10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Untuk Apa Kehidupan Ada?

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
November 27, 2021
inEsai
“Karang Sawah” dari Bourdieu ke TenSura

Dasar tulisan sederhana ini adalah sebuah buku berjudul Meretas Jalan Meretaskan Peran yang diterbitkan oleh LKPP [Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan] Peradah Indonesia pada tahun 2004. Lebih tepatnya, yang saya baca adalah Kata Pengantar Editor-nya. Buku ini bukan milik saya, tapi milik Bli Arya Suharja yang namanya tertulis di sampul buku sebagai editor. Asal buku ini perlu saya jelaskan, agar pembaca tahu kalau sebuah buku tidak kehilangan maknanya meski hanya pinjaman.

Lebih-lebih karena buku ini adalah bentuk karunia Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dinyatakan sendiri oleh editor dalam pengantarnya. Karena begitu, sudah kewajiban, buku pinjaman ini harus saya baca dan kembalikan pada saatnya nanti agar saya tidak kena kutuk karena mencuri ‘karunia Tuhan’. Pernyataan editor yang tidak kalah penting lagi untuk dicatat adalah bahwa buku ini merupakan salah satu wujud dharma bhakti bagi kemajuan masyarakat dan negara. Kedua kata itu, dimuat dalam satu teks lontar berjudul Wratti Sasana. Dharma salah satu terjemahannya adalah kewajiban, sedangkan bhakti saya terjemahkan sebagai pengabdian. Atau dengan kata lain: Sewana.

Hidup adalah pengabdian. Itulah core yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini. Mengapa itu? Tentu karena saya melihat hal ini dalam keseharian. Pertanyaan saya awalnya adalah ‘Untuk apa kehidupan ada?’

Dari penjelasan lontar-lontar tentang penciptaan dunia, saya melihat ada mata rantai yang putus. Selain karena penjelasan yang rumit, tentu karena gagal memahami manfaat dari diciptakannya kehidupan ini oleh sesuatu yang abstrak yang kita sebut Tuhan. Bila benar dunia ini diciptakan oleh Tuhan, saya tidak menemukan jawaban untuk apa Tuhan repot-repot menciptakan dunia dengan segala kemelutnya. Toh, pada akhirnya segala ciptaan ini akan dikembalikan kepada muasalnya. Saya tidak ingin menduga, kalau Tuhan sebenarnya hanya kurang kerjaan. Oleh sebab itu, hipotesa saya atas pertanyaan tadi adalah pengabdian.

Di dalam praktik-praktik ritual, semisal caru, saya melihat banyak hal yang diabdikan. Menurut saya, penghargaan yang setinggi-tingginya harus diberikan kepada binatang-binatang yang dicabut jiwanya untuk pengabdian ini. Binatang-binatang itu adalah ayam, sapi, kerbau, angsa, bebek, anjing, dan sebagainya. Kelengkapan caru yang demikian ialah gambaran caru yang dilakukan di Bali sampai saat ini. Caru paling simple yang saya kenal sampai sekarang adalah caru abrumbunan yang menggunakan seekor ayam. Namun, bila kita sedikit rajin membaca, ada satu caru yang dilakukan tanpa menggunakan binatang.

Caru ini disebut caru skul dinyun. Caru ini berupa nasi yang dimasukkan ke dalam kendi dan ditanak dengan susu. Nantinya, nasi itu akan dimasukkan ke dalam tungku [kunda] sebagai bentuk pemujaan kepada Brahma. Informasi caru skul dinyun bisa kita temukan dalam prasasti Lintakan yang dikeluarkan oleh raja Tulodong pada tahun 841 Saka [919 Masehi]. Informasi lainnya tentang caru tanpa darah, bisa kita temui dalam teks Adi Parwa sebagaimana dijalankan oleh seorang Brahmana yang bernama Jaratkaru. Ini berarti, upacara caru selain menggunakan binatang, juga dapat menggunakan tumbuhan semata. Di dalam sumber-sumber yang kebetulan pernah saya temui, belum ada caru dengan mempersembahkan gambar. Begitulah saya memandang hidup dan kehidupan sementara ini.

Hal lain yang di-highlight oleh editor dalam buku ini, adalah perihal swadharma. Editor mengatakan bahwa “sebagaimana disuratkan dalam Sastra, melaksanakan swadharma, meskipun tidak sempurna, lebih baik dari pada melakukan dharma orang lain dengan sempurna”. Jelaslah Sastra – yang ditulis dengan italic dan huruf kapital – yang dimaksud oleh editor adalah Bhagawadgita, Adiyaya III, sloka ke-35. Kitab yang semasa saya menempuh pendidikan Bahasa dan Sastra Agama, disebut-sebut sebagai kitab Weda yang kelima [Pancama Weda].

Saat diajarkan tentang Pancama Weda, saya tidak bertanya mengapa disebut demikian, bukan karena tidak berani bertanya, tapi karena bodoh. Waktu itu, Bhagawadgita yang saya baca adalah terjemahan yang dikerjakan oleh Agus S. Mantik [2007]. Buku ini sebenarnya berisi ‘cap’ tidak diperdagangkan, karena merupakan bagian dari Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Pengadaan buku seperti ini barangkali adalah cara Pemerintah melakukan pengabdian. Sekali lagi, pengabdian.

Lanjutan dari sloka ke-35 itu ialah “lebih baik kematian [di dalam memenuhi] kewajiban sendiri, sebab menekuni tugas orang lain sesungguhnya berbahaya” [BG.III.35; hlm.196]. Dengan kata lain, melaksanakan kewajiban sendiri [swadharma] sedemikian pentingnya, meskipun harus mati. Namun, sebelum mati, tugas paling awal adalah mengenali swadharma. Memahami kewajiban sendiri. Bagaimana caranya? Sayangnya, dalam ingatan saya yang sangat samar tentang Bhagawadgita, sepertinya di dalamnya tidak tersedia jawaban.

Oleh sebab itu, saya mencari jawabannya di tempat lain, tepatnya di dalam Sastra yang lain. Dalam geguritan Salampah Laku, IPM Sidemen menyebut guna dusun [ilmu desa]. Hemat saya, yang dimaksudkan adalah ilmu-ilmu yang berlaku atau yang bermanfaat secara praktis di masyarakat. Hal-hal yang dapat digunakan di masyarakat kita jadikan pekerjaan [gina] dengan belajar terlebih dahulu agar mendapatkan pengetahuannya [guna]. Kata kuncinya adalah guna-gina. Meskipun, di dalam alam bawah sadar – orang Bali khususnya – sebenarnya tidak pernah menganggap pengetahuan apapun adalah milik sendiri. Mereka menganggap pengetahuan adalah milik dewa-dewi, sedangkan manusia hanya pelayan [sewaka] yang melayani [sewanam]. Tubuh manusia hanya dipinjam untuk mengalirkan pengetahuan-pengetahuan itu. Sekali lagi, untuk pengabdian.

Terakhir, editor menyatakan harapannya agar dapat “mewujudkan kehidupan bersama yang Indonesiawi, manusiawi, dan dilimpahi karunia Tuhan.” Dua kata yang diakhiri oleh sufiks -wi di depan, menggambarkan negarawan dan kemanusiaan [humanis]. Sedangkan harapan terakhir jelaslah sekali lagi menunjukkan religiusitas, keber-Tuhan-an. Tiga hal yang sebenarnya bisa kita tarik ke dasar Negara.

Tetapi, saya tidak ingin menarik benang merah ini ke arah sana. Saya justru ingin mengulur benang merah ini agar lebih panjang dan bisa ditarik ke segala penjuru oleh para pemikir-pemikir yang terus berjuang mengurai benang merah yang terlanjur kusut ini. Dengan begitu, kita bisa melihat kelindan yang awalnya tidak kelihatan meski samar-samar karena mabelat kelir. Dasar usaha untuk mengurai benang merah yang kusut ini adalah pengabdian. Jñāna yajña, toch?. [T]

Tags: BukufilsafatkehidupanPeradahsastra
Previous Post

Timbang Rasa, Menimbang Puisi dalam Festival Seni Bali Jani 2021

Next Post

Seorang Nelayan Mengambang Sepanjang Sungai Ijo Gading | Cerpen I Putu Agus Phebi Rosadi

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Seorang Nelayan Mengambang Sepanjang Sungai Ijo Gading | Cerpen I Putu Agus Phebi Rosadi

Seorang Nelayan Mengambang Sepanjang Sungai Ijo Gading | Cerpen I Putu Agus Phebi Rosadi

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co