30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Uang dan Kebutuhan Manusia yang Semu

Krisna AjibyKrisna Aji
September 11, 2021
inEsai
Uang dan Kebutuhan Manusia yang Semu

Foto ilustrasi: Jayen Photography

Banyak orang mengatakan bahwa uang adalah kebutuhan utama. Lebih baik menangis di dalam rumah mewah dari pada di dalam gubuk; tekanan akibat kebosanan akan lebih mudah diatasi saat memiliki uang; fasilitas akibat uang akan mengurangi tekanan yang hadir. Apa lagi? Uang tampaknya memang benar-benar memiliki kekuatan besar dalam memberikan kebahagiaan.

Tapi, benarkah demikian? Untuk menjawab hal tersebut, langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan menelusur asal mula terciptanya dan bagaimana uang–pada akhirnya–memengaruhi kebahagiaan.

Pada buku berjudul “Money” yang ditulis oleh Yuval Noah Harari, dijelaskan bahwa awalnya manusia memenuhi kebutuhan yang tidak dimilikinya dengan cara bertukar barang atau barter. A yang memiliki gandum dan membutuhkan garam akan bertukar dengan B yang memiliki garam tetapi membutuhkan gandum. Barter–dalam konteks ini–tentu saja adalah tindakan untuk saling menukarkan barang yang memiliki nilai konsumtif yang jelas dan sama jika dilihat dari kebutuhan masing-masing pihak.

Misalkan, gandum dan garam yang dipertukarkan sama-sama dapat dikonsumsi. Atau, gandum dengan sandal yang dipertukarkan juga sama-sama memiliki nilai konsumsi yang jelas. Nilai konsumsi pada kedua barang pada akhirnya disepakati untuk memiliki “harga yang sama” agar patut dipertukarkan–dengan tambahan kondisi di mana kedua belah pihak memang saling membutuhkan barang yang tidak dimiliki: sepasang sandal yang terbuat dari kulit binatang adalah seharga 5 karung gandum pada pembuat sandal yang memerlukan gandum untuk dimakan dan petani gandum yang membutuhkan sandal untuk bercocok tanam.

Saat dipraktikan, cara tersebut menjadi makin rumit saat kebutuhan antara kedua belah pihak tidak sinkron. Contohnya: pada suatu musim panen gandum, seorang pengerajin sandal yang sudah terlalu banyak memiliki gandum berhadapan dengan petani yang ingin menukarkan gandumnya dengan jasa pembuatan sandal. Nah, apakah transaksi dari kedua kubu tersebut akan berhasil?

Pengrajin sandal tentu saja sukar untuk menerima gandum sebagai alat barter karena menumpuk gandum yang berlebihan–sehingga menyimpan gandum dalam jangka waktu yang lama–hanya akan membuat kelebihan gandum rusak dan tidak bisa dikonsumsi. Pengerajin sandal juga tidak dapat menukarkan kelebihan gandum yang dimilikinya ke orang lain di sekitarnya karena orang-orang tersebut juga sudah memiliki gandum yang berlimpah. Di titik ini terdapat masalah yang krusial: ketidakseimbangan antara kebutuhan dan harga tukar.

Sejalan dengan perkembangan zaman, solusi akan kekurangan dari barter mulai disiasati dengan dengan alat tukar yang disepakati bersama. Alat tukar ini–dalam perkembangannya disebut dengan “uang”–dapat menentukan persamaan nilai berbagai barang dengan lebih presisi.

Uang memiliki nilai yang relatif tetap, mudah disimpan, dan terbuat dari bahan yang tahan lama. Agar syarat tersebut berjalan, perlu adanya kesepakatan bersama mengenai nilai tukar uang yang dipakai secara umum–dengan konsekuensi mengesampingkan nilai konsumsi dari uang tersebut.

Koin yang terbuat dari emas atau logam–walaupun tahan lama–jelas saja tidak bisa dikonsumsi langsung seperti gandum atau garam. Koin menjadi berharga sebagai alat tukar karena adanya kesepakatan bersama yang biasanya ditentukan oleh otoritas di masyarakat–itu adalah salah satu alasan dari adanya gambar raja pada koin sebagai jaminan imperium akan alat tukar yang sah.

Di titik ini, nilai uang sudah mulai ditentukan oleh “kesepakatan komunal” walaupun alat tukar tersebut tidak memiliki nilai konsumsi yang nyata. Mulai dari konsep ini pula, pemikiran kritis pada tulisan ini–terkait dengan kebutuhan manusia yang terikat pada uang yang nisbi, imajiner, dan semu–dimulai.

Beranjak dari konsep bahwa kebutuhan manusia–menurut Maslow–berjenjang dari kebutuhan untuk bertahan hidup dan naik perlahan ke hal-hal yang lebih abstrak. Pada fase awal, individu melakukan transaksi untuk bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan sandang-pangan-papan. Setelah fase tersebut terlewati, kebutuhan akan kestabilan masa depan pun dicari dengan menggunakan uang sebagai sarana.

Kepemilikan atas uang adalah jaminan akan masa depan yang bebas dari kekurangan sandang- pangan-papan. Hal yang sama berlaku terhadap tabungan/asuransi yang menjamin untuk hari tua ataupun sakit di kemudian hari: semua untuk memastikan agar masa depan tetap aman. Pemenuhan dua kebutuhan awal yang terpenuhi kemudian beranjak ke kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang.

Pada tahapan ini, sebenarnya uang tidak lagi diperlukan. Walaupun demikian, bisa jadi lingkungan sosial yang “sepakat” bahwa kemampuan untuk membuat orang lain tercukupi dan merasa nyaman–dengan menggunakan uang–adalah salah satu variabel dari “penerimaan dan kasih sayang” dari orang-orang terdekat. Premis tersebutlah–salah satunya–yang mendasari argumentasi bahwa pernikahan perlu siap secara finansial agar keluarga tetap harmoni. Walaupun, hal tersebut tentu saja salah secara logika: kasih sayang tidak berkaitan sama sekali dengan “uang”.

Kebutuhan kemudian beranjak lagi ke konsep yang lebih tinggi: mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari lingkungan. Penghargaan dari lingkungan secara pragmatis dapat dipenuhi–salah satunya–jika seseorang memiliki uang yang banyak. Orang kaya akan menjadi figur yang utopis bagi orang-orang yang tidak pernah memiliki uang berlebih.

Orang kaya dapat membeli tawaran “semu” dari para kapital yang menjual barang-barang yang dapat menunjukan citra mewah dan berkelas walaupun barang tersebut memiliki nilai tukar yang tidak sebanding dengan nilai gunanya. Dan parahnya lagi, ilusi para kapital tersebut disetujui oleh mayoritas masyarakat dan menjadi dogma yang tidak pernah dipertanyakan.

Para kapital tentu saja paham dengan konsep ini tetapi tidak pada mayoritas masyarakat: mereka akhirnya mengontrol pandangan masyarakat dengan menyetir trend sesuai dengan kepentingan industri.

Lalu, apa yang terjadi saat pengakuan dari lingkungan akibat memiliki banyak uang telah didapatkan? Berhentikah di situ? Jelas, pencarian manusia akan lanjut ke tahapan teratas: aktualisasi diri.

Aktualisasi diri dapat terlihat dari para kapital super kaya yang sudah tidak lagi mencari pengakuan. Mereka sudah berada pada tahap melakukan aktualisasi diri dengan cara mengontrol dan menguasai trend atau isu di masyarakat agar sesuai dengan kepentingan mereka. Contoh lain yang lebih kasat mata adalah seseorang yang sudah sangat kaya kemudian terlihat “menghambur – hamburkan” uang untuk masuk ke dunia politik. Berpolitik, tercatat dalam sejarah perjalanan sebuah bangsa, dan akhirnya: aktualisasi diri didapatkan.

Kesemua tahapan tersebut tampaknya hanya dapat menggunakan uang sebagai kereta utama untuk memenuhi kebutuhan. Tetapi, apakah hanya uang yang dapat dijadikan alat transportasi?

Uang, bisa jadi hanya berpengaruh secara krusial pada tahap pemenuhan kebutuhan dasar dan keamanan akan masa depan. Tahapan setelah itu proses pemenuhan kebutuhan sejatinya bebas dilakukan dengan media apapun. Uang sebagai kebutuhan manusia yang paripurna hanya delusi masal yang diyakini sebagian besar masyarakat. [T]

___

Baca esai dan opini lain dari penulis dr. Krisna Aji, SpKJ.

Tags: filsafatkeuanganuang
Previous Post

Tumpek Landep: Keyakinan, Pikiran Hingga Mimpi

Next Post

Kekuatan Spiritual Doa dan Puasa Dari Sisi Neurosains

Krisna Aji

Krisna Aji

Psikiater dan penulis lepas

Next Post
Kekuatan Spiritual Doa dan Puasa Dari Sisi Neurosains

Kekuatan Spiritual Doa dan Puasa Dari Sisi Neurosains

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co