Secara struktur dan konstruksi, pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno di kawasan Kelurahan Sukasada, Buleleng, sudah selesai. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng pun menggelar upacara pamelaspasan taman itu, pada Purnama Kapitu, Sabtu, 18 desember 2021.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana didampingi Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra dan Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna hadir dalam acara yang di-puput oleh Ida Pandita Mpu Nabe Buda Natha Samyoga dari Gria Agung Santhi Karma Pancoran Panji Anom itu
“Ini baru upacara melaspas saja, peresmiannya mungkin nanti kalau musim hujan sudah reda atau dekat dengan Hari Ulang Tahun Kota Singaraja. Harapan saya semua elemen masyarakat ikut menjaga jangan sampai RTH Taman Bung Karno cepat rusak,” kata Bupati Suradnyana.
Pesan Bupati Agus Suradnyana itu penting dicamkan karena membangun RTH Taman Bung Karno ini tidaklah mudah. Selain dananya besar, proses pembangunannya pun cukup rumit dan bertahap-tahap, bahkan sempat mangkrak.
Berdasar hasil perbincangan dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Gede Melandrat, terdapat sejumlah fakta menarik yang tak banyak diperhatikan orang saat proses pembangunan Taman Bung Karno ini. Inilah antara lain hal menarik itu:
Awalnya Taman Bumi Banten
Cikal-bakal pembangunan Taman Bung Karno di wilayah Sukasada berawal dari ide Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sekira tahun 2015.
Saat itu Bupati punya keinginan membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan tematik Taman Bumi Banten, yakni sebuah kompleks pertamanan yang berisi tanm-tanaman jenis tertentu yang biasa digunakan dalam upacara-upacara agama di Bali serta tanaman yang bisa digunakan sebagai usadha atau obat-obatan.
Dibuatlah DED (Detail Engineering Design) sesuai dengan ide taman tematik itu, dan tahun 2016 taman dengan tematik itu pun mulai digarap. Salah satunya, sudah sempat dibangun delapan patung perempuan membawa air berderet menghadap ke jalan raya.
Tahun 2017, taman itu berubah menjadi ruang terbuka hijau dengan nama Taman Bung Karno. DED pun berubah. Patung perempuan membawa air itu hilang, dan diganti dengan deretan patung singa ambara raja.
Taman Bung Karno ini secara garis besar terdiri dari tiga bangunan monumental. Pertama, ada patung Bung Karno setinggi 16 meter. Kedua, ada stage Singa Ambara Raja. Ketiga, ada stage air mancur menari. Tiga stage monumental itu nantinya dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum seperti wantilan, jogging track, kios, kamar mandi, dan lain-lain.
Tahun 2018 dan tahun 2019 pembangunan Taman Bung Karno sempat mangkrak akibat gagal kontrak. Namun akhirnya pengerjaan Taman Bung karno berhasil dimulai Maret 2021, dan berhasil diselesaikan Desember 2021 dan dipelaspas pada Purnama Kapitu, Sabtu, 18 Desember 2021.
“Secara konstruksi, Taman Bung Karno ini sudah selesai. Kini tinggal bagaimana menjadikan kawasan ini sebagai destinasi wisata dan sebagai sumber inspirasi untuk mencetuskan ide-ide kreatif,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Gede Melandrat di sela-sela upacara pemelaspasan Taman Bung Karno.
Lahan Bekas Balai Benih
Lahan Taman Bung Karno itu luasnya 2,2 hektar. Lahan itu sebelumnya adalah lahan pembenihan, yakni Balai Benih Holtikultura milik Pemerintah Provinsi Bali.
Tahun 2016, saat pertamanan mulai dibangun, Pemkab Buleleng hanya diberikan hak guna pakai. Namun tahun 2020 tanah itu diusulkan untuk dihibahkan kepada Pemkab Buleleng, dan Pemprov Bali setuju sehingga lahan itu sepenuhnya kini menjadi milik Pemkab Buleleng.
Yang unik dan menarik, di areal Taman Bung Karno masih terdapat sejumlah pohon besar, antara lain pohon mangga, yang dulunya sebagai induk tanaman untuk dijadikan benih. Pohon induk itu dibiarkan di areal taman. Sehingga taman itu terkesan lebih berwibawa. Selain berisi patung pendiri Negara, juga berisi pohon induk sebagai cikal-bakal dari pohon buah yang mungkin sudah tersebar di seluruh Bali.
Lewati 3 Dinas dan 4 Kepala Dinas
Pembangunan Taman Bung Karno melibatkan tiga dinas dan empat kepala dinas. Lho, kenapa begitu? Begini ceritanya.
Tahun 2015, ketika pembangunan RTH dimulai dengan tema bumi banten, dinas yang menanganinya adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Kepala dinasnya saat itu adalah Nyoman Genep. Bahkan Nyoman Genep-lah saat itu merancang ide Bupati dengan menyusun DED sehingga proyek itu mulai dibangun.
Tahun 2017, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dihapus akibat adanya perubahan struktur dan oraganisasi di lembaga pemerintahan. Penanganan proyek taman itu pun ditangani oleh lembaga yang bernama Dinas Perkimta alias Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan. Saat itu Ni Nyoman Surattini menjabat sebagai kepala dinasnya.
Lalu terjadi perubahan lagi. Penanganan pembangunan Taman Bung Karno dialihkan dari Perkimta ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Pengalihan dilakukan pada akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021 saat Kepala DLH Buleleng dijabat oleh Putu Ariadi Pribadi.
Mulai Maret 2021, pembangunan Taman Bung Karno dimulai. Dan saat itu Kepala DLH dijabat oleh Gede Melandrat sampai taman itu selesai dikerjakan di-pelaspas, 18 Desember 2021. [T][Ole]