Suara telivisi yang sangat kencang terdengar dari salah satu sudut rumah. Terlihat seorang pria dengan kaos oblong dan celana pendek duduk santai di sofa. Sisa-sisa belek terlihat masih menempel di sela-sela matanya, penampilannya benar-benar berantakan bahkan dengan melihatnya, kita bisa menebak menu makanannya semalam. Layar televisi menampilkan berita terkini yang memberitakan penyebaran wabah yang datang dari negeri timur sana, diperparah dengan demo yang terjadi di tengah-tengah pandemi ini. Demo terjadi di seluruh penjuru kota dengan ribuan demonstran. Mereka menuntut penegakan hukuman bagi anggota dewan yang melakukan korupsi dana di tengah pandemi.
“Selamat siang pemirsa, seperti yang terlihat di belakang saya, terjadi demo di depan gedung DPR yang dilakukan oleh mahasiswa dan warga sipil. Para demonstran menuntut penegakan hukum terhadap anggota dewan yang melakukan korupsi, terlihat begitu banyak demonstran saling berdesak-desakan, namun belum ada tanggapan apa pun dari pemerintah.”
Fokus menyimak berita yang sedang hangat, Pria itu dibuat kesal karena suara ribut dari atas langit-langit rumahnya, seakan-akan sedang terjadi demo di atapnya. Ia memang jarang di rumah, tetapi semenjak pandemi ini ia selalu diam di rumah mengikuti arahan pemerintah. Mendengar keributan di langit-langit rumah emosinya tak tertahankan, ia bergegas beranjak dari sofanya dan mengambil sapu yang ada di dekatnya, lalu menggedor langit-langit yang sudah sedikit usang itu dengan sapu.
“Tikus sialan! Diam!” Pria itu berteriak ke arah atap rumahnya.
Belakangan, tikus-tikus itu semakin terbiasa mendengar umpatan yang diteriakan oleh Pria itu, tentu semenjak ia melakukan kerja dari rumah. Karena itu, sesungguhnya tidak ada gunanya mengumpat tikus-tikus, mereka hewan bangor yang hanya memedulikan isi perut. Tentu saja mereka akan mengabaikan apa yang Pria itu katakan. Hewan kotor itu mungkin hanya tahu jika si pria kesal.
Makanan yang disimpan di atas meja selalu berkurang bahkan jika tidak ada seorang yang memakannya, tentu saja itu ulah dari tikus-tikus itu. Sialnya, di rumah pria itu tidak ada kucing untuk mengusir mereka, sehingga tikus-tikus pencuri menjadi leluasa berkeliaran kesana-kemari. Mereka sangat lincah untuk mengendap dan mengambil makanan yang ada di atas meja, di dalam rak makanan, di atas piring, bahkan yang ada di dalam kaleng dengan tutup yang erat, entah bagaimana cara mereka membukanya. Untungnya setiap mereka mencuri selalu meninggalkan jejak berupa kotora yang baunya seperti tumpukan sampah.
“Sialan! Tikus sialan! Akan aku remukan badan kalian,” umpat pria itu dengan perasaan muak dengan tingkah tikus-tikus di rumahnya.
Tikus-tikus itu mengintip dari lubang yang ada di atap rumah pria itu. Seperti menonton pertunjukan, mereka duduk sambil menyantap hasil curian, sesekali cicitan mereka seperti tawa yang membuat si pria bertambah kesal.
“Dia tidak bisa berbuat apa selain marah-marah,” kata tikus kecil sambil menggigit potongan roti.
“Makan yang banyak, bukan banyak bicara seperti manusia!” lanjut tikus besar.
Tikus-tikus itu sangat puas berdecitan, menonton si pria, dan memakan hasil curiannya dengan lahap dan berpikir semuanya akan seperti itu selamanya.
Di suatu siang, pria itu sudah siap jika tikus-tikus di rumahnya muncul, tangannya sudah menggenggam sapu untuk memenuhi sumpahnya: meremukkan para tikus itu. Tampaknya, nyali tikus-tikus itu sedikit menciut setelah melihat pria itu dengan sapu yang selalu digenggam. Tentu saja para tikus paham jika pria itu ingin membunuh mereka. Namun, mereka tidak kehabisan akal, mereka menunggu sampai si pria lengah. Tentu tidak mudah. Mata pria itu terus terjaga menunggu kedatangan tikus dan tikus-tikus menunggu kesempatan yang tepat untuk mengambil makanan.
“Manusia ini benar-benar kekeh. Tidak mau kalah, bagaiaman ini, Bos?” tanya tikus kecil.
“Mau tidak mau salah satu dari kita harus keluar,” kata tikus besar.
“Aku takut kalau tertangkap, Bos,” jawab tikus kecil khawatir.
“Pengecut! sana pergi dan curi makanan itu, satu tikus lebih aman dari pada kita semua yang ke sana,” perintah tikus besar.
Tikus besar menyundul tikus kecil dengan moncongnya yang cukup panjang. Tujuannya jelas, makanan yang ada di atas piring dekat si pria. Tikus kecil yang malang itu terpaksa keluar dari persembunyiannya dan mencuri makanan yang ada di dekat pria itu. Tikus kecil mengendap-endap dan sangat memperhatikan langkahnya, tapi sepertinya pria itu sudah sangat siap. Ia mendengar decitan lagi, mata tikus kecil bertatapan dengan mata si pria, dan dengan sigap si pria mengangkat sapunya dan mengayunkan ke arah tikus kecil.
Pria itu memukul semua yang ada di hadapannya. Makanan di atas piring hancur berantakan tak tersisa karena terkena sapu yang dibawa oleh pria itu. Tikus kecil itu dapat lolos dari amukan si pria. Di sisi lain, sangat beruntung tikus kecil itu, tikus kecil lega karena selamat walaupun ia tidak mendapatkan apa-apa.
“Tidak akan aku beri ampun kalian!” kata pria itu sambil menunjuk ke arah atap dengan sapunya.
Badan tikus kecil itu bergetar ketakutan, jatungnya seperti ingin copot.
“Aku hampir saja mati, Bos, sedikit saja aku lengah maka habislah nyawaku,” kata tikus kecil dengan suara yang bergetar.
“Payah! Nyatanya kau selamat.”
Hingga malam tiba, tikus-tikus itu belum berani lagi mencoba untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Si pria terus berpikir untuk mencari cara bagaimana agar dapat menangkap dan memusnahkan tikus-tikus. Tiba-tiba ia ingat bahwa di rumahnya ada perangkap berbentuk seperti capit peninggalan ayahnya dahulu. Si pria bergegas menuju gudang untuk mencari perangkap yang ditinggalkan oleh ayahnya. Setelah menemukan perangkap, pria itu kembali lalu memasang beberapa perangkap tikus di tempat-tempat yang sering mereka datangi. Tak lupa, ia menaruh makanan di dalam perangkap sebagai umpan.
“Aku yakin, cara ini pasti berhasil,” kata si pria sangat percaya diri.
Pria itu meninggalkan perangkap tikus yang sudah ia pasang di semua sudut yang ia kira akan disinggahi para hewan kotor itu. Lalu, ia kembali duduk di sofa tepat di depan televisi; menonton dengan santai sambil menunggu tikus-tikus terjebak.
“Manusia bodoh itu sudah pergi! Dan… Dan… ada begitu banyak makanan,” kata tikus kecil menyampaikan kepada Tikus besar dan teman-temannya.
“Ya… ya… aku sudah lihat.” Air liur tikus besar mengalir deras dari mulutnya hingga membasahi kaki-kaki kecil tikus lain.
“Ayo kita ambil sebelum manusia itu datang!” kata tikus kecil penuh semangat.
Mereka tak sadar dan tak tahu bahwa apa yang mereka hadapi adalah perangkap untuk membunuh mereka. Saking laparnya, mereka dibutakan oleh makanan, mereka pun menyerbu perangkap itu tanpa ragu. Tidak bisa menghindar, satu per satu dari mereka terperangkap. Seketika badan mereka yang kecil remuk terkena besi dari perangkap tersebut. Seisi perut mereka keluar, mata mereka terpisah dengan kepalanya, lantai seketika dipenuhi oleh darah tikus-tikus itu, tak ada satu pun dari mereka yang tersisa.
Di ruangan lain, si pria duduk manis menonton televisi dan mendengar suara keributan-keributan yang berasal dari tempatnya memasang perangkap. Ia mendengar suara capitan yang terlepas diringi dengan suara decitan tikus-tikus yang kini mirip teriakan meminta tolong. Pria itu tersenyum lebar seperti seorang pembunuh berantai yang telah menghabisi korbannya. Ketika itu adalah pertama kalinya si pria tersenyum karena keributan yang dibuat oleh tikus-tikus.
Dari arah televisi terdengar reporter sedang menyampaikan sebuah berita.
“Sekilas info, telah terungkap kasus korupsi bansos. Terdapat 5 orang yang telah dinyatakan sebagai pelaku, mereka akan diancam hukuman kurungan seumur hidup.“
“Di masa yang sulit ini, ada-ada saja tingkah tikus-tikus itu,” kata si pria sambil tertawa kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan tengah malam, tak ada lagi suara tikus yang ribut di atas langit-langit rumah hanya serakan bangkai tikus di beberapa sudut rumahnya. Mata pria itu memerah lelah, ia menguap, dan menyerahkan seluruh badannya ke atas sofa favoritnya dengan televisi yang masih menyala. Kali ini tidak akan ada lagi yang mengganggu tidurnya. [T]
__________