3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menemukan Mindfulness dan Cinta pada Titik Keseimbangan Chaos dan Cosmos | Catatan Jelang Pentas “Raya Raya Cinta”

Kadek Sonia PiscayantibyKadek Sonia Piscayanti
October 28, 2021
inUlasan
Menemukan Mindfulness dan Cinta pada Titik Keseimbangan Chaos dan Cosmos | Catatan Jelang Pentas “Raya Raya Cinta”

Santi Dewi dan Agus Wiratama, pemain utama Raya-Raya Cinta Komunitas Mahima

Manusia adalah makhluk yang hidupnya selalu berada pada titik antara chaos dan cosmos. Dua kutub yang saling berkejaran mendefinisikan kemanusiaan kita. Chaos adalah ketidakteraturan dan cosmos adalah keteraturan. Di titik antara itu, tersebutlah mindfulness dan cinta, yang kelak membuat kita selalu ada, selalu mengada, dan selalu memperbaharui ‘keadaan’ kita. Teater adalah sebuah jembatan untuk menyampaikan titik ‘chaosmos’ yang hanya sementara, sebab itulah yang membuat kita terus mengalir.

Karena cinta adalah alasan kita hidup di dunia. Tanpa cinta tak ada yang abadi. Tapi cinta untuk selamanya.

Itulah salah satu benang merah dalam naskah yang saya tulis berjudul Raya-Raya Cinta. Naskah ini lahir merespon suasana chaos akibat pandemi berkepanjangan yang tetap memelihara rasa waras kita sebagai manusia. Ternyata penyembuh dari berbagai chaos itu adalah mindfulness dan cinta.

Berlama-lama di dalam chaos yang berpotensi menjebak kita dan menarik kemanusiaan kita pada energi yang melemahkan, membuat kita harus senantiasa sadar bahwa hidup harus bergulir lebih baik. Keadaan memang tak lebih baik, namun kuasa kitalah menentukan bagaimana kita bekerja.

Saya ingin mengatakan bahwa tanpa mindfulness dan cinta, barangkali kita sudah lupa diri bahwa hidup itu indah dan bahwa semua keindahan itu tercipta dengan pemahaman soal perspektif baru pada hidup. Mindfulness mengajarkan kepada saya soal kesadaran yang lebih tinggi dari sekedar kesadaran artifisial, namun kesadaran yang mengendap jauh hingga ke sel-sel penciptaan yang produktif.

Harus saya akui bahwa menemukan kembali mindfulness dan cinta di balik semua kegelisahan selama pandemi menjadi sebuah titik balik saya yang lebih baru. Semua yang terjadi terutama di tahun kedua pandemi sungguh sempat menggoyahkan kesadaran diri, bahwa semua tidak sedang baik-baik saja. Saya kehilangan orang yang saya cinta, Bapak saya, pada bulan Juli lalu. Tak habis habisnya saya bertanya mengapa. Mengapa mengapa. Dan seterusnya.

Di balik semua yang saya lakukan untuk menyembuhkan diri saya, ternyata yang benar-benar menyembuhkan adalah mindfulness dan cinta. Saya menyadari bahwa motivasi saya bangkit adalah orang-orang yang saya cintai, yang selalu terus menerus membangkitkan saya. Saya pun mulai menerima chaos itu dengan mindfulness yang memiliki paling tidak empat konsep dasar menurut Ellen J Langer (1989, 2000, 2016).

Pertama ia membuat kita menyadari sesuatu yang baru. Kedua, menemukan perbedaan pada hal yang baru itu. Ketiga, memandang dengan perspektif yang lebih beragam. Keempat, membuat kita lebih fleksibel. Seseorang dengan mindfulness yang tinggi akan mampu mengontrol diri dan menerima keadaan dengan kondisi non-judgmental. Sementara kodrat manusia yang sangat hakiki adalah egoisme yang selalu mendorong kita cepat menghakimi. Apa yang tak menguntungkan, kita anggap buruk. Apa yang membuat kita sedih, kita pangkas.

Apa yang membuat kita marah, kita musnahkan. Padahal dalam semesta yang chaos ini, adalah tak mungkin menghindari dari peristiwa-peristiwa chaotic yang menjebak. Jika  kita mengikuti dengan kesadaran rendah segala chaos itu, kita akan menjadi pemarah, pendendam, pemaki, dan segenap chaos lainnya. Namun dengan mindfulness kita akan menjadi lebih tenang, mencerna dengan baik, tanpa menghakimi diri atau orang lain atau keadaan dengan membabi buta.

Proses latihan raya-Raya Cinta di Komunitas Mahima

Lalu cinta. Bagaimana cinta menyelamatkan hidup kita. Bagaimana ia tetap membuat kita hidup dan memberi pada hidup. Beberapa buku yang menggetarkan yang saya baca tentang cara-cara seseorang memandang dan memaknai hidup sekaligus bertahan hidup, misalnya pada buku The Diary of a Young Girl oleh Anne Frank, atau Letters of a Javanese Princess karya RA Kartini,  cinta adalah sebuah alasan mereka berbagi pada hidup. Cinta pada kemanusiaan, cinta pada kehidupan, cinta pada semangat dan motivasi hidup.

Anne Frank menulis diary saat dia dalam kondisi tertekan di persembunyian, sebagai anak perempuan Yahudi yang keluarganya diburu untuk dimusnahkan. Cita-citanya sebagai penulis terkenal tercapai ketika tulisannya menjadi sejarah dengan diterbitkan dalam 70 bahasa. Jika bukan karena cinta dan semangatnya pada kemanusiaan sulit membayangkan lahir tulisan yang bernas itu. Tulisan saya soal Anne Frank dapat dibaca disini: “Het Achterhuis” | Catatan Anne Frank 12 Mei yang Menggetarkan Hati Dunia

Soal cinta, Kartinipun menulis untuk menebarkan semangat cinta pada hidup yang ia pelihara melalui perspektifnya sebagai perempuan. Kartini adalah sosok yang tak terpisahkan dengan ideologi feminism, yang memperjuangkan suara perempuan dan kesetaraan. Kartini dengan cintanya pada perjuangan kaum perempuan menggetarkan dunia dengan kumpulan suratnya yang menggugah. Jika ia tak pernah menulis soal ini, maka dipastikan dunia tak pernah tahu isi kepalanya soal perempuan.

Selintas refleksi saya soal Kartini, Anne Frank dan termasuk Eleanor Roosevelt saya sempat tulis disini. Baca: SURAT-SURAT YANG MENGHIDUPKAN: ANNE FRANK, KARTINI, AND ELEANOR ROOSEVELT

Sesungguhnya benang merah manusia dan kemanusiaannya adalah cinta. Bagaimana ia hidup, berproses, bertumbuh, gagal lalu bangkit lagi semua berada pada jalur cinta. Juga cara-cara memaknainya dengan mindfulness.

Mengenai pentas teater Raya Raya Cinta yang saya tulis, adalah mindfulness dan cinta pula yang mengantarkan saya pada proses ini. Proses chaos menuju cosmos. Saya masih ingat diundang rapat untuk festival Bali Jani pada akhir September, sementara pentasnya telah terjadwal di akhir Oktober. Sangat ketat jadwalnya. Tak bisa ditawar. Seminggu setelah itu, saya masih berpikir, apa yang akan saya tulis, mengapa saya menulis, dan apa penawaran saya.

Akhirnya saya mengambil sikap. Mulailah pencarian saya soal suara yang hidup di sekeliling saya. Soal suara minor yang kerap saya temui. Tentang menjadi perempuan, tentang adat, tentang kesulitan pandemi, tentang  hubungan manusia dengan alam, manusia, dan Tuhannya. Dan tentang menjadi titik seimbang di antara chaos dan cosmos.

Pada 1 Oktober 2021, saya menulis bagian pertama naskah dari tiga bagian yang direncanakan. Bagian pertama berjumlah 16 halaman. Segera saya siarkan ke anggota pentas saat itu. Saya ingin mereka membaca dengan mindful. Naskah ini dibaca semua kru produksi, bukan hanya pemain. Tapi juga pemusik, penata cahaya, stage manager, dan semua yang terlibat.

Proses latihan Raya-Raya Cinta di Sasana Budaya Singaraja

Lalu kami mulai latihan bersama sejak 4 Oktober, dan selanjutnya naskah saya rampungkan menjadi tiga bagian pada 7 Oktober. Setelah itu saya menentukan deadline. Satu minggu mereka harus sudah menghafal naskah, satu minggu belajar setting dan bloking, satu minggu gladi kotor dengan pakaian pentas, make up dan tata cahaya lalu sehari break. Dan minggu terakhir gladi bersih 3 kali sebelum pentas.

Dan saat ini saya merasa, jika bukan karena mindfulness dan cinta, pentas ini terasa tak mungkin. Sebab sekuat apapun kelompok teater, latihan kurang dari satu bulan memerlukan persiapan dan ketahanan  yang luar biasa. Juga kedisiplinan, dan kekompakan. Beruntunglah kami. Semua yang saya rencanakan cukup berjalan lancar.

Pemain utama saya Agus Wiratama dan Gek Santi adalah pemain yang cukup berpengalaman. Naskah 32 halaman dilahap habis seminggu, lalu diolah menjadi karakter mereka. Saya telah mengatakan sejak awal jika semua telah terukur dan telah dijadwalkan dengan ketat sehingga pemain harus mindful dan konsentrasi. Pemain lain yang saya ajak bergabung adalah Weda Sanjaya yang merupakan seorang pendatang baru di dunia teater.

Dengan pendekatan mindfulness juga Weda Sanjaya berhasil menaklukkan naskah dan menjadi karakter yang kuat di atas panggung. Perannya turut dimatangkan pula oleh lawan mainnya, Githa Swami, pemain inti di Mahima. Githa adalah pemain yang kuat sejak dulu, dia tak masalah menguasai naskah dan karakter.

Di samping aktor-aktor di atas, ada dua aktor perempuan yang masih belia juga terlibat. Mereka adalah Gek Princessa (10 tahun) dan Putu Putik Padi (13 tahun). Mereka sejak belia telah akrab dengan puisi dan beberapa kali menjuarai lomba baca puisi dan bercerita. Keterlibatan mereka sebagai saudara Cinta memberi daya kuat bahwa perempuan memang harus terlibat dalam dunia pemikiran sejak belia.

Para pemain teater Raya-Raya Cinta, Komunitas Mahima

Hal lain yang menjadi catatan adalah menghadirkan musik puisi yang indah. Kompleksitas ini terjadi ketika harus menemukan musik yang pas sesuai nafas naskah, sesuai baris puisi yang saya tulis. Yang tak hanya menjadi latar pentas, namun juga menjadi nafas pentas itu sendiri.

Saya pun beruntung lagi memiliki tim musik yang cukup cepat menggarap, Carolina Ajeng, Tika Puspita dan Anggara Surya. Mereka memiliki pengalaman mengelola puisi menjadi musik dan lagu yang indah. Salah satu keindahan itu tampak pada baris-baris puisi dalam naskah saya yang digubah ke musik puisi dengan indah oleh Tika Puspita.

Barangkali hidup kita hanya untaian kata-kata

Berawal dari kata berakhir dengan kata

Tak ada yang tersisa kecuali ingatan

Yang kekal menembus kala dan semesta

Selain itu ada pula baris-baris puisi yang digubah dengan indah pula oleh Carolina Ajeng sebagai berikut.

Jika saja hari ini adalah hari kemarin dan esok, aku telah menyadari bahwa kaulah orang yang kupinta dalam doaku

Telah kutemukan bintang paling terang dalam gelap, yaitu cahaya matamu

Telah kutemukan sungai paling teduh, yang mengalir di dalam tubuhmu

Telah kutemukan rahasia yang paling dalam di jiwamu

Juga nafas yang hangat dari pori-porimu

Maka ijinkan aku mencintaimu, dulu, kini, dan nanti

Selain dari semua itu, saya menyadari betul bahwa mindfulness dan cinta adalah dua kata kunci dalam pementasan ini. Chaos menuju cosmos sedang tercipta dan peran teater adalah selalu di antaranya, menjadi jembatan makna yang merefleksi pertanyaan-pertanyaan soal cinta dan lain-lain. Sebagai subjek teater, manusia terus bergerak mencari keseimbangan, dimana pijakan-pijakannya senantiasa mencari arah baru, mencari bentuk baru dan menyesuaikan dengan konteks dimana dia terbentuk.

Teater hadir sebagai saksi, sebagai suara, sebagai cermin, sebagai chaosmos yang menjembatani chaos dan cosmos yang tak pernah berhenti. Sepanjang manusia ada, chaos selalu ada, cosmos selalu menjadi tujuan atau titik jeda sementara. Kita tak pernah benar-benar berhenti. Dan itulah yang membuat kita terus menerus membentuk diri menjadi kemungkinan chaosmos-chaosmos baru. Perihal teater dan chaosmos ini saya pernah mencatat begini. Baca: Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya: Dari Chaos ke Chaosmos Kembali ke Chaos

Perayaan cinta, akhirnya adalah perayaan semesta. Tak ada yang lebih baik dari yang lain, ketika kita memahami dari mana kita memandang dan apa bekal yang kita bawa untuk membersamai pandangan itu. Selamat merayakan cinta. Selamat merayakan kehidupan. [T]

Tags: Festival Bali JaniKomunitas Mahima
Previous Post

Musikalisasi Puisi atau Vokal Grup Puisi? | Catatan Lomba Musikalisasi Puisi Festival Bali Jani

Next Post

Lewat “Heterogenitas Sastra di Bali”, Darma Putra Raih Penghargaan Sastra Kemendikbudristek

Kadek Sonia Piscayanti

Kadek Sonia Piscayanti

Penulis adalah dosen di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Next Post
Lewat “Heterogenitas Sastra di Bali”, Darma Putra Raih Penghargaan Sastra Kemendikbudristek

Lewat “Heterogenitas Sastra di Bali”, Darma Putra Raih Penghargaan Sastra Kemendikbudristek

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co