12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tubuh Tradisional + Tubuh Modern = Bukan Kelatahan Kontemporer | Dari Pentas “Tadah Asih” Bumi Bajra Sandhi

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
October 28, 2021
inUlasan
Tubuh Tradisional + Tubuh Modern = Bukan Kelatahan Kontemporer | Dari Pentas “Tadah Asih” Bumi Bajra Sandhi

Pentas tari kontemporer Tadah Asih dari Yayasan Bumi Bajra Sandhi di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, 27 Oktober 2021 [Foto Disbud Bali]

Tubuh tradisional yang dimaksud dalam tulisan ini adalah tubuh yang sudah terbiasa dengan pakem-pakem gerak sebagaimana terdapat dalam tari-tari tradisional Bali, semacam agem dengan posisi tangan sirang susu (sejajar susu) atau sirang pada (sejajar pala), malpal (berjalan sebagaimana terdapat dalam gerakan tari baris), dan ngeleog (menggoyangkan bagian tubuh tertentu).

Tubuh modern yang dimaksud adalah tubuh yang bergerak sebagaimana gerakan-gerakan dalam seni pertunjukan masa kini, seperti balet, akrobat, senam lantai, atau gerakan-gerakan teatrikal yang biasa dipertunjukkan kelompok-kelompok teater di Indonesia belakangan ini, termasuk juga gerakan fashion show di atas catwalk yang kini bahkan sudah menjadi semacam seni pertunjukan yang diminati banyak orang.

Kelatahan kontemporer  yang dimaksud adalah semacam kelatahan untuk menetapkan gerakan-gerakan tertentu sebagai pakem tari kontemporer. Jika sirang susu adalah pakem untuk menyebut posisi tangan dalam tari-tari tradisional Bali, maka adalah sebuah kelatahan jika misalnya menganggap “poisisi kedua tangan sejajar dan jari dibuka sedikit seperti orang memegang apel” sebagai pakem dari gerakan tari kontemporer. Karena dianggap pakem, ia bisa ditiru terus-menerus, seakan terjadi ketakutan untuk keluar dari “tiruan” itu. Itulah kelatahan.

Pergelaran Tari Kontemporer berjudul Tadah Asih yang dipersembahkan Yayasan Bumi Bajra Sandhi dalam ajang Festival Seni Bali Jani III/2021 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Rabu, 27 Oktober 2021 pukul 10.00 Wita, memberikan pemahaman penting tentang tari kontemporer. 

Dayu Ani, seniman yang menjadi konseptor/koreografer/sutradara di Yayasan Bumi Bajra Sandhi seakan memberi definisi lain dari yang lain tentang tari kontemporer.  Bahwa kontemporer lebih pada penemuan gerakan-gerakan baru (termasuk juga dalam penggunaan properti) yang tak terbayangkan sebelumnya, tapi ketika gerakan itu “menjadi” di atas panggung, maka kekuatan artistik, logika, dan etika, seolah menjajah sekaligus memanjakan mata, sehingga kita tak sempat lagi berpikir soal defisini-definisi.

Pergelaran tari ini mengisahkan burung tadah asih alias burung kedasih ketika berhadapan dengan alam dan manusia.  Alam yang rusak dan Tuan Manusia yang tak hirau telah membuat Tadah Asih kelimpungan dengan pilihan-pilihan kecil untuk bertahan hidup. Di sisi yang berbeda, Tadah asih dianggap sebagai burung jelmaan roh kesasar, dan kicauannya kerap dianggap sebagai penanda kematian.

Jika kicauannya dianggap penanda kematian, bukankah jika ia tak berkicau sama sekali berarti seluruh kehidupan telah punah, kehidupan alam, juga kehidupan manusia?

Tuan manusia/ Ijinkan aku melengking lirih/ Membedah sembilu dadaku/ Memelas kasihmu// Sebab/Jika lengkingku tak terdengar lagi/ bukankah juga pertanda kematian?// Kematian kerabatku/ Kematian pohonku/ Kematian hutanku/ Kematianku//

Paradoks sebagaimana syair yang terdengar lamat-lamat dari atas panggung itulah yang kemudian diterjemahkan oleh Dayu Ani dalam sulaman-sulaman artistik gerakan-gerakan, kadang halus, kadang keras, kadang seakan diam, kadang menegangkan. Kekuatan sihir tubuh penarinya dibalut sedemikin rupa seolah-olah  kata-kata dan nyanyian syair tentang burung kedasih yang bernasib pilu itu lebur dalam gerakan.  Gerakan seakan nyanyian, nyanyian seakan musik, musik seakan gerakan.

Pentas Tari Kontemporer Tadah Asih garapan Bumi Bajra Sandhi [Foto Disbud Bali]

Pergelaran pada awal-awal mempertunjukkan sepasang penari laki-laki dan perempuan dengan posisi tubuh yang cukup sulit. Yang laki-laki duduk menghadap ke depan, yang perempuan berada di belakang. Tubuh si perempuan menghadap ke belakang, namun kepala menghadap dengan poisisi terbalik menghadap ke depan. Sehingga dari depan kita bisa melihat wajah menghadap ke depan; satu tegak, satu terbalik. Dua wajah itu “dimainkan” tanpa sedikit pun tampak janggal.

Mungkin tulisan ini agak berlebihan. Tapi,  seluruh penari Bumi Bajra Sandhi yang beraksi di atas panggung Ksirarnawa itu layak dinilai lebih karena mereka memang memiliki kelebihan-kelebihan dalam penguasaan perangkat utama dalam seni pertunjukan tari. Selain memahami gerak dan (juga bisa memainkan musik), mereka punya tubuh ideal sebagai seorang penari.

Sebagai tubuh tradisional, kepekaan tubuh-tubuh mereka mungkin sudah melampaui pakem gerakan-gerakan tari tradisional. Sebagai tubuh modern, kepekaan tubuh mereka menerima tanpa syarat gerakan-gerakan yang tak terbayangkan. Gerakan tak terbayangkan, maksudnya bukan semata-mata gerakan sulit, tapi gerakan ringan yang hanya bisa ditemukan oleh seorang koreografer dengan kepekaan artistik yang tinggi.   

Bahkan ketika barisan penari laki-laki memainkan agem, tandang atau tangkep sebagaimana gerakan tari maskulin pada tari Bali, mereka tak tampak seperti menari Bali. Ada gerakan-gerakan kecil di luar kebiasaan tari Bali yang membuat gerakan itu seakan otentik. Dalam tari Bali, semisal ada semacam syarat mutlak tubuh harus tegak, Dayu Ani justru menciptakan gerakan tubuh tengadah, bahkan seakan-akan nyaris ambruk ke belakang, untuk memberi warna lain untuk penari Bumi Bajra.  Sensasi gerakan rebah, nyaris ambruk, namun tak ambruk-ambruk, adalah sebuah kosa gerak tersendiri dalam dunia tari, terutama pada tari-tari garapan Bumi Bajra Sandhi.   

Penari laki-kali dalam pentas Tadah asih, Bumi Bajra Sandhi [Foto: Pan Amri]

Dengan “modal tubuh” semacam itu, Dayu Ani sebagai sutradara bisa saja mempertunjukkan semua kelebihan yang dimiliki tubuh pemainnya. Namun, Dayu Ani dengan sabar menentukan pilihan-pilihan serius untuk membuat garapannya tak terbayangkan sebagai tari Bali, sekaligus juga tak terbayangkan sebagai tari dengan kelatahan kontemporer. Ia serius menemukan, meramu, dan memperkenalkan gerakan yang “berbeda”, yang mungkin tak bisa disebut bersumber dari gerakan tari tradisional dan tak bisa juga disebut meniru-niru gerakan tari-tari kontemporer yang selama ini kerap diperkenalkan pada panggung kesenian di Bali.

Jika pun Dayu Ani dalam pentas ini memiliki kecenderungan untuk memainkan tata artistik dan properti, semisal penggunaan cerpen, kursi dan lampu senter, ia tetap meleburkan seluruh kekuatan tata artistik panggung dan properti itu kepada tubuh-tubuh para penarinya. Misalnya, latar yang memunculkan pantulan seperti cermin dalam pertunjukan di Ksirarnawa itu tak sekadar menjadi latar gerakan tubuh, tapi latar itu menangkap tubuh penari untuk dipantulkan lagi menjadi tarian yang berbeda, yang disulam sedemikin rupa sehingga secara keselurahan dalam imajinasi tak bisa dibedakan mana bayangan mana tubuh asli.

Seperti burung Tadah Asih, gerakan-gerakan baru dalam seni pertunjukan tari mungkin dianggap sebagai penanda kematian gerakan-gerakan lama yang sudah sah menjadi pakem. Namun jika tak ada upaya untuk menciptakan gerakan-gerakan baru, bukankah itu juga sebagai penanda kematian semua gerak di dunia tari? [T]

Tags: Bumi BajraBumi Bajra SandhiFestival Seni Bali Janiseni taritari kontemporer
Previous Post

Sumpah Pemuda, Inspirasi Kepemimpinan Visioner Bangsa

Next Post

Musikalisasi Puisi atau Vokal Grup Puisi? | Catatan Lomba Musikalisasi Puisi Festival Bali Jani

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Musikalisasi Puisi atau Vokal Grup Puisi? | Catatan Lomba Musikalisasi Puisi Festival Bali Jani

Musikalisasi Puisi atau Vokal Grup Puisi? | Catatan Lomba Musikalisasi Puisi Festival Bali Jani

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co