2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Musikalisasi Puisi atau Vokal Grup Puisi? | Catatan Lomba Musikalisasi Puisi Festival Bali Jani

Satria AdityabySatria Aditya
October 28, 2021
inUlasan
Musikalisasi Puisi atau Vokal Grup Puisi? | Catatan Lomba Musikalisasi Puisi Festival Bali Jani

Salah satu peserta dalam Lomba Musikalisasi Puisi, Festival Seni Bali Jani III/2021

Hampir dua tahun kegiatan-kegiatan sastra terbelenggu karena pandemi. Beberapa penggiat sastra lantas menyiasatinya dengan melakukan olah kreatif melalui digital atau daring. Segalanya sudah serba daring. Yang biasanya setiap acara bedah buku, pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan lain-lain, selalu berlangsung secara tatap muka sekarang kita sudah bisa menikmatinya lewat internet.

Akhir-akhir ini kesibukan untuk tugas kuliah, PPL dan juga mulai mengejar judul skripsi membuat saya memaksa untuk meminimalisir kegiatan-kegiatan untuk berporses di dunia sastra. Proses untuk meraih cita-cita untuk menjadi sastrawan yang berbudaya, rajin menabung dan tidak sombong harus terhenti sejenak. Tidak lama, hanya masih menerka.

Syahdan, tempat saya melakukan PPL mempercayakan saya menggarap musikalisasi puisi untuk berlomba di acara Festival Bali Jani III/2021 yang diselenggarakan pada 24 Oktober lalu. Persiapan yang begitu mendadak juga membuat saya harus berpikir dua kali. Ditambah lagi, proses latihan memiliki sejumlah kendala. Apalagi, siswa masih banyak yang labil.

Singkat cerita saja, beberapa peraturan yang ada pada Festival Bali Jani sangat-sangat membuat saya kewalahan. Umumnya, anggota dalam satu kelompok musikalisasi puisi (muspus) hanya berjumlah 6 orang dan maksilmal adalah 8.

Tetapi tidak untuk di Festival Bali Jani, mungkin mereka tidak puas hanya melihat orang dengan jumlah sedikit. Tidak neko-neko kawan-kawan. Panitia mepersilahkan jumlah di masing-masing kelompok sebanyak 11 orang atau lebih. Wah! Luar biasa.

Tetapi, saya tidak akan memaksakan dan mengambil resiko untuk memberikan orang sebanyak itu di atas panggung.

Walhasil, ketika berlomba peserta sudah memenuhi kriteria panitia. Ya, panitia. Tidak tahu juga untuk juri. Ini adalah satu-satunya ketidakpuasan saya untuk mengikuti sebuah lomba muspus.

Lomba diadakan dua hari. 24 dan 25 Oktober. Tetapi, di sinilah peserta bisa saling mengintip kekurangan dan kelebihan lawannya sebelum lomba. Pihak yang diuntungkan adalah mereka yang mendapatkan nomor undi untuk tampil pada tanggal 25. Mereka bisa saling menerka, menyiasati dan merubah alat pada saat akan berlomba ketika melihat lawannya yang berbeda dari mereka.

Ketika perlombaan tanggal 24 ada beberapa catatan yang mungkin harus diubah oleh panitia. Ini menurut saya. Karena saya bukan ahli kritik dan saran ketika menulis sebuah karya ilmiah. Jadi, jikalau ada salah dalam beberapa catatan ini mungkin bisa kawan-kawan telaah kembali atau diabaikan.

Catatan pertama adalah, kecenderungan peserta dalam membawakan sebuah puisi dan dijadikan lagu. Kecendrungan ini adalah ketika membuat sebuah puisi berbahsa Indonesia maupun Bali, mereka masih memilih untuk membawakan khas seperti musik pop Bali pada umumnya.

Saya tidak tahu ini benar atau salah, tetapi seperti pengalaman yang sudah saya jalani dalam dunia muspus ini, kecendrungan itu akan membuat puisi itu biasa saja. Dalam artian, musikalitas dari puisi itu hanya itu-itu saja, tidak ada musiklaitas yang benar-benar merasuk ke dalam setiap bait dan baris puisi.

Catatan kedua adalah, kecendrungan ketika membawakan sebuah alat yang sesuai dengan interpretasi puisi itu sendiri. Kebanyak peserta seperti memaksanakan dengan membawakan gambelan Bali, padahal alat itu sebenarnya tidak sangat dibutuhkan dalam puisi yang dibawakan.

Catatan ketiga, dalam hal berpakaian. Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan peserta memakai pakaian adat bali, payas agung ataupun pakaian untuk parade. Tetapi apakah hal itu sangat-sangat diperlukan dalam membawakan musikalisasi puisi? Atau mereka hanya memikirkan estetika dalam hal berpakian?

Jikalau mereka membawakan puisi bertema pahlawan misalnya, lalu mereka memakai pakaian Bali seperti payasan agung sudah pasti itu melenceng dalam hubungan tema puisi dan pembawaan nyatanya.

Catatan keempat. Orang-orang yang terlalu banyak dan menjadi tidak diperlukan dalam panggung. Ini adalah hal yang paling membuat saya bingung. Terlalu banyak orang dalam setiap kelompok. Sebagian besar kelompok musikalisasi puisi menempatkan 11 sampai 15 orang di atas panggung. Ini menjadikan lomba ini seperti lomba vokal grup. Ada yang memegang perananan sebagai pemain gitar, pemain gangsa, vokal yang mencapai 5 orang dan beberapa instrumen yang mirip vokal grup.

Catatan terakhir adalah kecendrungan membawakan puisi dan interpretasi dalam menyanyikan puisi. Ini adalah catatan terpenting. Saya rasa, sebagian peserta tidak terlalu perduli dengan penyampian puisi dari penulis yang seharunya disalurkan ke penonton, juri dan diri mereka sendiri.

Hanya 1 atau 2 peserta yang saya lihat dapat membawakan puisi itu dengan dinamika yang tepat. Mereka saya lihat hanya memikirkan estetika dan tidak terlalu peduli dalam hal penyampian puisi itu sendiri. Puisi bahasa Indonesia maupun bahasa Bali. Musiklitas dan puisi itu sangat jauh dari penyampiannya.

Kesimpulannya kawan-kawan, apa pun yang terlalu dipaksakan kecenderungan hasilnya akan menjadi tidak baik. Banyak penikmat musikalisasi puisi sebenarnya tidak terlalu mementingkan bagaimana kita bagusnya cara berpakaian kita, senyum sumringah ketika bernyanyi seperti di cafe dan akting di atas panggung terlalu berlebihan.

Catatan-catatan itu sebenarnya tidak akan ada jika mereka mengerti apa itu musikalisai puisi. Sayangnya, ketika tanggal 25 saya tidak sempat untuk menonton peserta lain karena kesibukan yang mendakan. Lomba ini sangat-sangat tidak terlihat seperti perlombaan musikalisasi puisi melainkan vokal grup.

Akhir dari catatan ini adalah, jangan terlalu dihiraukan. Ini adalah catatan orang yang masih menerka jati diri. [T]

Tags: Festival Bali Janimusikalisasi puisi
Previous Post

Tubuh Tradisional + Tubuh Modern = Bukan Kelatahan Kontemporer | Dari Pentas “Tadah Asih” Bumi Bajra Sandhi

Next Post

Menemukan Mindfulness dan Cinta pada Titik Keseimbangan Chaos dan Cosmos | Catatan Jelang Pentas “Raya Raya Cinta”

Satria Aditya

Satria Aditya

Alumni Universitas Pendidikan Ganesha. Kini tinggal di Denpasar, jadi guru

Next Post
Menemukan Mindfulness dan Cinta pada Titik Keseimbangan Chaos dan Cosmos | Catatan Jelang Pentas “Raya Raya Cinta”

Menemukan Mindfulness dan Cinta pada Titik Keseimbangan Chaos dan Cosmos | Catatan Jelang Pentas “Raya Raya Cinta”

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co