Festival Seni Bali Jani (FSBJ) III Tahun 2021 akan diselenggarakan selama dua pekan, 23 Oktober sampai 6 November 2021, melibatkan tak kurang dari 1.000 seniman dan pekerja seni.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Gede Arya Sugiartha mengungkapkan, perhelatan kali ini mengusung tema “JENGGALA SUTRA: SUSASTRA WANA KERTHI” yang bermakna “Semesta Kreativitas Terkini: Harmoni Diri dan Bumi dalam Keluasan Penciptaan Baru”.
Perhelatan ini bukan hanya merespon secara kreatif dan inovatif situasi pandemi COVID-19, namun juga mengedepankan estetika seni yang mengacu pada konsep eksplorasi, eksperimentasi, lintas-batas, kontekstual, dan kolaborasi yang diterjemahkan ke dalam setiap rangkaian program maupun mata acaranya.
“Pandemi ini sesungguhnya adalah sebuah momen mulat sarira dan momentum kreativitas. Melalui FSBJ III ini para seniman diharapkan dapat mempersembahkan karya-karya terbaik mereka merespon tema yang telah ditetapkan. Program atau mata acara yang dihadirkan dalam FSBJ III Tahun 2021 ini bukan semata tontonan, namun mengandung kedalaman tuntuntan, juga menyampaikan pesan seruan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan serta kehidupan keseharian kita, “ ungkapnya.
Bali memiliki dua wahana pemajuan seni yang digelar setiap tahun, di bawah naungan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan.
Pertama, Pesta Kesenian Bali yang merupakan ajang penggalian, pelestarian, dan pengembangan nilai-nilai seni tradisi Bali yang digelar sejak 1979.
Kedua, Festival Seni Bali Jani, yang digagas oleh Ibu Putri Suastini Koster, pertama kali diselenggarakan pada 2019, diwujudkan sebagai tonggak kebangkitan seni modern dan kontemporer.
Kedua perayaan seni tradisi/klasik (PKB) dan modern/kontemporer (FSBJ) selaras dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru. Visi ini menjunjung arti menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang Sejahtera dan Bahagia, secara sekala dan niskala.
Sebagaimana tahun lalu, penyelenggaraan festival ini masih menerapkan prosedur dan protokol kesehatan yang ketat, diantaranya wajib memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Penonton juga wajib menunjukkan sertifikat vaksin dan check in melalui aplikasi PeduliLindungi.
Bertindak sebagai kurator FSBJ III Tahun 2021 adalah Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum, Ida Bagus Martinaya, S.Pd., M.Sos., dan Warih Wisatsana. Terdapat 45 program atau mata acara, diantaranya adalah Medeeng Anyar (Karnaval Virtual), Pawimba (Lomba), Adilango (Pergelaran) pentas ragam seni dari sejumlah sanggar, grup teater, serta komunitas seni, Utsawa (Parade) pentas ragam seni dari duta kabupaten/kota di Bali, Megarupa (Pameran Seni Rupa), Timbang Rasa (Sarasehan), Beranda Pustaka (Bursa Buku), dan Bali Jani Nugraha.
FSBJ III Tahun 2021 akan dibuka secara resmi oleh Gubernur Bali Wayan Koster, Sabtu (Saniscara Paing, Warigadian), (23/10), di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali. Disamping menampilkan Medeeng Anyar (Karnaval) virtual, pembukaan juga mengetengahkan pementasan Teater Opera Musikal berjudul “Pusaka Rimba” yang dibawakan oleh Teater Kini Berseri berkolaborasi dengan sejumlah sanggar dan komunitas teater lainnya.
Sedangkan pada Penutupan, Sabtu (Saniscara Umanis, Sungsang) (6/11), akan ditampilkan pergelaran Musik Kontemporer berjudul “Dimensi Musik” dari Sanggar Rareangon Sejati berkolaborasi dengan Lolot Band, The Hydrant, dll, berikut penyerahan hadiah untuk para juara lomba dan penganugerahan Bali Jani Nugraha kepada sejumlah tokoh seniman.
“Penyelenggaraan FSBJ III Tahun 2021 memadukan antara daring dan luring dengan venue utama di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya dan Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Adapun Beranda Pustaka secara khusus dihadirkan di Studio Patung Taman Budaya Denpasar, menyajikan buku-buku terpilih dari berbagai penerbit ternama dari Bali dan luar Bali, bahkan internasional, termasuk buku-buku karya para penerima penghargaan Bali Jani Nugraha tahun 2019 dan 2020.
Program Beranda Pustaka ini seturut upaya meningkatkan budaya literasi bagi generasi muda, khususnya untuk memahami seni, sastra, dan kebudayaan,” ungkap Ida Bagus Martinaya.
Sebagaimana tahun sebelumnya diselenggarakan pula pameran kolosal Bali Megarupa, kali ini melibatkan 107 seniman lintas generasi, yang tertua adalah D. Tjandra Kirana (77 tahun) dan termuda Naripama Ramavijaya (19 tahun). Bukan hanya menampilkan karya 2 dimensi berupa lukisan dan fotografi, namun juga 3 dimensi; keramik, patung, dan instalasi.
Pameran Bali Megarupa dipresentasikan di 4 venue, yakni Museum Puri Lukisan Ubud, Museum Neka Ubud, Museum ARMA Ubud, dan Gedung Kriya Taman Budaya Denpasar, melalui skema kurasi undangan terpilih dan undangan terbuka.
Penghormatan kepada maestro dan upaya transfer of knowledge
Dari sekian banyak mata acara tersebut, secara khusus digagas dan diwujudkan sebuah program penghormatan atau a tribute bagi maestro atau pendahulu, yakni A Tribute to Umbu Landu Paranggi (sastrawan) dan A Tribute to Nyoman Sura (penari/koreografer). “Kita memahami, dan itu sudah terbukti, seni-seni modern/kontemporer Bali sesungguhnya sudah memiliki proses atau sejarah panjang.
Sepatutnya kita menghormati para pendahulu, seperti Pak Umbu Landu Paranggi dan Bli Nyoman Sura, yang dedikasi dan sumbangsih kreativitasnya mewarnai dinamika kehidupan seni modern/kontemporer kita. Mereka bukan hanya berkarya bagi dirinya sendiri, tetapi juga turut membangun atmosfer kehidupan kreatif yang memungkinkan generasi muda mengembangkan minat dan bakatnya sebagai generasi penerus.
Umbu Landu Paranggi berpuluh tahun menggiatkan apresiasi sastra keliling Bali, melahirkan sastrawan-sastrawan yang prestasinya bukan hanya mewarnai Indonesia tetapi juga internasional. Adapun Nyoman Sura, seorang penari sekaligus koreografer yang prestasi dan capaiannya tak diragukan lagi. Ia juga seorang pendidik serta panutan banyak penari atau koreografer muda yang menularkan semangat pembaharuan,” ujar Warih Wisatsana. [T][***/Rls]