Sepuluh meter dari bibir pantai di Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali, tinggallah sepasang nelayan, suami istri, Nyoman Rusma Yati dan Made Susana. Mereka memutuskan untuk hidup di tepi pantai agar mereka bisa melakukan pekerjaan dengan mudah.
Ya, pekerjaan mereka tak jauh-jauh dari urusan ikan dan laut. Made Susana, laki-laki 53 tahun, setia dengan laku keseharian sebagai nelayan. Pun begitu Nyoman Rusma Yati, perempuan 41 tahun. sejak remaja sudah bersinggungan langsung dengan urusan membuat be pindang alias ikan pindang.
Jadi, sehari-hari, sang suami cari ikan di laut, sementara sang istri memindang ikan tangkapan suaminya lalu dijual ke pasar.
Mari kita bicarakan ikan pindang racikan Rusma Yati.
Rusma Yati memang spesialis ikan pindang. Semenjak tahun 2010 ia memulai mengolah hasil tangkapan suaminya untuk dijual di Pasar Desa Penuktukan. Beberapa jenis ikan konsumsi diolah dan dijualnya, seperti Ikan tuna, mahi-mahi, ikan terbang, selayang (bulus), dan ikan awan (jenis ikan tongkol).
Rusma ialah pembuat dan penjual pindang yang keberadaannya sudah sangat sedikit di kawasan Tejakula. Di tengah terkenalnya nama menu Ikan pindang, terutama di Bali, mungkin saja masih banyak yang belum mengetahui bagaimana proses pembuatan ikan pindang ini.
Mindang adalah proses untuk membuat Ikan pindang. “Ini dilakukan sangat sederhana namun butuh keahlian dan sentuhan khusus,” kata Rusma.
Beberapa hal sederhana yang perlu disiapkan dalam proses pemindangan, adalah:
- Menentukan jenis ikan yang akan dibuat pindang
- Garam laut lokal
- Panci sesuai kapasitas ikan yang akan dipindang
- Keranjang pindang
- Air yang sudah bercampur dengan garam
Air dimasukan ke panci yang sudah diisi garam. Ikan yang sudah dimasukan ke dalam keranjang kecil, sudah ditaburi garam, kiemudian direbus dalam panci kurang lebih 25-30 menit.
Rusma memindang setiap hari. Ikan awan (sejenis tongkol) adalah ikan yang selalu menjadi pilihan untuk dipindang. “Teknik dan hasil memindang sangat tergantung dari keahliaan tukang pindang dan jenis ikan yang dipindang,” katanya.
Selain mempunyai nilai rasa yang lebih khas dari ikan segar, ikan pindang juga merupakan salah satu cara untuk mengawetkan ikan minimal 1 hingga 24 jam dari waktu tangkap. Butuh waktu 25 -30 menit untuk memindang sempurna untuk satu keranjang yang berisi 10 ikan tongkol ukuran sedang.
Dan jika ikan pindangnya belum laku semua, tinggal dimasukan lagi ke dalam air hangat beberapa menit, ikan pindang akan tetap awet. Namun karena terkenalnya Ikan pindang racikan Rusma Yati ini, bahkan dalam kondisi pandemi pun 30 -50 keranjang ikan pindangnya ludes terjual. Masing-masing keranjang berisi 10 ikan awan.
“Itu sehari, jualannya di jalur kawasan Tejakula saja,” kata Rusma.
Bisa dibayangkan dalam sehari di satu Pulau Bali ini, berapa ekor ikan pindang terjual setiap hari? Sering sekali apa yang terkenal dan enak itu, kita hanya tinggal makan dan menikmati saja, tanpa tahu prosesnya. [T]