10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Beda Agama, Menikah, dan Setelah Itu | Dari Pemutaran dan Diskusi Film Pendek “Ratna” di Mash Denpasar

Jong Santiasa PutrabyJong Santiasa Putra
May 13, 2022
inKhas
Beda Agama, Menikah, dan Setelah Itu | Dari Pemutaran dan Diskusi Film Pendek “Ratna” di Mash Denpasar

Salah satu adegan dalam Film Ratna

Rabu , 11 Mei 2022, Film berjudul Ratna yang disutradarai oleh Hendry Wahana diputar di Mash Denpasar, Jalan Pulau Madura No 3, Denpasar. Penontonnya sebagian besar adalah aktor dan kru yang terlibat,  sebagian kecilnya adalah kawan-kawan yang khusus diundang untuk memberikan masukan, kritikan, makian atas film pendek tersebut.

Malam yang hangat, saya dan beberapa kawan mengobrol santai sambil ditemani kopi panas, dan bakpao mini sebelum pemutaran dimulai. Penonton tidak hanya berasal dari Denpasar, ada juga dari Bangli, Tabanan dan Buleleng. Siska selaku produser sedari tadi mengecek atas kedatangan mereka, sejak dua hari sebelum pemutaran ia mewanti-wanti agar undangan mengkonfirmasi kedatangan mereka, karena ini menyangkut kuota duduk di Mash – 30 orang maksimal.

Foto: Saya saat diskusi film pendek Ratna di Mash Denpasar

Acara dimulai pukul 19.10, 10 menit telat dari yang terjadwalkan. Memang pemutaran ini kesannya ekslusif karena semua penontonnya saling mengenal. Namun ada beberapa penonton yang belum mengenal Hendry. Perlu diketahui Hendry dan Siska belum setahun pindah ke Bali, kebetulan Hendry merupakan teman sepergaulan saya di Surabaya. Kami sering terlibat dalam sejumlah proyek kreatif, sering gontok-gontokan gagasan, sering adu pendapat, tapi karena itulah kami sering berkarya bersama.

“Jong, kau makelar penonton yah sekarang?!” kelakar seorang kawan yang baru saja datang. Cukup jeli juga ia membaca situasi.

Dengan sengaja, saya mengundang kawan-kawan yang memiliki latar belakang berbeda, ada linguistik murni, ada peneliti lontar, ada penulis, sastrawan, desain grafis dan lain sebagainya. Wacana interdisplin ini menarik untuk dibawa ke ruang-ruang diskusi untuk mengapresiasi sebuah karya bersama. Sebagai film ia dapat dinikmati, sebagai karya diluar film – menyangkut  sistem kultural atau isu diluar film, juga turut mendapat perhatian. Apa pentingnya sebuah karya hadir ditengah kita. Sederhananya film ini sedang mengacu atau mengarah pada isu apa?

Setelah Hendry Wahana memberi pemaparan singkatnya, Ratna di-play. Kami menonton kurang lebih 15 menit. Setelah itu diskusi santai dimulai. Hendry menjelaskan tentang ide karya ini, sebenarnya sudah terpendam cukup lama hampir dua tahunan, hanya dibicarakan, dibincangkan, belum dieksekusi.

Film pendek Ratna mengisahkan tentang seorang perempuan yang dulunya beragama Hindu kemudian menikah dengan suami yang beragama Islam. Namun sayang tidak berselang lama setelah pernikahan, sang suami meninggal. Ratna bingung, harus kemana ia berpijak, menjadi Islam lalu tinggal bersama keluarga suami di luar Bali. Atau kembali ke rumahnya, bersama ajik (ayah) dan biang (ibu). Ratna diceritakan berasal dari keluarga berkasta pada masyarakat Bali.

“Saya sempat kebingungan akan mengeksekusi karya ini, di Bali atau Yogjakarta, sebab pilihan kami pindah dari Surabaya ada di dua kota tersebut. Akhirnya di Bali,” katanya sambil tertawa.

Ia menjelaskan lebih lanjut, bahwa isu ini cukup seksi dibicarakan di Indonesia, tentang pernikahan berbeda Agama. Tapi dalam filmnya ia ingin menjelaskan dari sudut pandang pelakunya, bukan dari faktor eksternal, tapi dari dalam. Mengingat Ratna adalah manusia yang memiliki nalar untuk menjatuhkan pilihannya atas apapun.

Film Pendek “Kala Rau When the Sun Got Eaten”: Gerhana, Mitos, dan Sedikit Orde Baru

Pernyataan Hendry dipertanyakan ulang oleh Wayan Sumahardika – Sutradara dan penulis lakon. Justru Suma tidak melihat motivasi kuat atas pilihan Ratna menikahi suaminya yang meninggal itu. Apakah ada kecendrungan perempuan Bali menikah dengan laki-laki bukan Hindu, apakah ada alasan selain perasaan dan logika yang dapat diperhitungkan. Sehingga tindakan Ratna merupakan dampak dari suatu kultur dan narasi yang lebih besar. Selain itu Suma pula menyinggung satu kebudayaan yang hampir mirip dengan orang Bali saat melaksanakan upacara. Seperti meminjam sejumlah barang, karpet dan kursi. Serta sistem menejenukanpun dipraktekan, hanya saja mungkin jenis barang-barangnya berbeda dengan di Bali.

Sementara itu Nirartha – sutradara dari Film Sarad , lebih banyak membahas teknis dan kualitas gambar yang masih kurang dibeberapa bagian. Masih adanya noise – gambar kotor pada adegan dapur, saat Ratna membuat minuman. Ada potongan-potongan suara yang kurang halus, sehingga perlu diperbaiki.  Terakhir adegan teriakan Ratna yang dihantam dengan lagu, semestinya dapat ditimbang volumenya, menjadi berantakan dan terkesan menganggu karena kurang teliti dalam racikan suara tersebut.

“Mungkin itu bisa dihilangkan saja lagunya, saya lebih suka mendengar teriakan lantang nya Ratna sampai di akhir film,” ujar Nirartha.

Dharma Putra seorang akademisi dan peneliti lontar mengutarakan pendapatnya bahwa ada tatanan bahasa yang tidak biasa dilakukan dalam bahasa Bali. Saat percakapan Ayah dan Ratna terdengar seperti Bahasa Indonesia yang mengalami terjemahan ke Bahasa Bali, jadi logika-logika Bahasa Indonesia masih terasa.

“Kayak,….. nike sane Gek kenehang, itu aneh di dalam Bahasa Bali, biasanya ….nike sane kenehang Gek. Saya nggak tahu siapa yang menerjemahkan bahasanya yah, tapi terasa kayak bahasa Indonesia,” ujarnya.

“Aku, aku yang ngerjain itu!” kata saya lantang, sambil tunjuk tangan, disambut dengan tawa penonton termasuk Dharma Putra

Saya pun menjawab, bahwa wacana ini bergerak dari analisis-analisis tokoh yang ada dalam film. Ratna tumbuh di Kota dalam hal ini Denpasar, yang sudah mengalami pembauran penduduk, karena banyak kawan-kawan rantau yang datang untuk bekerja di kota. Identitas kemudian mengalami gejolak karena banyak mendapat pengaruh, termasuk identitas Bahasa.

Ratna seorang bangsawan yang hidup dalam keluarga konvensional dan konservatif, tapi lingkungannya sungguh cair, sehingga  berdampak pada cara dia berbahasa. Konteks ini juga sedang terjadi saat ini, betapa tegangnya bahasa kita hari ini, karena mendapat sisipan, serapan, atas trend media sosial, lingkungan dan bahan bacaan.

Film Pendek “Putu, Berbeda Tetap Keluarga”: Merawat Tradisi, Menjunjung Toleransi

Hendry Wahana menjelaskan bahwa atas kemepetan waktu, segalanya dilakukan dengan tergesa-gesa. Sebenarnya karya ini dijadwalkan pada Desember tahun 2021, namun karena pepatnya pekerjaan, dan mesti diselesaikan, maka terkesan karya ini diselesaikan terburu-buru. Terutama soal teknis yang disampaikan oleh Nirartha, dan riset -riset kecendrungan pola masyarakat Bali yang masih dapat dieksplorasi lebih dalam lagi.

Menanggapi hal ini, Mas Edo selaku punggawa Mash Denpasar, memberi pujian karena karya ini hadir tanpa founding sama sekali. Namun sayang dikerjakan secara cepat dan terburu-buru, justru sebenarnya dapat dikerjakan lebih santai karena tidak ada tuntutan apapun dalam pengerjaannya.

“Apa yang dikejar sebenarnya , kok terburu-buru begini?” tanya Mas Edo

Hendry menjelaskan dirinya selaku kreator punya kebiasaan buruk,  tidak menyelesaikan satu garapan, bahkan hanya berujung pada draft naskah. Tidak pernah benar-benar selesai, Ratna menjadi satu capaian yang ia banggakan karena selesai, walapun tetap telat dari jadwal yang disepakati.  Karya ini suatu lompatan bagi dirinya sendiri, dan senang karena bisa dikerjakan  di Bali, hal ini mengantarkannya pada ruang-ruang pertemanan yang lebih luas.

Acara diskusi santai selesai, padahal saya sudah todong satu persatu untuk bertanya, rupanya tidak yang ingin mengutarakan isi hati. Acara dilanjutkan di luar Mash, dengan dua botol arak serta beribu cerita menjelang tidur. Acara tukar pikiran ini sudah lama saya rindukan, akhirnya terjadi lagi, semoga tidak ada halangan global yang menghalangi.[T]

Tags: agamafilmfilm pendekmenikahmenikah beda agama
Previous Post

Jembrana Adalah Kota Persinggahan

Next Post

Manik dan Kabut yang Dicarinya | Diskusi Buku “Kota Kabut Walli Jing Kang”

Jong Santiasa Putra

Jong Santiasa Putra

Pedagang yang suka menikmati konser musik, pementasan teater, dan puisi. Tinggal di Denpasar

Next Post
Manik dan Kabut yang Dicarinya | Diskusi Buku “Kota Kabut Walli Jing Kang”

Manik dan Kabut yang Dicarinya | Diskusi Buku "Kota Kabut Walli Jing Kang"

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co