kemungkinan sangat buruk terakhir, barangkali bapak itu hanya satu diantara sekian gay aka pedofil yang berkeliaran di kota kecil kita Singararaja, di awal 90- an. Bayangkan jika jumlahnya lebih banyak, bisa kita takutkan situasi yang kita alami di tahun 2020 ini. Fenomena gunung es tentang kejadian perundungan seksual pada anak anak dan remaja kita. Dengan segala residu psikis dan mental pada para korbannya.

Mendulang Kesadaran Palsu Perempuan Bali di Arena Judi “Meceki”

Mengutip tulisan senior saya di media ini, tak ada yang salah dengan mereka yang terindikasi LGBT ini, mereka baru menjadi masalah hukum, saat sudah bertindak seperti bapak tadi. Ingin menyalurkan hasrat seksualnya pada yang bukan pasangan dan masih berusia anak.

Pada sebuah kolom konsultasi psikologi di media terkemuka pernah saya baca. Seorang lelaki remaja lelaki umur 16 tahun berkonsultasi pada psikolog, takut kalau dirinya seorang Homo.

Seorang remaja pria dengan penampilan kemayu, wajah dan kulit halus seperti anak wanita. Ternyata setelah ditelusuri, sekian tahun sebelumnya pernah mengalami perundungan seksual , dijadikan obyek fantasi seksual oleh saudara sepupunya laki laki yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan dalam hal ini tak bisa kita nafikan.

Kalau mau jujur, di sekitar kita pasti banyak kita temukan orang orang dengan gejala seperti ini. Dalam kondisi paling ringan adalah mereka yang tak menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis laiknya individu normal. Yang saya amati, dan berdasarkan cerita yang saya dengar, perlakuan dan cara mereka beradaptasi dengan lingkungan sudah mulai berubah.

Di masa lalu, mereka yang terkesan agak banci, biasanya dipaksa dan dicarikan jodoh oleh keluarganya. Dan terbukti  bisa membina rumah tangga yang bertahan lama, terlepas dari bagaimana kehidupan “suami-istri” mereka, bukanlah hak kita untuk mengetahuinya. Seiring terbukanya dunia, ditambah perkembangan pariwisata dan banyaknya orang asing masuk ke Bali. Mereka yang merasakan dirinya lain dari orang normal ini mulai berani membuka diri, hidup di kota, tak bisa didikte lagi oleh keluarga untuk berumah tangga.

Bahkan saya punya teman kuliah yang terbuka megabarkan dirinya mempunyai pacar sejenis di media sosial. Tapi sisi negatifnya ada juga yang terjerembab ke hubungan yang tak bertanggung jawab, hingga mengidap penyakit kelamin, begitu cerita yang saya dengar tentang mereka yang mengalami disorientasi seksual ini.

Saya teringat kuliah guru saya LK Suryani, dalam hal penanganan kelainan jiwa, kita di Indonesia, Bali khususnya sedikit lebih baikdibandingkan dengan di luar sana. Karena peran keluarga yang masih sangat besar dalam hal menangani anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Termasuk dulu saat mereka yang dianggap memiliki kelainan orientasi seksual ini pun, akan dipaksa dinikahkan dan terbukti kehidupan pun tetap berjalan seperti orang normal lainnya. Pendekatan seperti ini yang tak bisa kita lakukan hari ini, saat eranya keterbukaan dan issu HAM yang sensitif.

Jadi terlepas dari penyebab mereka menjadi LGBT yang memang cukup kompleks dan tak bisa hanya dipandang dari satu sudut saja. Kita , kami kalangan medis, masyarakat umum seyogyanya lebih berfokus ke pencegahan dan mengetahui lebih dini kalau ada anggota keluarga kita yang ada gelagat demikian sejak usia dini. Saat anak laki-laki kita terlihat kemayu, libatkan dia dalam aktifitas kasar seperti olah raga dan out door.

Keluarga yang mengharap anak lelaki diantara sekian anak wanita yang sudah ada, jangan perlakukan putri kita laiknya anak lelaki seperti yang kita idamkan. Karena itu merupakan salah satu pemicu dia menjadi lesbian di kemudian hari, paling minimal tak punya ketertarikan pada laki laki. Belajar dari kasus yang saya sebutkan di atas, tolong perhatikan pergaulan anak anak kita. Jangan mentoleransi perundungan  sekecil apapun. Anak yang terlihat berbeda biasanya rentan menjadi korban perundungan teman sebayanya. Kita mesti tegas menyikapi hal tersebut.

Berkaca pada situasi yang pernah saya alami, kita selaku orang tua mesti dari awal mengajarkan tentang tubuh dan pengetahuan seksual pada anak-anak kita. Jangan lagi menganggap itu sebagai hal yang tabu. Ajarkan anak untuk berani melawan kalau menemukan situasi  seperti  yang saya alami itu. Terlepas dari kondisi itu bukanlah sesuatu yang salah, tapi saat  dilakukan secara paksaan kepada orang lain yang bukan pasangan, apalagi anak di bawah umur. Jerat hukuman yang berat saya ingat pantas untuk mereka, kalau tak salah diatas 10 tahun. Dan dengan adanya undang-undang terbaru perlindungan kekerasan seksual yang sudah disahkan , kita selaku orang tua sedikit lebih tenang melepas anak anak kita beraktifitas di luar rumah karena sudah ada perlindungan dari ngara.

Maskulinitas Perpolitikan Indonesia: Glass Ceiling bagi Perempuan dalam Ranah Politik

Biar tak terkesan terlalu serius, saya ingin menceritakan sebuah kisah yang saya sendiri ragukan kebenarannya. Saat itu menjelang piala dunia di Korea dan Jepang tahun 2002. Sesuai hasil undian timnas Argentina berada satu grup dengan  timnas Inggris . Pada satu kesempatan terlihat David Beckham sang ikon  lelaki metroseksual beraksi di televisi. Spontan salah satu anggota timnas Argentina yang tak disebutkan namanya berteriak histeris,” Ya Tuhan, gantengnya, andai nanti bertemu di lapangan, alih alih menjegalnya, saya akan menciumnya”. Nah lu.

Saya jadi teringat tulisan di sebuah kolom psikologi koran dari seorang psikolog wanita. Pada dasarnya setiap individu mempunyai kecenderungan homo (seksual) dan hetero (seksual) dalam dirinya dengan proporsi yang bervariasi. Mereka yang gay atau lesbian mungkin mempunyai kadar homo yang sangat besar. Coba kalau kita melihat seorang wanita yang cantik mempesona lewat di depan kita, pasti  ada sedikit getar aneh  yang kita rasakan, begitu tanyanya pada sesama wanita yang mungkin membaca tulisannya.

Pertanyaan terakhir saya kepada pembaca lelaki pastinya. Andaikata seorang yang ganteng, misalnya Arya Saloka melintas di depan kalian, apa yang kalian rasakan. Tak usah dijawab, simpan saja jawabannya. Kapanpun anda menganggap seseorang itu terindikasi LGBT khususnya gay, bisa dibuka kembali jawaban anda itu, Tabikkk.[T]

Tags: LGBT
Previous Post

Tentang IQ, Apa Mau Dikata

Next Post

Kisah 8000 Kepal Tanah dari Gusti Dalem: Temuan-temuan Pada Jajan Suci

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Kisah 8000 Kepal Tanah dari Gusti Dalem: Temuan-temuan Pada Jajan Suci

Kisah 8000 Kepal Tanah dari Gusti Dalem: Temuan-temuan Pada Jajan Suci

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co