10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pameran Lukisan Goenawan Mohamad, Tentang Usia 80 dan Potret

I Gede Made Surya DarmabyI Gede Made Surya Darma
November 1, 2021
inUlasan
Pameran Lukisan Goenawan Mohamad, Tentang Usia 80 dan Potret

Goenawan Mohamad [Foto dari katalog]

Sastrawan Goenawan Mohamad menggelar pameran tunggal lukisan di Museum OHD di kota Magelang, Jawa Tengah, di museum pribadi kolektor lukisan kenamaan Indonesia yaitu dr. Oei Hong Djien. Pameran ini berlangsung dari tanggal tanggal 24 Oktober 2021 sampai tanggal 28 Februari 2022.

Pameran itu mengambil tema Potret  yang dikuratori oleh Wahyudin. Pameran menampilkan sebanyak 215 lukisan di atas kanvas, maupun kertas,  dengan berbagai ukuran dengan bahan cat minyak dan cat akrilik, 1 video rekaman pertunjukan, 1 video wawancara.

Ada juga buah satu karya  seni instalasi yang berjudul “Kematian Subali” dan 8 buah objek art mirip dengan wayang golek. Karya ini yang pernah dipakai dalam pertunjukan  karya Onie dalam pertunjukan Den Kisot di Galeri Salihara pada tanggal 14 Juli 2019. Naskahnya ditulis oleh Goenawan Mohamad. Semua karya yang dipamerkan dikerjakan dari tahun 2018 hingga 2021.

Pembukaan Pameran dihadiri Wali Kota Magelang Muchammad Nur Aziz, tokoh tokoh penting  sastrawan,budayawan, seniman, kurator dan dosen seni rupa ISI Yogyakarta seperti Romo Mudji Sutrisno, Romo Sindhunata, Mahdi Abdulah,  Sutanto Mendut, Joko Pekik, Dr. Suwarno Wisetrotomo.

Suasana pameran tunggal lukisan Goenawan Mohamad di Museum OHD di kota Magelang, Jawa Tengah. [Foto-foto koleksi Museum ODH]

Tentang 80 Tahun dan Lain-lain

Pameran ini diselanggarakan sebagai perayaan hari  ulang tahun Goenawan Mohamad yang ke-80. Bagi Oei Hong Djien dalam pengantar katalognya menulis, pencapaian umur 80 tahun adalah manusia yang diberkati, maka harus dirayakan bukan seperti pelari marathon yang berhasil mencapai garis finis.

Goenawan Mohamad yang di akrab dipanggil GM sangat luar biasa. Dan masih aktif dalam berkarya.  Kita mengenal seniman-seniman yang mencapai puncak di usia tua seperti pelukis terkemuka dari China, Qi Bashi, Claude Monet, yang melukis ratusan Water Lilies yang berukuran raksasa, yang dia buat ketika berusia 80 tahun juga di Indonesia, maestro Widayat merayakan ulang tahunya yang ke 83 dengan pameran tunggal.

Dalam pembukaan pameran tersebut Oei Hong Djien nampak bergembira dan semangat menyambut pameran tunggal Goenawan Mohamad. Di pembukaan acara pameran tersebut, Oei Hong Djien memberikan hadiah kado kejutan ulang tahun dengan memainkan musik biola alunan lagu  “Salut d’Amour”. Lagu salam cinta yang digubah oleh Edward Elgar pada tahun 1888. Lagu cinta ungkapan rasa sayang kepada teman.

Banyak tamu undangan yang menghadiri pameran tersebut, terkesima, dengan alunan nada biola yang mendayu-dayu yang dimainkanya, karena yang seperti banyak orang ketahui seniman dan pecinta seni Oei Hong Djien hanyalah seorang kolektor seni yang dikagumi banyak seniman, dan belum pernah menyaksikan beliau memainkan alat musik.

Dalam pidato pembukaan pameran itu, Oei Hong Djien menyatakan cinta pertamanya adalah biola, yang ditinggalkan sudah 60 tahun, setelah jatuh lenganya terkilir, dengan momen ini, seperti memberikan energy baru kedalam dirinya.

Di dalam pembukaan pameran tersebut juga diadakan launching  buku “Hong Djien, Delapan Puluh Nan Ampuh”, yang ditulis oleh Wahyudin.  Buku itu berangkat dari peristiwa pameran dari perayaan ulang tahun 80 tahun Oei Hong Djien pada tahun 2019 di Yogja dan Magelang. Pameran itu melibatkan 16 ruang pameran, yang 15 ruang pameran di Yogjakarta, 1 di Magelang di museum OHD yang melibatkan 400 seniman. Dan buku itu resmi diluncurkan pertama secara seremonial oleh Goenawan Mohamad.

Kurator Pameran Tunggal Goenawan Mohamad, Wahyudin, mengatakan selama lima tahun belakangan ini Goenawan Mohamad telah melakukan pameran sebanyak 10 kali di 11 ruang pameran.

Pameran ini jadi unik, perupanya Goenawan Mohamad berumur 80 tahun di museum  seorang  kolektor yang berusia 82 tahun dan dibuka oleh seniman Djoko Pekik yang umurnya 84 tahun, dan kuratornya Wahyudin umurnya separuh dari seniman yang berpameran.

Wahyudin juga mengatakan pameran ini seperti dejavu yang mana sebelumnya lima tahun yang lalu pameran Goenawan Mohamad di laksanakan di plataran seniman Djoko Pekik, dan di buka oleh Oei Hong Djien, dan akhirnya bertemu lagi di pameran yang sama di Museum Oei Hong Djien.

Wahyudin sebagai kurator pameran juga mengungkapkan kekagumannya terhadap orang-orang berusia 80, karena orang itu adalah orang-orang yang ampuh, apa lagi yang masih produktif berkarya, berseni rupa, menulis puisi, menulis esai, masih  membuat pameran, dan suka hal-hal yang berbau tantangan, aktif dalam kegiatan kesenian dan mengapresiasi karya seni secara serius, seperti Goenawan Mohamad, Oei Hong Djien dan Joko Pekik.

Bagaimana kita yang usianya jauh lebih muda dengan mereka yang merasa mapan tidak ada tantangan yang sangat inspiratif. Kita yang separuh umurnya belum tentu produktif, kita belum apa apa, kita harus lebih semangat.

Pameran GM kali ini adalah pameran yang ke-10 kali. Goenawan  Mohamad telah menciptakan sekitar 500 karya yang di atas kertas, 100-an lukisan berbahan cat akrilik dan cat minyak yang dibuatnya di atas kanvas maupun kertas. Dan 99 persen dari 600 karyanya berupa potret, “Potret ini adalah karya penting dari Goenawan Mohamad 5 tahun terakhir, ujar Wahyudin.

Foto diambil dari katalog

Citra Kelabu

Dr. Suwarno Wisetrotomo, dosen di Fakultas Seni Rupa dan Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Kurator Seni Rupa, berkomentar GM adalah mata air yang mengalirkan nilai-nilai kedalaman, kemanusiaan, kebangsaan, dengan kritisisme yang dibalut dengan bahasa, kalimat-kalimat yang kuat dan lembut, sesekali menyihir. Secara mengejutkan nilai-nilai itu dihadirkan melalui gambar-gambar dan lukisan.

Dalam pandangan Dr. Suwarno Wisetrotomo, lukisan-lukisan yang dibingkai dengan tema “Potret” oleh Wahyudin selaku kurator, di OHD Museum, memang terasa lebih personal. Jika kehendak menghadirkan potret – dalam hal ini ‘potret’ dalam pengertian representasi dari wajah seseorang – adalah untuk menangkap karakter yang dikenali secara intim, maka hampir semua wajah itu (sebutlah Slamet Rahardjo, Djokopekik, Ayu Utami, Melati Suryodarmo, Slamet Gundono, Avianti Armand, dan lainnya) dihadirkan GM dengan citra kelabu.

Apakah memang kemuraman itulah yang ditangkap GM? Jika demikian, maka “karakter” yang dimaksud GM adalah tangkapannya (tentu saja) secara berjarak, bukan “karakter sebenarnya” yang dimiliki sang pemilik wajah. Mungkin pula, kesan ini tertangkap akibat dari pigmen warna yang digunakan GM yang hampir sama untuk seluruh karya.

Namun demikian, kata Dr. Suwarno Wisetrotomo, ia merasakan dengan takjub kekuatan garis, sapuan, dan bentuk yang dicapai GM. Artistik dan kena. Gambar-gambar GM terasa lebih “hidup” karena lebih eksploratif terhadap garis, bentuk, dan sesekali pigmen lain (warna) yang digunakan sebagai aksentuasi.

“Selebihnya saya merasakan pula, karya-karya seni rupa ini menunjukkan bahwa GM memang seorang yang sudah melampaui dirinya sendiri. Tak ada lagi pamrih apa-apa, kecuali ‘bersenang-senang’ dengan banyak cara,” kata Dr. Suwarno Wisetrotomo..

Hikayat Sri Rama

Dalam karya seni tersebut ada juga tokoh pewayangan yang dijadikan karya seni instalasi salah satunya yang berjudul “Kematian Subali”. karya ini juga mencuri perhatian. Ada apa sebenarrnya? Kenapa tokoh ini dibuat dua versi, satu berbentuk seni instalasi, yang satunya berbentuk lukisan yang judulnya Subali.

Juga lukisan Sugriwa, juga lukisan Rsi (mungkin yang dimaksud disini Rsi Gotama) dan lukisan Cupu (mungkin terinsfirasi dari kisah Cupu Manik Astagina ) dan lukisan yang berjudul prajurit Kiskenda, semua tokoh dan hal tersebut berkaitan dengan kisah Subali dan Sugriwa di  kerajaan Kiskenda.

Di lukisan Sugriwa, Goenawan Mohamad menempelkan puisi Sugriwa yang dibuatnya pada tahun 2011dan menjadi jukstaposisi yang berbunyi :

‘Aku telah berkhianat,’ kata kera merah itu.
‘Apa yang terjadi?’ tanya sang petapa.
‘Aku tak mengerti: telah datang dua orang asing dari ayodya
Yang membunuh saudara kandungku, dan aku memeluk mereka
sebelum aku memeluk tubuh saudaraku, dan mereka berkata
Dengan suara yang tentram, “ada keadilan.
‘Aku takut,’ sambung kera merah itu pula.
‘kita tak perlu takut kepada yang ada dan bisa jelas.’
Empat malam sebelumnya, dari sebelah tenggara hutan
Petapa itu mendengar jerit: ‘Namaku Subali!’
Ia pun berjalan mendekat. Bulan hanya sebelah.
Dalam terang yang terbatas, ditemukanya genangan darah
dan sehelai daun tal yang tergeletak. Seekor burung pungguk
memandangi dari gelap-merasa lebih mengerti tentang malam dan jejak yang terhapus.
Keadilan dan kematian begitu sederhana di semak kosong ini.
Juga sesal dan suara sedih. ‘Aku memang angin
Ia tak ada,’ kata kera merah itu pula
‘tapi aku tak ingin membunuh Subali.’
‘Kau tak membunuhnya, Sugriwa.
Ada perang dan keinginan yang selalu bukan milik kita.

Goenawan Mohamad, Hikayat Sri Rama
(Kompas, 18 Desember 2011

Ide puisi itu muncul ketika Goenawan Mohamad menghayati lebih dalam mengenai cerita Ramayana tentang perkelahian saudara kandung antara Subali dan Sugriwa, akhirnya dalam peperangan tersebut Subali dibunuh oleh Sri Rama dengan busur panahnya.

Puisi yang ditulis oleh Goenawan Mohamad  itu ingin menunjukkan simpati dia kepada Subali dalam cerita Ramayana sebagai tokoh penting tapi dikorbankan, atas kesewenang-wenangan Sri Rama  menggunakan Sugriwa, mengorbankan Subali saudara kandung Sugriwa. Demi kepentingan kekuasaan pribadinya. Seolah olah bukan dia yang membunuh padahal aktor intelektualnya adalah Sri Rama yang luput dari pembacaan kritis.

Karya seni instalasi dan Subali yang dibuatnya  bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada orang yang dianggap sia sia. kalau kita tarik di masa modern, itu adalah jendela kebudayaan bagi kita untuk menghayati satu sosok dan satu pristiwa.

Peristiwa Subali ini dikontekstualisasikan ke jaman politikus modern, menjadi jendela bagi kita melihat peristiwa, membuka tafsir dan ruang kontekstual.

Suasana pameran tunggal lukisan Goenawan Mohamad [Foto Syakieb Sungkar]

Selain Ramayana ada karya seni GM, yang terinspirasi oleh kisah Mahabarata dalam lukisan yang judulnya “ Bima dan Tengkorak, terinspirasi oleh kisah kekerasan yang terjadi di dalam cerita Mahabarata, ketika Drupadi istri Pandawa di telanjangi di depan umum, dan Pandawa tidak bisa berkutik karena kekalahanya bermain dadu melawan Korawa, dan di sana Drupadi bersumpah akan mencuci rambutnya dengan darah Duryodana ( keluarga korawa ) sumpahnya tersebut seperti mengkritik kelemahan kelamhan  pandawa, yang tidak bisa berbuat apa apa waktu kejadian tersebut. Nampak dalam lukisan tersebut Bima di buat menunduk seperti malu terhadap Drupadi tidak menggunakan jubah layaknya kesatria, hanya menggunakan celan kolor berwarna merah.

Melukis potret, bagi GM merasa ditantang. Ternyata melukis potret itu, memberi penghormatan kepada wajah, ini berhubungan dengan jam terbang, bukan sekedar tantangan melukis potret, jadi semangat itu ditopang oleh kebijaksanaan tapi dengan tidak ada jam tertentu tidak didapatkan.

GM bilang mengapa beri hormat wajah, wajah itu tidak pernah menjadi sesuatu menjadi total dan selesai, memanggil dia untuk terus menerus melukis potret, kalau tidak di jam terbang tertentu, enigmanya tidak akan selsesai. Yang tak terduga-duga ini menyangkut kebijaksanaan atau hikmat atau filosofi,

Bahkan lukisan yang sempat  dipamerkan di Bienale Jatim yang judulnya Moon Over Bourbon Street yang dibuat di tahun 2018 diubah lagi di tahun 2021 dan dipamerkan lagi pada pameran sekarang ini di Museum OHD, dari cara dia melukis yang diubah lagi sudah kelihatan rasa ketidak puasan, dan selalu mencari tantangan baru, dan tentu hasilnya lebih menarik dengan menambahkan warna Burnt Sienna di bagian topi objek lukisan tersebut dan jubah objek tikus itu dibuat lebih gelap dan bulan dibuat lebih terang.

Ada juga lukisanya melukiskan tokoh politik di Birma Myanmar, Aung San Suu Kyi, dilukisannya dengan menggunakan masker, GM ingin mengabadikan peristiwa politik penting yang melanda Birma di masa pandemi ini.

Selain melukiskan tokoh penting di Birma, GM juga melukis rakyat biasa dengan lukisan yang judulnya Seri Birma: Rakyat Desa, dengan menggambarkan sosok perempuan paruh baya yang kelihatan payudaranya dengan pakaian seadanya, dan di depannya ada gambar mangkok dan nasi dan ada garis kuning yang dibuat buat segi empat. Ada juga menggambarkan kaum borjuis Birma dengan lukisan yang judulnya Seri Birma: Saudagar dengan melukiskan manusia seperti wayang, yang di depanya ada piring dengan telur.

Lukisan itu isa dilihat seperti pelukisan puisi dengan bahasa gambar, yang mana rakyat jelata hanya bisa makan nasi saja, sedangkan kaum kaya sudah bisa makan lauk pauk contohnya penggambaran telur dan piring.

Tentu lukisan tersebut terlahir dengan peristiwa politik yang penting dan menjadi pemberitaan di seluruh dunia di masa pandemi ini. Goenawan Mohamad-lah seniman Indonesia pertama kali yang mengangkat Birma, dalam karya seninya. Yang sebelumnya belum ada seniman Indonesia yang mengangkat karya seni mengenai histori dan legenda Birma.

Di lukisan King Jim adalah lukisan sahabatnya tokoh seniman teater Jim Adhi Limas, adalah seniman Indonesia, yang setelah 50 tahun baru bisa pulang ke Indonesia. semenjak pemerintahan Presiden Soekarno. Selama ini beliau menetap di perancis menjadi aktor teater dan aktor film, di usianya yang sekarang 83 tahun.

Judul lukisan  King Jim sendiri diambil dari kisah King Lear William Shakespeare, yang mana Jim Adhi Limas pernah memerankan menjadi sosok King Lear William Shakespeare, akhirnya dalam lukisan tersebut Jim Adhi Limas di lukis lengkap dengan jubah raja dan pakai mahkota seperti di dalam kisah King Lear William Shakespeare. dan menjadi judul lukisn King Jim.

Estetika GM memancing kita memasuki pengetahuan di luar gambar, mengajak kita menelusiri perkara estetik, dan mencari pengetahuan baru dari judul lukisan yang direpresentasikan Goenawan Mohamad.

Karena bukan ilustrasi, terkurung pada kisah  Ramayana, maupun mahabarata semata, begitu juga puisi yang ditampilkan, dengan ruang baca dan ruang tapsir terbuka, mampu mengjak kita ke peristiwa aktual, tentu kepada pembaca awam.

Begitu juga generasi milenial yang masih belum akrab dengan tokoh-tokoh di atas seperti Sugriwa dan Subali. Dan mendapatkan perspektif baru.

Bagi Goenawan Mohamad paling prinsip dalam spirit berkaryanya dalam pameran tersebut adalah berbagi kesenangan atau kegembiraan. Yang penting bagi dia prosesnya asik dan hasilnya menyenangkan. Didalam berpameran pun penonton bisa menemukan yang hal hal yang asyik dan menyenangkan. [T]

Tags: Goenawan MohamadPameran Seni Rupasastra
Previous Post

Bima Hidup Lagi, Teater Mandiri Hidup Terus | Dari Pentas “GERR” di Festival Seni Bali Jani

Next Post

Pameran Seni Rupa “Megibung”: Kolaborasi dan Kesadaran Berbagi dalam Proses Berkarya

I Gede Made Surya Darma

I Gede Made Surya Darma

Pelukis. Lulusan ISI Yogyakarta. Founder Lepud Art Management

Next Post
Pameran Seni Rupa “Megibung”: Kolaborasi dan Kesadaran Berbagi dalam Proses Berkarya

Pameran Seni Rupa “Megibung”: Kolaborasi dan Kesadaran Berbagi dalam Proses Berkarya

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co