Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Begitulah pepatah terlintas di benakku. Bisakah dibalik atau ditambah? Dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat atau dalam tubuh yang sehat dan kuat terdapat jiwa dan pikiran yang sehat dan kuat pula. Kesehatan jiwa dan raga mestinya selaras. Keduanya harus bersepakat, sehat dan kuat bersama begitu juga dengan pikiran.
Namun, kesepakatan itu kadang sulit tercapai. Seringnya pikiran memaksa tubuh untuk terus bergerak dan progresif. Enggan beristirahat karena terjerat keroyokan deadline. Menjejali raga dengan informasi-informasi, pengetahuan dari sana-sini, dari pagi ke pagi lagi tanpa membuat batas dan menyadari kapasitas. Terlalu meresapi kata-kata mutiara “You are what you think you are” – Kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Selalu berpikir bahwa tubuh ini kuat dan sehat namun tanpa cukup istirahat.
BACA JUGA:
Rehat menjadi hal yang selalu ditunda saat pekerjaan datang lagi dan lagi ditambah asupan gizi tak menjadi prioritas. Makan seadanya kadang bergizi seringnya tidak. Kopi dijejalkan ke dalam pencernaan tak terkendali setiap hari. Tetapi, untungnya, masih ingat mandi.
Akhirnya protes dari tubuh ini menjadi tak terelakan, dia pun tumbang saat 2022 baru berjalan kurang dari 3 minggu. Apalagi cuaca sedang tidak menentu. Sekarang panas terik lalu lima menit setelahnya hujan deras diiringi angin kencang menerjang.
Sakit datang melenggang bukan hanya sehari dua hari, tubuh ini pun harus beristirahat lebih dari dua pekan. Jika tubuh dan pikiran terlalu lelah, aura atau hal-hal negatif akan sangat cepat masuk dan membuat keadaan kian parah. Akibatnya, semua hal yang seharusnya selesai tepat waktu menjadi terbengkalai. Semua berantakan. Itulah yang terjadi pada tubuh, jiwa dan pikiranku.
“Kle, sekalinya kau sakit lama sekali sakitnya,” ujar beberapa kawan yang biasa melihatku berkegiatan tanpa kenal lelah dan jarang sekali terkapar karena sakit.
BACA JUGA:
Benar juga, terakhir kali aku sakit dan harus ke dokter adalah pada awal tahun 2020. Namun tetap, aku tidak belajar dari kesalahan waktu itu. Sepanjang tahun lalu hingga minggu-minggu awal 2022 aku tidak adil pada tubuh sendiri. Padahal, aku selalu mengeksploitasinya untuk menyelesaikan segala hal setiap hari. Seakan diri ini seperti kacang lupa akan kulitnya.
Maka dari itu, aku pun menyerah dan menuruti keinginannya untuk beristirahat sejenak, menarik diri dari aktivitas fisik dan pikiran yang padat. Memilih untuk bersepakat dengan raga yang tak lagi belia.
Sakit itu tidak enak. Ya memang, namun kita tidak akan bersyukur atas sehat yang diberikan, jika sakit tidak datang dan akan terus bergerak, juga abai terhadap kebutuhan tubuh dan pikiran untuk berhenti sejenak.
Apalagi di situasi pandemi seperti sekarang ini, kesehatan tubuh, jiwa dan pikiran harus diperhatikan MAHA SERIUS. Jaga kesehatan dan kewarasan, kawan. Minum vitamin dan melakukan hal-hal yang disukai juga mengambil liburan singkat akan sangat bermanfaat. [T]
BACA JUGA: