10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Membicarakan “Gagal Menjadi Manusia” di Emperan Toko di Tokyo

Juli SastrawanbyJuli Sastrawan
April 23, 2022
inEsai
Membicarakan “Gagal Menjadi Manusia” di Emperan Toko di Tokyo

Malam-malam di emperan toko di Tokyo adalah malam serupa bir Sapporo Yebisu—ia tak pernah berhenti meletup dan mendidih di kepalaku. Jika hari esok adalah kecipak mulut, rasa yang ditinggalkan Tokyo adalah kenangan-kenangan sebelum meminumnya. Saat itu pukul sembilan malam, aku berdiri di sebelah pintu masuk FamilyMart Kandaeki Higasiguchi (begitu seingatku namanya). Sebagai orang yang tinggal di desa yang dihuni tak lebih dari sembilan puluh lima kepala keluarga, melihat Tokyo dan orang-orang yang lalu lalang, dengan terburu-buru, dan mendecak mulutnya ketika orang di depannya lelet, membuat isi kepalaku meleleh berhamburan—serupa bir Sapporo Yebisu yang dikocok tanpa botol penutupnya.

Tokyo tampak seperti biasanya—maksudku, tampak memang seperti apa-apa yang kalian lihat di internet. Lampu-lampu, orang-orang yang jalan kaki menenteng tas dan hal-hal jamak lainnya tentang Tokyo, memang begitu yang ada di depan mataku. Tak ada keramaian yang dibuat-buat semacam gerak jalan, parade agustusan dan lain sebagainnya; aku tahu ini tempat yang berbeda, tapi ketahuilah, tak ditemukan hal semacam itu di depan mataku di sini. Hari ini aku ada janji bertemu dengan Dazai Osamu. Aku pikir beruntung adalah kata yang paling tepat untuk menjelaskan hal ini. Bertemu dengan orang yang lebih menyukai menghabiskan waktu membaca buku di kamarnya seharian penuh dan menolak mekanisme hidup alami manusia—kata apalagi yang paling tepat untuk menggambarkan ketika dia mau bertemu denganku? Aku pikir ini berkat Horiki juga. 

Petani dan Musang | Dongeng dari Jepang

Horiki adalah teman lama Osamu yang dia temui di bengkel lukis di Tokyo. Temanku juga, dulu kami tak sengaja bertemu di Facebook, berteman setelah aku mengunggah satu komentar kecil dengan foto, tentang buku yang kubaca dan yang aku pikir bagus. Kalau tak salah ingat, itu buku yang berhubungan dengan komunisme. Dulu, aku lupa kapan tepatnya—aku pikir tidaklah terlalu lama, Osamu sempat menceritakan padaku soal Horiki ini. Dia mengatakan kalau Horiki adalah orang yang suka bersolek dengan modernitas kosong, yang senang ikut diskusi bawah tanah kelompok sayap kiri di Tokyo. Meskipun dia sejatinya tak mengerti-mengerti amat apa yang sejatinya didiskusikan kelompok itu. Jika penganut marxisme sungguhan mengetahui hal ini, bisa dipastikan mereka akan dengan seketika menendang Horiki terlebih dahulu.

Mungkin kalian merasa aneh, kenapa Osamu begitu terbuka denganku, tapi ketahuilah—apakah kalian pernah curiga; kenapa buaya bisa berbicara dengan kancil dalam sebuah dongeng tentang kancil yang ingin menyeberangi sungai? Serupa pendongeng itu, aku tak menjelaskan dari awal kenapa mereka bisa berbicara. Oleh karena itulah tujuanku. Aku ingin mempersingkat ceritanya, selain memang karena aku pikir pertemuanku tak terlalu spesial karena Osamu adalah teman dari temanku. Jadi, kalau tak ada Horiki, sudah pasti aku tak mengenal Osamu.

Osamu dan Horiki datang. Langkah kaki Horiki lebih cepat dari Osamu. Dia melambaikan tangan ke arahku diikuti gegas lari seolah tak ingin membuatku menunggu lebih lama lagi.

“Sampai kapan di Tokyo?” Horiki mengawali sembari menepuk-nepuk lenganku.

“Mungkin seminggu kedepan,” jawabku sembari tersenyum.

“Akhirnya kita bertemu secara langsung ya,” ungkapnya. 

Monyet Cerdik dan Babi Hutan | Dongeng dari Jepang

Aku pikir soal muka Horiki yang jelek diikuti sarannya perihal tak penting bersekolah karena pathos guru adalah alam, yang aku dapat dari Osamu, aku pikir hanya karang-karangannya sebelum kita bertemu. Ternyata benar. Apa yang dikatakannya benar.

Osamu mendekat dan kini kita sama-sama berdiri.

“Apa tidak sebaiknya kita membeli bir dulu? Sehingga bisa ngobrol dengan ringan dan kemana-mana?” bujuknya.

“Iya, boleh, kamu mau bir?” tanyaku pada Osamu sembari menunjuknya.

Dia menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Bah! Bakal susah ngobrol kalau begini, pikirku dalam hati.

“Kolekan beberapa yen dong,” perintah Horiki menengadahkan tangannya.

Tak butuh waktu lama, Osamu dan aku memberi apa yang diminta Horiki. Seperti tak ingin membuang waktu sedikit pun, ia bergegas masuk.

Kini hanya aku dan Osamu yang menunggu di luar.

“Aku sempat membaca bukumu, nyaris keseluruhan,” kataku mencoba membuka percakapan.

“Hai! Arigatōgozaimashita, Juli.”

Aku menyesal mengatakan nyaris keseluruhan. Aku pikir itu sikap awal yang congkak yang aku tunjukkan.

“Gagal Menjadi Manusia adalah buku pertamamu yang aku baca. Buku itu pula yang membuatku kemudian selalu membaca tulisanmu. Eh bukan yang pertama sekali, pernah dalam bahasa Inggrisnya.”

Osamu kembali tersenyum sembari sesekali menatapku. “Kamu tampak suka memuji orang lain,” simpulnya.

Bah! Bisa-bisanya dia berpikiran begitu.  

“Hei! Kamerad,” teriak Horiki keluar dari toko menenteng tiga botol bir.

Memang benar, Horiki ini sungguh ajaib. Dia memiliki kemampuan menikmati sesuatu dengan maksimal, dengan jumlah uang yang minimal!

“Apa kita akan memantapkan malam ini dengan sambil mengunyah sushi?” harapnya.

Osamu terdiam, dia tampak menunggu kalimat yang keluar dari mulutku.

Oh, Jadi, Ini yang Namanya Makan Gaji Buta? | Kabar dari Jepang

Aku tertawa mengingat tak ada yang menjawab. “Apa kita mau makan sushi di belakang Gazi?” usulku. Uangku tak banyak, aku mesti memilih tempat yang paling memungkinkan untuk ditolak sehingga rencana itu batal. Aku pernah mendengar satu dari mereka berkomentar kalau sushi yang aku usulkan rasanya tak enak, potongannya terlalu besar melebihi jempol ibu jari orang dewasa. Selain itu, kepala penjualnya botak pula tak ubahnya ular pemakan tikus.

“Kalau di sana, mungkin kita kapan-kapan saja. Apa duduk dulu di sini?” saran Horiki.

“Aku pikir juga begitu!” timbrungku.

Osamu tampak mengangguk-anggukan kepalanya tampak sepakat.

“Ini bir kalian,” terang Horiki sembari membagikan birnya. “Kalian sudah saling baca tulisan belum sih?” tanya Horiki menoleh ke arahku lalu menyusul ke arah Osamu.

“Sudah. Aku pikir membaca keseluruhan karya-karyanya adalah serupa menonton sirkus masygul. Kisah-kisah yang dia tunjukkan pepat oleh rentetan kesengsaraan. Aku menyukainya, terlebih sikap sinisnya—pada penulis lain, orang-orang yang tak dia sukai, atau bahkan pada hidupnya sendiri.”

“Apa memang kalau penulis ketemu penulis itu saling puji ya?” sindir Horiki memotong.

Aku sontak tertawa dan hampir menyemburkan bir di mulutku ke wajahnya. Ini manusia memang ngeselinnya ampun-ampunan!

“Tidak juga. Maksudku, tidak tentu. Kamu pasti belum membacanya?” terkaku.

“Ingin, cuma belum sempat. Aku dengar anak kalem ini meledekku dalam bukunya ya?”

Aku kembali tertawa.

“Iya, cuma di pertengahan saja. Itu buku sedih. Kamu bisa tanya dia. Aku pikir ini INovel. Satu istilah yang dipilih beberapa orang untuk menggambarkan jenisnya. Novel yang ditulis penulis tentang kisahnya sendiri. I-novel (私小説, Shishōsetsu, Watakushi Shōsetsu) adalah genre sastra dalam sastra Jepang yang digunakan untuk menggambarkan jenis sastra pengakuan di mana peristiwa dalam cerita sesuai dengan peristiwa dalam kehidupan penulis. Genre ini didirikan berdasarkan penerimaan naturalisme Jepang selama periode Meiji, dan kemudian mempengaruhi sastra di negara-negara Asia lainnya juga. Genre sastra ini mencerminkan individualitas yang lebih besar dan metode penulisan yang tidak terlalu dibatasi. Sejak awal, I-novel telah menjadi genre yang juga dimaksudkan untuk mengekspos aspek masyarakat atau kehidupan penulis,” terangku.

“Lengkap ya!” candanya.

“Wikipedia juga banyak bilang begitu,” seruku.

“Ya terus terus?” timpal Horiki. 

“Ya Osamu tidak menggunakan namanya langsung di sana. Dia menggunakan nama Oba Yozo. Karena kuat dugaanku kamu belum membacanya, aku tak akan menjelaskannya begitu detail, tapi semoga informasi ini sedikit membantumu. Bentar, boleh pinjam korekmu?” mohonku. 

“Walah, oke oke” jawabnya sembari merogoh korek dari sakunya dan memberinya padaku.

Aku menerimanya, melihatnya. Ada juga korek cricket di sini ya. Lalu menyalakan rokokku.

“Boleh satu?” tanya Horiki menjulurkan tangan menyerupai capit kepiting ke bungkus rokokku.

“Boleh dong,” timpalku sembari menyodorkan rokoknya.

“Ya lalu bagaimana?” tanya Horiki yang kini menjepitkan rokok pada kedua mulutnya.

“Gagal Menjadi Manusia ini dibagi dalam tiga bagian kisah. Dimulai dari masa kecil Obo Yozo, lalu tumbuh dewasa dan dihadapkan dengan masalah-masalah pelik yang menyertainya. Aku kadang takut kini melihat orang-orang yang dihadapan banyak orang tampak lucu, menggemaskan dan tertawa terbahak-bahak. Kita tak pernah tahu apa yang ada di balik tawanya. Bisa saja sakit dan luka dalam dirinya perlahan menggerogoti, dan orang-orang ini menyembunyikan di balik senyumnya dan tawanya. Itu yang dilakukan Obo Yozo dalam ceritanya. Obo Yozo itu seorang pria muda depresi yang merasa dibedakan secara negatif oleh konsep dirinya, kecemasan sosial, dan pengalaman dengan pelecehan seksual, kemiskinan, kecanduan, dan bunuh diri. Pengantar buku itu menyarankan untuk membacanya secara perlahan, dan aku sangat setuju dengan hal itu. Semakin kamu membaca, semakin dekat perasaan memalukan Obo Yozo pada dirinya,” jelasku.

“Aku Nau Gati di Pedawa!” kata Mitsuha Abe, Perempuan dari Jepang itu…

Horiki mengangguk-angguk tampak mengerti. “Kamu gimana? Kok diam saja!” komentar Horiki sembari mencolek Osamu yang ada di sebelahnya. Osamu tersenyum, menenggak birnya, mengerucutkan mulutnya tampak merasakan kecut. “Jawaban apa yang kamu harapkan dari mulutku?” candanya.

“Apa ajalah. Ngomong kek, apa gitu!” omel Horiki.

“Menurutku lagi,” potongku. “Menurutku novel ini detail banget mengungkapkan perasaan yang carut marut mengaduk-aduk perasaan.” Kini aku tampak cukup berlebihan. “Kamu menceritakan hidupmu dengan cara yang paling tidak membosankan. Dan aku pikir, sesekali waktu orang lain penting membaca karyamu,” terangku sembari menatapnya.

Aku menenggak birku di tangan lalu menginjak puntung rokokku. [T]

  • Bersambung
Tags: BukuDongeng JepangJepang
Previous Post

Trekking Dulu Lewat Pematang, Lalu Temukan Air Terjun Tanah Putih di Desa Galungan

Next Post

Para “Maling” dari Kalangan Muda Menari Pada Arena Lomba Topeng Se-Bali di Mas Ubud

Juli Sastrawan

Juli Sastrawan

Pengajar, penggiat literasi, sastrawan kw 5, pustakawan di komunitas Literasi Anak Bangsa

Next Post
Para “Maling” dari Kalangan Muda Menari Pada Arena Lomba Topeng Se-Bali di Mas Ubud

Para “Maling” dari Kalangan Muda Menari Pada Arena Lomba Topeng Se-Bali di Mas Ubud

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co