Seekor kelinci bernama Lansa. Lansa hidup di sebuah gua yang berada di tengah hutan rimba yang sangat besar. Lansa, seekor kelinci yang selalu ingin menjaga penampilannya tetap menawan dan rupawan. Lansa merasa yang paling rupawan di antara binatang-binatang yang ada di hutan itu.
“Apa yang harus aku pakai agar aku semakin menawan dan bercahaya?” pikir Lansa.
Lansa mulai membuka lemari pakaian dan memperhatikan semua koleksi pakaiannya. Lansa hanya bengong, ia kebingungan tidak tahu harus memakai pakaian yang mana. Lansa merasa kesulitan memilih pakaian yang cocok dengan dirinya.
“Ahh, aku pakai topi ini,” gumam Lansa tersenyum senang.
Lansa memakai topi itu. Topi yang berwarna merah. Ia keluar dari gua memakai topi merah itu. Ia ingin menunjukkan keindahan topi merahnya. Ia mulai menelusuri hutan mencari teman-temannya.
“Pada kemana tema-temaku? Mengapa hari ini sepertinya mereka menghilang tiba-tiba?” pikir Lansa bingung.
Si Lansa melanjutkan perjalanannya.
“Mau kemana, Lansa?” sapa Beruang mengagetkan Lansa. Beruang asik bersandar di bawah pohon menikmati madu.
“Ternyata kamu di sini, Beruang,” ucap Lansa.
“Kenapa memangnya Lansa?” sahut Beruang tanpa memperhatikan Lansa.
“Beruang, coba lihat topi di kepalaku! Cocok gak denganku yang rupawan?” ucap Lansa tersenyum.
Beruang mulai memperhatikan topi yang dipakai oleh Lansa. Ia bengong melihat kepala Lansa.
“Beruang, cocok gak topiku ini?” tanya lagi Lansa.
“Cooocok-cocok, kamu pakai topi itu,” sahut Beruang tergagap akan desakan Lansa.
“Ah, pasti kamu bohong, Beruang!” ucap Lansa tak percaya.
“Benar, aku tak bohong Lansa,” jawab Beruang menahan tawanya.
Lansa percaya dengan ucapan Beruang. Ia merasa semakin yakin dengan topi yang ia pakai sangat cocok.
“Beruang, lebih baik aku pulang saja. Aku lihat teman-teman lainnya tidak ada,” ucap Lansa bahagia.
Beruang hanya mengangguk saja sambil masih menahan tawanya. Lansa pergi semakin menjauh dari Beruang. Beruang juga lari berlawanan menjauhi Lansa karena sudah tidak kuat menahan tawanya.
“Haaa, sangat lucu melihat Lansa sebagai seekor kelinci memakai topi. Ia hanya memakai topi menutupi telinga panjangnya dan tidak memakai apa-apa,” gumam Beruang tertawa.
Beruang terus tertawa sampai binatang lain yang baru datang dari menjelajah terheran-heran. Mereka heran melihat Beruang terus tertawa. Akan tetapi, mereka juga ikut tertawa ketika mendengar cerita Beruang.
Lansa sudah sampai rumah. Ia merasa ada yang kurang dalam dirinya. Ia lantas berdiri di depan cermin. Ia memperhatikan dirinya.
“Oh, ternyata aku hanya memakai topi. Aku harus pakai sepatu dan sandal agar semakin terlihat tampan,”pikir Lansa.
Lansa mengambil sepasang sepatu dan sepasang sandal dari dalam lemari. Ia memakai sepatu di kaki belakangnya dan sandal di kaki depannya. Ia kembali ke cermin memperhatikan penampilannya.
“Sungguh sempurna penampilanku ini. Aku sungguh tampan,” ucap Lansa memuji-muji dirinya sendiri.
Lansa sudah puas memuji dirinya sendiri sebagai seekor kelinci yang menawan di depan cermin. Ia keluar dari rumahnya.
“Lebih baik aku menemui Beruang. Pasti ia setuju dengan penampilanku sekarang. Mungkin ia sekarang sudah di rumah,” pikir Lansa tersenyum.
Sedangkan di rumah Beruang, ada banyak teman-temannya berkumpul sedang asyik mendengar cerita tentang Lansa memakai topi merah.
“Tok tok tok,” Lansa mengetuk pintu rumah Beruang.
Seketika suasana di dalam rumah Beruang menjadi hening ketika mereka mendengar ketukan pintu.
“Mungkin itu Lansa yang datang. Jika itu Lansa, kalian tidak boleh ada yang tertawa,” ucap Beruang.
Mereka yang ada di dalam rumah Beruang hanya mengangguk melihat kearah pintu penuh rasa penasaran. Beruang melangkah ke arah pintu dan mengintip melalui lubang kecil yang ada di pintu. Benar saja, Lansa dengan topi merah di kepalanya berdiri di depan pintu. Beruang segera membuka pintu rumahnya.
“Bagaima penampilanku, Beruang?” tanya Lansa.
“Cocok cocok cocok,” jawab Beruang memperhatikan kaki Lansa.
Beruang bengong melihat kaki Lansa, tetapi sontak tawa terbahak-bahak riuh di ruang tamu mengagetkan Lansa. Lansa tidak tahu ada teman-teman yang sedang berkumpul di rumah Beruang.
“Mengapa kalian tertawa?” ucap Lansa kecewa.
“Tidak ada apa-apa, Lansa. Mereka hanya senang melihat topi merah mu,” ucap Beruang mewakili teman-temannya.
“Ah, lebih baik pulang saja. Aku pasti terlihat aneh,” ucap Lansa marah.
Lansa pulang berlari kencang, tetapi ia tidak menyadari berpapasan dengan Kelinci cantik yang juga akan ke rumah Beruang. Kelinci cantik itu bernama Kelen. Kelen mengenakan dress pink yang membuatnya semakin cantik bercahaya.
Kelen sampai ke rumah Beruang. Ia terheran-heran dengan keriuhan yang telah terjadi.
“Apa terjadi di sini? Mengapa aku lihat Lansa tampan itu berlari sedih?” tanya Kelen bingung.
“Sebenarnya tidak ada apa-apa, tetapi mereka hanya tertawa karena Lansa memakai topi merah dan sepatu sandal yang berbeda sehingga terlihat lucu,” jawab Beruang tersenyum.
“Mengapa karena yang ia kenakan terlihat lucu, kalian tertawakan. Semestinya, kalian memberi tahu dia kalau yang dipakainya tidak cocok,” kata Kelen terlihat kesal.
Beruang dan teman-temanya hanya tertunduk diam mendengarkan ucapan kekesalan Kelen. Mereka merasa bersalah telah mertawakanya.
Kelen meninggalkan rumah Beruang. Ia berkeinginan menemui dan menghibur Lansa.
“Semoga Lansa ada di rumah,” pikir Kelen.
Sampailah Kelen di rumah Lansa. Ia berdiri di depan pintu rumahnya. Ia mengetuk-ngetuk pintu rumah itu, tetapi tidak ada yang membukakan pintu. Karena tidak ada yang membukakan pintu, Kelen mengintip melalui lubang kecil pintu, tetapi tidak terlihat ada Lansa.
“Siapa kamu? Mengapa ada di depan rumahku?” ucap Lansa mengaget Kelen.
Kelen menoleh kebelakang. Sontak Lansa kaget melihat Kelen.
“Wau, sungguh sangat anggun,” pikir Lansa.
“Aku ingin membantumu,” ucap Kelen memperhatikan penampilan Lansa.
“Membatu apa?” tanya Lansa terlihat tak bersemangat.
“Lihatlah dirimu! Kamu memakai topi merah yang menutupi semua telinga panjang indahmu. Kamu memakai sepatu yang berbeda ukuran di kaki belakangmu, tetapi kaki depanmu memakai sandal yang berbeda ukuran. Di tambah lagi, kamu tidak pakai baju dan celana. Itu menyebabkan kamu ditertawai oleh teman-temanmu karena terlihat lucu,” ucap Kelen.
Lansa hanya mengangguk sambil memperhatikan penampilannya sendiri.
“Mengapa kamu hanya diam saja? Ayo masuk ke rumahmu! Kita cari pakaian yang cocok,” ucap Kelen menarik tangan Lansa. Lansa hanya mengangguk mengikutinya.
Lansa menunjukkan lemari pakaiannya. Kelen memilih pakaian yang cocok untuk Lansa
“Nah, ini baru pakaian yang cocok untuk mu dan semua kakimu memakai sepatu,” kata Kelen.
Kelen menjelaskan cara memilih pakaian yang cocok kepada Lansa agar tidak salah lagi memakai pakaian. Lansa dengan serius mendengarkan penjelasan Kelen.
“Ya, aku mengerti sekarang,” sahut Lansa.
Mereka memilih semua pakaian dan sepatu maupun sandal yang cocok. Kemudian, menempatkannya kembali dalam lemari. Kini, Lansa memiliki kepercayaan diri dalam berpakaian. [T]