14 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sifat Manusia dalam “Rurouni Kenshin: The Beginning”

Krisna AjibyKrisna Aji
August 8, 2021
inEsai
Sifat Manusia dalam “Rurouni Kenshin: The Beginning”

Poster film Rurouni Kenshin: The Beginning. [Foto Google]

Film Rurouni Kenshin: The Beginning yang tayang pada pertengahan tahun 2021 adalah film laga adaptasi dari manga Jepang dengan judul Samurai X. Film tersebut menceritakan tokoh utama bernama Kenshin Himura–seorang samurai berdarah dingin–yang ikut andil dalam menumbangkan rezim Tokugawa. Sebagai seorang samurai, Kenshin sangat ditakuti karena keahliannya dalam membantai para musuh: membunuh tanpa ampun, tak terkalahkan, dan dengan tatapan mata dingin yang minim ekspresi.

Walaupun demikian, Kenshin ternyata tidak sedingin itu. Dibalik tampilan luar yang minim ekspresi, narasi cerita menggambarkan bahwa ia melakukan isolasi–mekanisme pembelaan ego dengan ciri memberi jarak antara emosi dan realita yang ada–dan mengalami depresi yang sangat besar karena telah banyak membunuh manusia. Sebagai seorang samurai, tentu saja tidak ada jalan kembali. Kenshin harus terus membunuh sampai tujuan akhir dari perjuangan rampung: tumbangnya rezim Tokugawa dan lahirnya rezim baru. Bahkan, sampai istrinya–secara tidak sengaja–mati terkena tebasan pedangnya.

Di luar narasi, pembangunan karakter yang kuat, dan aksi baku – pukul dengan sinematik yang dahsyat–menurut saya, sifat dari tokoh utama adalah hal yang paling menarik. Dalam penokohan yang dibangun, tokoh utama dapat merepresentasikan sifat dasar manusia yang benar-benar baik walaupun dididik dan berada dalam idealisme yang mengharuskannya haus akan darah. Dari sini, terlihat bahwa manusia itu pada dasarnya baik. Benar-benar baik.

Apakah kalimat “manusia pada dasarnya baik” terdengar familiar? Jika jawabannya adalah “ya”, maka telaah berikut ini perlu dipertimbangkan kembali.

Dalam sejarah, manusia sering dilukiskan sebagai subjek yang sama dengan binatang. Buku Psychologie des foules atau ‘psikologi masa’ karangan Gustave Le Bon, misalnya, menjelaskan bahwa manusia akan menjadi anarki saat keadaan makin kritis: kepanikan berubah menjadi kekerasan; manusia kembali menjadi binatang.

Bagaimana dengan teori kapitalisme dari Adams Smith yang menjelaskan bahwa manusia itu liar dan saling mengekang satu sama lain sehingga perlu adanya kebebasan yang sebebas – bebasnya dengan batasan hak orang lain? Ujung – ujungnya, kebebasan tersebut berkibar dengan semangat kapitalisme di mana semua orang berhak untuk mencari kesejahteraan. Tetapi, manusia tetap berakhir dengan perbudakan modern yang lebih halus untuk menguasai manusia lain: kuasa kapital terhadap para buruh.

Atau, teori Sigmund Freud dan turunannya yang–salah satunya–menggunakan landasan berpikir adanya Id, Superego, dan Ego sebagai komponen dasar mental manusia. Id adalah dorongan dari dalam diri–bersifat liar; Superego adalah batasan norma yang terbentuk dari realita dan kepentingan manusia lain; sedangkan Ego adalah kemampuan untuk mendamaikan konflik atas polaritas keliaran Id melawan kontrol dari Superego.

Dalam perjalanannya, Id muncul terlebih dahulu, kemudian Superego datang dari arah berlawanan–berupa norma yang ditanamkan orang tua dan lingkungan. Akhirnya, Ego hadir untuk menengahi. Dari proses perkembangannya–di mana Id muncul terlebih dahulu, terlihat jelas bahwa pada dasarnya manusia itu suram. Sangat suram dan kelam.

Pandangan serupa dapat dilihat pada teori perkembangan moral yang disodorkan Kohlberg. Dalam teori tersebut–logika yang sama dengan perkembangan Id, Superego, dan Ego masih digunakan–disebutkan bahwa manusia mengenali norma sebagai sesuatu yang harus dipatuhi untuk menjauhi hukuman tanpa tahu alasannya. Kemudian, pemahaman berkembang dengan pandangan bahwa norma memang dibentuk agar berbagai kepentingan manusia yang berbeda tidak saling berbenturan.

Dan akhirnya, paham betul akan hakikat bahwa tidak ada benar salah yang absolut: dua orang yang berkonflik pada dasarnya sama – sama benar jika dilihat dari sudut pandang masing – masing. Walaupun pada dasarnya berakhir dengan kebaikan, tetap saja, teori Kohlberg dan juga Freud beranjak dari pemahaman bahwa manusia pada dasarnya liar; subjek yang tidak bisa dikontrol; entitas yang memiliki otak hanya untuk menelaah perlunya kesepakatan bersama agar tercipta keuntungan untuk diri sendiri.

Tetapi, bagaimana jika ada kemungkinan lain? Bahwa pada dasarnya, manusia itu baik dan perkembangan peradabanlah yang membuat manusia semakin suram? Kemungkinan tersebut juga disodorkan oleh Rutger Bregman dalam bukunya yang berjudul “Humankind: A Hopeful History.

Bregman menjelaskan bahwa terdapat beberapa fakta sejarah yang menunjukkan kebaikan manusia sudah ada sejak dahulu dan baru diikuti oleh kekelaman seiring berubahnya jaman. Misalkan saja, beberapa bukti arkeologi menunjukkan adanya kekerasan yang baru muncul pada sesama homo sapines saat era bercocok tanam. Kekerasan terjadi karena homo sapiens saling serang untuk memperluas wilayah. Lambat laun, penyerangan koloni lain terus dilakukan pada kebudayaan yang makin maju. Ketidakpuasan akan sesuatu yang dimiliki saat ini adalah ujung pangkalnya. Hal tersebut tidak berlaku pada era berburu, di mana homo sapiens belum memikirkan “hak milik” terhadap sesuatu.

Di era modern, hal yang sejalan terjadi pada wawancara yang dilakukan oleh Kolonel Marshall kepada para prajurit di era perang dunia II di Pasifik dan Eropa. Hasilnya: terdapat 15% sampai 25% serdadu saja yang menembakkan senjatanya walau dalam keadaan kritis. Atau, kisah enam anak kecil yang terdampar di Pulau ‘Ata–sebuah pulau kecil di Samudera Pasifik–yang saling membantu satu sama lain untuk bertahan hidup. Hal yang berkebalikan dari prediksi, di mana saat kondisi kritis, setiap manusia akan mementingkan diri sendiri. Dan realita yang sama juga terjadi pada era pandemi covid di mana terdapat banyak relawan yang menyumbang tenaga dan hartanya untuk membantu sesama. Jelas sekali bukan untuk mementingkan diri sendiri, kan?

Dengan sudut pandang pemikiran kritis penulis: jika manusia pada dasarnya kejam dan hanya mementingkan dirinya sendiri, lalu, bagaimana menjelaskan terjadinya empati? Bagaimana menjelaskan dorongan untuk menolong orang lain walaupun bantuan tersebut tidak memiliki efek positif terhadap diri sendiri? Atau, bagaimana menjelaskan ketidaktegaan yang datang dari diri sendiri saat menyembelih binatang? Dorongan tersebut tentu tidak berasal dari norma dan etika yang merupakan kesepakatan umum.

Untuk memperkuat argumen tersebut–tanpa berniat untuk melakukan argumentum ad hominem, cara pandang manusia terhadap realita–termasuk dalam memandang orang lain–sangat dipengaruhi oleh latar belakang dari subjek tersebut. Fenomenologi tidak bisa bebas dari subjektivitas sang subjek. Itulah yang membuat penjabaran latar belakang dari para pemikir adalah hal pertama yang disampaikan dalam berbagai diskursus sebelum ide dari pemikir tersebut diuraikan.

Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana latar belakang pemikir yang memersepsikan manusia sebagai makhluk yang kelam? Jangan – jangan, pandangan tersebut sebenarnya adalah pandangan terhadap dirinya sendiri? Lalu, bagaimanakah pandangan kita terhadap manusia lain? Kelam atau penuh harapan? Jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja tidak lepas dari pandangan kita terhadap diri sendiri. [T]

  • Baca artikel lain dr. Krisna Aji, SpKJ.
Covid: Antara Kedukaan dan Merelakan
Covid: Antara Kedukaan dan Merelakan
Percaya Tidak Percaya Covid

Percaya Tidak Percaya Covid

Tags: filmkemanusiaankesehatanRurouni Kenshin: The Beginning
Previous Post

Berkibarlah Merah Putih di Hutan Bawah Laut Penimbangan

Next Post

Organisasi Penulis Satupena Dipimpin Kolektif 5 Orang Ketua | Bambang Harymurti sebagai Ketua Tim Rekonsiliasi

Krisna Aji

Krisna Aji

Psikiater dan penulis lepas

Next Post
Organisasi Penulis Satupena Dipimpin Kolektif 5 Orang Ketua | Bambang Harymurti sebagai Ketua Tim Rekonsiliasi

Organisasi Penulis Satupena Dipimpin Kolektif 5 Orang Ketua | Bambang Harymurti sebagai Ketua Tim Rekonsiliasi

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

LELUHUR JAGUNG

by Sugi Lanus
June 13, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

—Catatan Harian Sugi Lanus, 13 Juni 2025 *** Ini adalah sebuah jejak “peradaban jagung”. Tampak seorang ibu berasal dari pulau...

Read more

Apa yang Sedang Disulam Gus Ade? — Sebuah Refleksi Liar Atas Karya Gusti Kade

by Vincent Chandra
June 12, 2025
0
Apa yang Sedang Disulam Gus Ade? — Sebuah Refleksi Liar Atas Karya Gusti Kade

Artikel ini adalah bagian dari tulisan pengantar pameran tunggal perupa Gusti Kade di Dinatah Art House, Singapadu, opening pada tanggal...

Read more

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit

by I Made Pria Dharsana
June 10, 2025
0
Perjanjian Pengalihan dan Komersialisasi Paten dalam Teori dan Praktek

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit : Pasca Putusan MK Nomot 67/PUU-XI/2013 Penulis: Dr. I Made Pria Dharsana, SH., MHumIndrasari...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya
Gaya

New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya

SAAT ini sneakers bukan lagi sekadar kebutuhan untuk melindungi kaki saja melainkan telah berkembang jadi bagian penting dari gaya hidup....

by tatkala
June 9, 2025
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co