31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kenapa Ada Desa Hindu di Bali Korbankan Sapi Sebagai Persembahan?

Sugi LanusbySugi Lanus
August 2, 2021
inEsai
Lontar Mpu Kuturan | Sosok Historis atau Mitos?

— Catatan Harian Sugi Lanus, 1 Agustus 2021

1. Kenapa ada persembahan sapi di Desa Tambakan Buleleng? Apakah itu ada dasarnya? Demikian seorang sahabat bertanya menjelang hari perayaan kurban sapi di bulan Juni lalu.

Saya lalu sampaikan dalam studi lapangan James Danandjaja ketika menulis disertasi — yang kemudian terbit sebagai buku berjudul: ‘Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali’ (1980) — ketika Nyepi Desa Trunyan tidak merayakan Nyepi sebagaimana umumnya, tapi ada ritual persembahan sapi muda.

Di pedesaan Bali Utara bagian timur masih banyak persembahan sapi muda ketika hari tertentu. Di Banjar Tangkid (Tamblang) dan beberapa desa sekitarnya ada kelompok masyarakat jika menikah dikenakan godel (sanak sapi) sebagai persembahan. Tradisi ini disebut Ngaturang Kelaci. Desa sekitar Julah dan Tambakan mempersembahkan sapi adalah hal biasa.

Apa sumbernya?

2. Masyarakat Bali kuno dan masih dilanjutkan sampai sekarang yang menyembelih sapi di Bali sejalan dengan teks Weda terkhusus Yajur Weda. Memang, di masyarakat Bali Aga yang punya tradisi penamaan bulan dan nama persembahan sapi terkesan sangat kuno kalau kita baca prasasti-prasasti Bali Kuno.

Sebagai contoh adalah persembahan masa bulan Magha. Hal ini disebutkan “Pada hari Magha sapi disembelih…” (Rig Veda, Book 10, Hymn 85 Verse 13.)

Apa yang disebutkan dalam Rig Veda juga dilakukan di sebuah desa di Bali Aga yang diikuti desa sekitarnya. Yang paling mengherankan adalah tradisi persembahan sapi ini, khususnya di sekitar Bali utara bagian timur dan pegunungan yang disebut Bali Aga, merupakan persembahan yang merupakan bagian dari pernikahan atau disebut Ngaturang Kelaci. Ini sejalan dengan penjelasan Rig Veda bahwa upakara kemegahan pengantin yang mempersembahkan sapi sebagai kurban disebut Pernikahan Sūrya. Disebutkan ritual ini terkait dengan dengan Savitar, ikut bergerak. Pada hari Magha sapi disembelih, …mereka menikahi pengantin wanita…

3. Bagaimana masyarakat Bali kuno paham ritual tersebut? Kita sering abai, bahkan menganggap remeh, tapi tidak tahu kalau kalau Raja Bali kuno adalah penganut kitab Smrti dan rujukan pemerintahan serta ritual dipimpin oleh para pendeta Siwa-Buddha-Rsi yang sangat punya pengetahuan mendalam pada kitab-kitab kuna. Sebagai contoh, prasasti Manik Liu 1055 Śaka (1133 Masehi) menyebutkan kurban sapi sebagai kurban di Bulan Magha:

yata karaṇanyan mānagara, pagalungan manahura, ayam, 5, pupusan sapi manahura 2, mahisa 1, masa bulan magha, pajapaja manahura, ku 1, patulakṣambwang, 1000, manahuring ramā yata karananyan pinanadahakĕn pinanandahaken, mangkana raṣa sanghyang sata ajña pādukā śri maharaja, yan hana manglanggana ajña pāduka śri maha(ra)ja tan patĕmahana wang, hĕdĕpĕdĕ(p) namunamu//0//

Dalam prasasti yang ditulis oleh Raja Jayaśakti ini disebutkan kurban sapi pada bulan Magha, persis sama dengan bulan yang disebutkan dalam Rig Veda, Book 10, Hymn 85 Verse 13.

Upacara persembahan sapi di Desa Tambakan, Buleleng {foto Dian Suryantini]

4. Masyarakat dan kerajaan Bali Kuno juga punya rujukan Weda kuno yaitu: Yajur Weda, Kanda II, Prapathaka 1, berjudul “Persembahan Khusus Hewan Kurban”.  Jadi ada bab khusus dalam Yajur Weda terkait dengan persembahan hewan kurban yang sangat dipahami oleh masyarakat Bali kuno. Di dalam Yajur Veda, Kanda II, Prapathaka 1. 1.2-5 [iii] disebutkan salah satu yadnya kurban adalah kambing yang belum bertanduk: “Dia yang menginginkan keturunan dan ternak harus mempersembahkan kepada Prajapati seekor kambing tanpa tanduk.”

Di Bali Utara yang saya kenal, ‘sapi konden metelusuk‘ atau ‘godel konden mesu tanduk‘, adalah dua sapi yang dijadikan persembahan. Ini semacam pengganti wedus atau kambing yang belum bertanduk.

Bahkan, desa Bali kuno yang menyimpan prasasti dan susunan pemerintahan desa Bali kuno sampai sekarang, yaitu desa Julah punya acara 3 hari pemotong ‘godel‘ (sapi muda) yang disebut acara ‘Nyampi’, yaitu nampah godel. Sehari bisa 25 ekor, ‘nyejer’ berturut selama 3 hari.

5. Apa yang dilakukan masyarakat Bali pedesaan mempersembahkan sapi sebagai persembahan tidaklah hal yang perlu dipertanyakan kalau kita belajar akar tradisi kuno Hindu di Nusantara yang lebih tua, seperti sebut saja pendirian Prasasti Yupa di Kutai, juga prasasti Purnawarman, atau Prasasti Dinoyo pendirian patung Agastya; tercatat memakai persembahan dan sumbangan sapi.

— Prasasti Yupa Kutai menyebutkan Mulawarman menyumbangkan banyak emas. Kemudian dalam prasasti lainnya disebutkan ia memberikan sumbangan 20.000 ekor sapi, 11 ekor lembu jantan, ditambah lagi ada disebutkan monyet merah, minyak wijen, lampu, air perasan sapi (susu?), dan tanah lapang sebagai persembahan.

— Prasasti Tugu menyebutkan Purnawarman menyumbang 1000 ekor sapi sebagai persembahan untuk upacara yang dilakukan oleh para brahmana.

—  Prasasti Dinoyo (760M) di Malang, merupakan tonggak upacara penggantian arca Rsi Agastya, yang berbahan kayu cendana menjadi marmer hitam dan indah. Dalam upacara itu, raja dibantu pandita ahli Weda. Jelas prasasti ini menyebut ahli Rigveda, terlibat dalam upakara, para yati (pertapa) yang mulia, dan para seniman pemahat terbaik, dan para ahli lainnya. Raja memberikan sumbangan kehormatan atau anugrah berupa tanah, lembu-lembu dan kawanan kerbau.

Silahkan buka berbagai ritual persembahan dalam ratusan prasasti Jawa Kuno dari periode Mataram Kuno atau Medang, sampai Medang di Jawa bagian timur, lalu Kediri, Singosari, Majapahit; berbagai yadnya suci persembahan kurban hewan menjadi bagian dari tradisi besar kerajaan Hindu Budha di Jawa.

6. Sebagai tambahan ritual lain, selain persembahan sapi: Di beberapa desa di Bali, seperti di Wanagiri di Tabanan, Sidatapa di Buleleng, dan Desa Adat Busungbiu merayakan Pujawali Agung yang jatuh pada Purnama Kapat, melakukan rangkaian upakara berburu kijang dan kijang ini dipakai persembahan dalam ritual pemujaan.

Tradisi ini mengingatkan kita pada perburuan dan persembahan kijang suci oleh Rama dan saudaranya dalam Ramayana, Ayodhya Kanda 56-21/28:

Dalam sebuah gelar upacara suci, dilakukan di sebuah gubuk yang dibangun dengan kokoh dan beratap jerami, Rama mengucapkan kata-kata berikut kepada Laksmana. Laksmana mendengarkan perintahnya dan sangat memperhatikannya:

“Oh, Laksmana! Bawakan dagingnya seekor kijang. Kita akan melakukan upacara penyucian saat memasuki rumah. Yang harus dilakukan oleh mereka yang ingin berumur panjang. Oh, Lakshmana yang bermata besar! Membunuh kijang dengan cepat, bawa ke sini. Ritual yang ditentukan menurut kitab suci sudut pandang memang harus dilakukan. Ingatlah kewajiban suci.”

Lakshmana memahami kata-kata saudaranya, bertindak seperti yang diperintahkan. Rama berbicara lagi kepada Laksmana sebagai berikut:

“Oh, saudara yang lembut! Rebus daging kijang ini. Kami akan mengupacarai gubuk ilalang ini. Hari ini dan saat ini adalah hari istimewa punya karakter istimewa. Cepatlah.”

Kemudian, Lakshmana, lelaki gagah putra Sumitra, membunuh seekor kijang punggung suci, melemparkannya ke dalam api yang menyala. Merasa yakin bahwa kijang itu dimasak dan dipanaskan dengan sempurna tanpa sisa darah, Laksmana berbicara kepada Rama, sebagai berikut:

“Kijang ini, dengan anggota tubuhnya yang lengkap, telah saya masak sepenuhnya. Oh, Rama menyerupai Tuhan! Sembahlah dewa yang bersangkutan, karena Anda terampil dalam tindakan itu.”

Bahkan dalam Ramayana, sosok suci Rama melakukan pemujaan dengan korban kijang. Saya membayangkan desa-desa di Bali tersebut, melakukan persembahan suci kijang hasil buruan sebagai persembahan untuk menyucikan desa. Kemungkinan di masa lampau ketika para leluhur mereka membuka hutan dan perumahan, ritual persembahan kijang serupa dengan kisah Ayodhya Kanda dilakukan oleh para leluhur mereka.

7. Lontar-lontar Indik Pecaruan, Plutuk, Rsi Gana, dan berbagai Pakelem, semuanya mensyaratkan kurban hewan sebagai ‘kurban suci’.

Apakah saya sepakat?

Kalau saya ditanya, saya juga tidak merasa nyaman dengan yadnya pakai kurban binatang. Tapi soal yadnya: Ini bukan suka tidak suka. Apakah lantaran saya tidak nyaman lalu saya tutup mata pada dan manipulasi teks pedoman yadnya peninggalan, menutup mata para warisan praktek ritual yang ada, dan tidak terbuka pada prasasti bukti sejarah yadnya dengan kurban suci hewan? Warisan yadnya pekelem, penyambleh, upakara Rsi Gana — kenyataannya ya begitu — terima atau tidak, memakai hewan kurban.

Yadnya itu bukan masalah suka tidak suka. Ini bagian dari menjalankan tradisi beragama. Jika ini direview ulang, bisa saja, tapi seluruh bangun sejarah dan teks suci harus diturunkan dan dibaca sampai katam dan mendarah daging, sebelum melakukan interpretasi ulang. Jika ingin meninggalkan tradisi, bisa saja, tapi rekayasa tradisi baru yang dipakai menggantikannya siapa yang bisa jamin adalah yadnya yang merupakan ‘bahasa’ atau ‘persembahan’ yang dipahami ‘alam semesta’? [T]

Tags: balihinduupacaraupacara kurban
Previous Post

Tok, Tok, Tok…! Sudang Lepet Made Suarti pun Pipih dan Gurih

Next Post

Pengurus Satupena Demisioner: Rapat Luar Biasa Anggota Hasilkan Keputusan Strategis

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
Pengurus Satupena Demisioner: Rapat Luar Biasa Anggota Hasilkan Keputusan Strategis

Pengurus Satupena Demisioner: Rapat Luar Biasa Anggota Hasilkan Keputusan Strategis

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co