10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Jelajah Pemanfaatan Rempah dalam Naskah Lontar

Putu Eka Guna YasabyPutu Eka Guna Yasa
October 26, 2021
inEsai
Jelajah Pemanfaatan Rempah dalam Naskah Lontar

Ilustrasi tatkala.co

I. PENDAHULUAN

Rempah sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia pada masa lampau sempat menjadi primadona bangsa Eropa. Semula mereka menempuh perjalanan panjang menjelajahi berbagai daratan dan lautan untuk mencari rempah, tetapi kemudian lama-kelamaan mereka menjarah lalu menjajah bangsa Indonesia. Konon para penjajah tersebut memanfaatkan rempah untuk berbagai keperluan terutama sebagai penyedap makanan bagi para bangsawan, pengawet makanan, obat, proses penguburan jazad, pewangi ruangan, hingga pembangkit gairah seksual (Kompas, 2017).

Di Indonesia sendiri khususnya Bali, jejak perdagangan rempah diindikasikan sudah dimulai sejak zaman prasejarah atau awal abad masehi. Hal itu dikaitkan dengan penemuan artefak arkeologis seperti gerabah, cermin dari perunggu, dan manik-manik dari India, Cina, dan Mesir. Hubungan intensif yang terjalin antara Bali dengan daerah-daerah lain tersebut salah satunya diduga kuat berhubungan erat dengan pencarian rempah-rempah. Di India, sejak dulu rempah-rempah dimanfaatkan sebagai bumbu makanan dan pengobatan. Sementara itu, di Cina pada dinasti Han ada kebiasaan sebelum rakyat menghadap raja mereka harus mengunyah cengkeh untuk menghilangkan bau mulut. Di sisi lain, di Mesir rempah-rempah digunakan sebagai pengawet jazad (Ardika, 2020).

Selanjutnya, pada zaman sejarah khususnya melalui peninggalan prasasti-prasasti Bali Kuno kita dapat mengetahui bahwa sejumlah rempah telah terdokumentasi dalam kebijakan raja-raja Bali Kuno. Prasasti Sembiran A 1 berangka tahun 844 Masehi yang memuat permohonan rakyat julah kepada raja agar wilayah perbentengan mereka diperbaiki, sekaligus menunujukkan ada sejumlah kebijakan raja untuk tidak memungut jenis rempah seperti cabai dan kemiri kepada masyarakat yang baru saja terkena serangan penjahat kala itu. Pamlin Nayaka di Magha… Tani pamlinyan bras lngis cabya tingkir “Persembahan untuk Nayaka pada bulan Maga… tidak membeli beras, minyak, cabai, dan kemiri”. Karena permintaan tersebut dilakukan pada bulan Maga, ada kemungkinan persembahan beras, minyak, cabai, dan kemiri kepada Nayaka itu dimanfaatkan untuk makanan atau sarana persembahan atau sarana upacara.

Tidak hanya itu, prasasti Sembiran A II berangka tahun 897 Saka pada masa pemerintahan Sri Janasadu Warmadewa menyebutkan kewajiban masyarakat untuk menghaturkan pembelian sejumlah bahan rempah seperti jahe dan bawang putih pada bulan Kartika (Oktober) kepada seorang pejabat kerajaan. Prasasti itu menyebutkan sebagai berikut me pamaka kadan sara blin ku 1 rasuna, halya, blin ku srahangnya di da kulapati me da karana jataka ditu, angkĕn kartika yang artinya “dan mereka juga menyediakan untuk pembelian panah 1 kupang, bawang putih dan jahe 1 kupang, yang harus diberikan kepada Kulapati Jataka di Julah setiap bulan Kartika (Ardika, 1996: 119-120). Momentum penyerahan bumbu yang bertepatan dengan bulan Kartika atau sasih kapat tersebut mengindikasikan bahwa kemungkinan besar bawang putih (rasuna) dan jahe (halya) dijadikan sebagai bumbu untuk keperluan pembuatan sarana upacara tertentu.

Data artefak prasejarah dan prasasti-prasasti tersebut ternyata hanya memberikan informasi yang fragmentaris atau serba terpenggal kepada kita. Di titik ini tampaknya khazanah naskah lontar Bali sebagai perekam jagat pemikiran orang Bali bisa dijadikan dwara atau pintu masuk untuk menjelajahi pemanfaatan rempah dalam tradisi masyarakat Bali. Pemanfaatan rempah dalam naskah lontar Bali tampaknya belum sempat dilakukan di tengah-tengah kencangnya arus diskusi tentang rempah. Semoga catatan pendahuluan ini bisa memberi sejengkal kontribusi untuk pengusulan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia yang dicanangkan pada tahun 2024 nanti.

II. ISI

Sejauh pelacakan yang dilakukan, pemanfaatan rempah dalam khazanah lontar Bali terutama tampak pada tiga bidang kehidupan yaitu ganda, boga, dan usada. Ganda dalam hal ini bermakna aroma, wangi-wangian, atau parfum. Boga bermakna berbagai jenis olahan makanan atau kuliner. Usada bermakna sistem pengetahuan tentang pengobatan.

2.1  Ganda (Parfum)

Sebuah karya sastra geguritan berjudul Megantaka memuat fragmen yang mengindikasikan pemanfaatan rempah sebagai wangi-wangian atau parfum. Karya sastra bermotif panji ini menarik karena ditulis oleh pengarangnya dari cerita lisan orang Bugis di Ampenan Lombok menggunakan bahasa Bali. Ia juga menjelaskan bahwa cerita ini berasal dari zaman Majapahit.

Karya sastra ini mengisahkan petualangan cinta antara Raden Ambaramadia dengan putri Ambarasari. Salah satu godaan yang menguji kekuatan cinta mereka datang dari Ni Limbur. Ia adalah seorang perempuan biasa yang menggunakan guna-guna untuk mendapatkan cinta dari Raden Mantri Ambaramadia. Saban bertemu dengan Raden Mantri, Ni Limbur selalu mempersiapkan diri agar bisa tampil secantik mungkin di hadapan sang putra mahkota.

Dalam konteks persiapan bertemu dengan sang raja itulah kita menemukan pemanfaatan rempah sebagai wangi-wangian atau parfum. Pengarang Geguritan Megantaka menyatakan ramuan parfum yang berasal dari rempah-rempah tersebut dengan deskripsi berikut ini.

Gagandane racik sia, isen jae lawan kunyit, gamongan umbin paspasan, umbin gadung umbin tĕki, kalawan umbin kaladi, biluluk anggon mangratus, sampun ngrangsuk busana, mapasang guna di alis, majujuluk, kĕtog titih jaring bukal  (Geguritan Megantaka, Pupuh Sinom, bait 31).

Terjemahan.

Wangi-wangian (parfumnya) menggunakan sembilan campuran, lengkuas jahe kunir, lempuyang umbi paspasan, umbi gadung umbi teki, dan umbi keladi, disampur dengan buah enau, setelah selesai berhias, memakai guna-guna di alisnya, yang bernama ketog titih jaring bukal.

Berdasarkan petikan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa ramuan parfum yang digunakan oleh Ni Limbur terdiri atas sembilan campuran. Campuran tersebut terdiri atas dua komponen bahan yang utama yaitu rempah-rempah dan umbi-umbian. Rempah-rempah yang digunakan adalah lengkuas, jahe, kunir, dan lempuyang. Sedangkan umbi-umbian yang digunakan adalah umbi paspasan, umbi gadung, umbi rumput teki, dan umbi keladi. Kedua komponen bahan tersebut dicampur dengan buah enau.

Pengarang memang tidak dengan spesifik menjelaskan mengenai takaran dari masing-masing komponen rempah, umbi-umbian, dan buah dalam petikan tersebut. Barangkali ketika karya sastra tersebut ditulis, pengetahuan umum tentang parfum yang dibuat menggunakan sarana-sarana itu masih terekam kuat dalam endapan pemikiran masyarakat Bali. Terlebih bagi mereka yang pada zaman kerajaan menjadi petugas di karang kaputren. Karang kaputren merupakan tempat para putri raja, selir, dan dayang untuk merawat kecantikan diri mereka. Tentu sistem pengetahuan tentang parfum seperti yang termuat dalam Geguritan Megantaka dijadikan sebagai pengetahuan umum, di samping sejumlah lontar pegangan lainnya seperti Indrani Sastra, Rukmini Tattwa, Pameda Smara, Resi Sambina, dan yang lainnya. Indrani Sastra memuat sistem pengetahuan tentang tata cara merawat kecantikan perempuan.

Dalam Kakawin Ramayana disebutkan bahwa Sita sebagai figure wanita terpelajar tuntas menguasai ajaran ini. Di samping itu, dalam Kakawin Smaradahana juga disebutkan bahwa ketika Dewa Uma bersatu dengan Siwa, beliau mempraktikkan Indrani Sastra. Rukmini Tattwa memuat sistem informasi tentang kecantikan seksualitas. Pameda Smara memuat berbagai hari baik dan buruk ketika melakukan hubungan seksual. Resi Sambina memuat strategi melakukan hubungan seksual secara berkualitas.

Pemanfaatan rempah-rempah dan rerumputan sebagai sarana parfum sesungguhnya dimanfaatkan hingga saat ini. Parfum Patchouli menggunakan sarana rumput sarana rumput patchouli dan vetiver yang memberi nuansa segar. Parfum Versace juga menggunakan perpaduan rempah seperti kapulaga, kelapa, lada, dan jahe. Penelitian lebih lanjut mengenai parfum ini tentu masih diperlukan.

2.2. Boga (Olahan Makanan)

Pemanfaatan rempah dalam dunia boga atau olahan makanan Bali tidak bisa diragukan lagi. Rempah-rempah sebagai bumbu makanan sudah menjadi bahan pokok yang tidak mungkin dilepaskan dari sajian makanan Bali. Menariknya, terdapat sejumlah lontar yang khusus membicarakan makanan dengan pemanfaatan rempah-rempah. Lontar-lontar tersebut di antaranya adalah Dharma Caruban, Purincining Ebatan, dan Kakawin Dharma Sawita. Aneka sistem pengetahuan tentang rempah dalam tiga lontar tersebut dapat dilihat di bawah ini.

2.2.1    Dharma Caruban [Tata Cara Mencampur Olahan]

Secara harfiah, kata dharma dalam judul di atas bermakna tata cara, kebenaran, kewajiban, sedangkan caruban berasal dari kata carub yang artinya campur. Dengan demikian, dharma caruban bermakna tata cara mencampur. Dalam konteks ini dharma caruban dapat dimaknai sebagai tata cara yang dilakukan dalam mencampur/mengolah racikan bumbu-bumbu makanan sesuai dengan uraian resep.

2.2.2 Purincining Ebatan [Rincian Ebatan}

Lontar Purincining Ebatan melengkapi khazanah lontar Bali yang mengandung sistem pengetahuan mengenai kuliner Bali. Hal itu juga menunjukkan bahwa para intelektual masyarakat Bali di masa lampau telah memberikan perhatian terhadap boga sastra atau sastra yang berisi informasi tentang kuliner, baik bumbu, bahan, dan tata cara pengolahannya secara teknis.

2.2.3 Kakawin Dharma Sawita [Abdi Kebenaran]

Sejauh pelacakan yang dilakukan terhadap karya-karya sastra kakawin, karya sastra ini merupakan satu-satunya kakawin yang membahas tentang 17 bumbu berbahan rempah. Sistem pengetahuan tentang bumbu tersebut disampaikan melalui dialog antara seorang murid bernama Sang Sad Rasa [Sang Enam Rasa] dengan Mpu Sura Rasa [Mpu Ahli Rasa]. Dengan menyajikan dialog antara murid dan guru, pengarang tidak bermaksud menggurui pembaca karyanya.

2.3  Usada (Pengobatan)

Obat Panas

Apabila bibir si pasien pecah-pecah, nafas di hidungnya terasa panas, aliran tenaganya panas, tangan dan kakinya dingin, pertanda si pasien menderita sebaha jampi. Dan jika bibir si pasien pecah-pecah, nafas di hidung terasa dingin dan agak tertahan, jari-jari kakinya dingin, sekujur tubuhnya gerah, pertanda si pasien menderita sebaha jampi. Jika bibirnya kering, dan mual-mual, nafas di hidung terasa panas, gerah setiap menjelang sore, tangan dan kakinya dingin, pertanda si pasien menderita sebaha jampi. Dan apabila jari-jari kaki si pasien panas, nafas di hidung terasa dingin, pertanda si pasien menderita asrep kapendem. Jika nafas di hidung si pasien terasa panas, jari-jari kakinya panas, kukunya tampak kemerahan, pertanda si pasien menderita panas terus. Jika jari-jari kakinya dingin, bibirnya terbuka-tertutup, pertanda si pasien menderita srep terus. Sarana obat untuk bayi tidak

[5b] mau makan, dinamakan menderita sebaha nyuh, adalah miana hitam, sulasih harum, daun tatahiwak 3 pucuk, jeruk nipis, air cendana, adas, dilumatkan dan direbus, dipakai mandi. Sarana obat bayi menderita panas-dingin adalah lampuyang, lenga wijen, dipakai obat gosok. Dan sarana obat popok kepala adalah gamongan kedis, musi, minyak kelapa, diramu dan dipendam dalam abu panas, dipakai popok kepala. Dan sarana obat popok di pusar adalah serabut dedap, pantat bawang putih. Sarana obat panas-dingin adalah buah pala, dewandaru, ler wandawa, dipakai bedak. Sarana obat untuk bayi panas adalah beras merah, buah sirih, bawang, adas, dipipis untuk dijadikan bedak. Ramuan obat untuk bayi panas adalah daun waribang, daun gandarusa kling, air arak, dipakai menggosok tubuh pasien.

[6a] Sarana obat untuk bayi panas adalah daun gandarusa kling, temulawak, bawang merah, bawang putih, jangu, diramu untuk menyembur. Obat untuk bayi panas adalah daun sembung, bangle, kelapa bakar, temulawak, dipipis dijadikan obat gosok, dan sarana obat untuk menyembur tubuhnya adalah daun sirih, daun sembung, dilumat lalu dicampur dengan garam, gamongan, dipakai menyembur. Sarana obat panas membara dan gelisah adalah kelapa, adas, air jeruk nipis, dipakai ramuan air mandi. Sarana obat panas gerah gelisah adalah akar sembung, akar kesimbukan, akar pancar sona, kelapa bakar, bawang tambus, air ketan gajih, garam yodium, diramu untuk diminum. Sarana obat untuk anak-anak menderita kegerahan dan gelisah adalah paspasan, padang lepas, limau, dipakai bedak. Sarana obat bayi (anak-anak) gerah gelisah adalah akar

[6b] katepeng, bunga paspasan, cendana, banyu tuli, dipakai ramuan air mandi. Sarana obat untuk bayi/anak-anak menderita gerah seperti dipanggang adalah kulit pohon pule, air jeruk nipis, bawang, adas, diramu untuk minuman. Sarana obat bayi/anak-anak menderita panas gelisah adalah kayu tulak, kayu sangka, dahusa kling, cendana, air limau, dipakai obat bedak. Dan sebagai obat minum adalah padang lepas, asam, bawang tambus. Sarana obat bayi panas dalam, dipakai menyembur tubuh si pasien, adalah daun kameniran, paspasan, adas, pulasari. Sarana obat minum untuk bayi/anak-anak menderita panas dalam adalah akar silagui, adas, air santan. Sarana obat minum untuk bayi menderita panas dalam adalah tunas daun pancar sona, bawang mentah, air beras.

[7a] Sarana obat untuk bayi menderita panas dalam adalah kembang wane, belimbing besi, bawang mentah, air ketan gajih, diteteskan di hidung pasien dan dipakai minuman. [T]

Obat Batuk

[25b] akar meduri putih, beras merah, bawang merah, bawang putih, jangu, diramu untuk bedak kaki pasien. Ada lagi sarana lain yakni kayu pugpug, kayu tulak, sampah di persimpangan jalan, laos kapur. Sarana bedak tubuh terdiri atas daun dedap kuning, kulit pohon kesambi, majakane, majakeling, sarilungid. Obat untuk penyakit batuk berdahak, sarananya adalah perasan laos, akar limau, air cuka tahun, diramu untuk diminum. Obat batuk berdahak dan mengorok, sarananya adalah lampuyang, laos, daun pule, ketumbah, air cendana, diramu untuk bedak. Jamunya memakai sarana tangkai pule, miana hitam, temulawak, air cendana, air jeruk nipis, ditim, disaring untuk diminum. Obat batuk, sarananya adalah kunir warangan, sinrong, gula, dipendam dalam abu panas, lalu dipakai menyembur dada pasien.


[26a] seperti menusuk-nusuk, sarananya adalah daun meduri, kunir warangan, kencur, laos, bawang, adas, diramu untuk bedak di dada pasien. Obat batuk, sarananya adalah laos, asam, diramu untuk diminum. Obat batuk, berludah berisi dahak, sarananya adalah temulawak, daun paya puwuh, asam, diramu dan direbus untuk jamu. Ampasnya dipakai menyembur hulu hati pasien. Obat batuk menahun, sarananya asam, air cendana, diramu untuk diminum. Obat batuk berdahak dan terasa sesak di hati, sarananya adalah laos, akar asem, air cuka, diramu untuk diminum. Obat batuk mengeluarkan darah dan nanah, sarananya adalah kunir, asam, minyak kelapa, bawang, telur 
[26b] ayam, dihangatkan, dipakai untuk diminum. Obat batuk kering, sarananya adalah akar teleng putih, kemiri jentung, garam dapur, diramu untuk obat tetes dan untuk menyembur dada pasien.

Tags: lontarrempah-rempahsastrasastra rempah
Previous Post

‘’Padma Dewata’’ Wirakesuma , Ingatkan Simbol Unik Sarat Makna Kehidupan

Next Post

“Cut Cat Cit” Teater Selem Putih: Kesedihan Burung, Kelucuan Manusia

Putu Eka Guna Yasa

Putu Eka Guna Yasa

Pembaca lontar, dosen FIB Unud, aktivitis BASAbali Wiki

Next Post
“Cut Cat Cit” Teater Selem Putih: Kesedihan Burung, Kelucuan Manusia

“Cut Cat Cit” Teater Selem Putih: Kesedihan Burung, Kelucuan Manusia

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co