Meskipun saya sudah sejak awal tahun 1998 menetap di Gresik, Jawa Timur, belum pernah sekalipun saya berkunjung ke situs purbakala Lasem. Saya hanya mendengar situs tersebut dari kawan. Juga membaca sekilas dari beberapa media daring.
Sabtu, 24 Desember 2021, saya diajak komunitas Bike Packing Lamongan berkunjung ke beberapa situs purbakala. Salah satunya adalah Lasem.
Dari kota Gresik, situs tersebut berjarak sekitar 32 Kilometer ke arah barat laut. Yang paling mudah lewat Kecamatan Bungah menuju Pasar Dukun. Jika sudah sampai di Pasar Dukun, jaraknya tinggal 3 kilometer lagi.
Area situs yang menjadi cagar budaya versi BP3 Trowulan itu cukup luas dan terawat. Di tengahnya ada pohon besar dan tinggi menjulang. Entah pohon apa. Umurnya sudah ratusan tahun, tapi masih berdiri kokoh.
Tidak banyak informasi tentang situs purbakala Lasem. Nama Lasem jelas merujuk pada nama desa situs tersebut berada, Desa Lasem, Kecamatan Sidayu, Gresik.
Seperti dikutip dari laman Disbudpar Gresik, Situs berupa struktur diyakini sebagai bekas bangunan kantor pengelolaan pajak pada masa Majapahit. Keberadaannya diperkirakan sekitar abad 13.
Informasi dari media daring yang pernah meliput situs artistik itu, kebanyakan bersumber dari Disparbud Gresik dan dari juru kuncinya. Pada beberapa artikel yang saya baca, beberapa menggunakan kata “konon”. Kata aman yang biasa digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang masih kabur.
Dikutip dari beritajatim.co (6/9/2021), Muhammad Muchid (juru kuncinya) menyebutkan keunikan dari situs ini pada relief di dinding struktur, berupa guratan menyerupai tokoh pewayangan Jawa. Relief ini bercerita tentang kehidupan pada masa itu. Tapi tidak dijelaskan, kehidupan masa lalu yang seperti apa.
Menurut Kompas (6/9/2021), warga desa setempat percaya, bahwa Situs Lasem merupakan bagian dari sejarah Kerajaan Majapahit.
Data yang sering muncul dari berbagai media adalah nama “Mbah Jek” (ada pula yang menyebutnya dengan “Mbah Jeg”). Penarik pajak yang diberi tugas oleh pemerintah kerajaan Majapahit.
Menurut Kompas, berdasarkan wawancara dengan Muhammad Muchid, pada tahun 1976 pernah ada lempengan batu bertulis. Tapi kemudian dibawa oleh seseorang yang mengaku dari Jakarta. Hingga saat ini batu bertulis tersebut tidak ditemukan keberadaannya.
Yang membuat semakin membingungkan adalah tulisan di papan nama situs tersebut. “INFO SEJARAH
Berawal dari Penemuan Batu Prasasti dengan Tulisan Sansekerta
Tertulis pada Tahun ke 555 Masehi. (Juru Kunci)”
Bagaimana bisa tahu jika batu prasasti tersebut bertuliskan huruf Sansekerta, jika sudah hilang sebelum diteliti oleh ahlinya.
Jika menurut Disbudpar Gresik keberadaan situs tersebut pada masa Majapahit, apa maksud dari tulisan “Tahun ke 555 Masehi” di papan nama tersebut? Bukankah Kerajaan Majapahit baru berdiri pada akhir abad 13 Masehi? [T]