10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Membaca Soekarno dari Sudut Kontrakan [1]

JaswantobyJaswanto
October 14, 2021
inOpini
Membaca Soekarno dari Sudut Kontrakan [1]

Soekarno

1/

Ada masa di mana saya merasa bahwa hidup itu hanya tentang perpindahan. Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain―walaupun perpindahan sejatinya bukan hanya soal tempat. Lebih dari itu perpindahan juga menyoal tentang sesuatu yang tak berhubungan dengan fisik. Hijrah, dalam bahasa Islam.

Selama hidup di Kota Singaraja, saya sudah empat kali pindah kontrakan, tempat tinggal. Awalnya saya tinggal di Sahadewa Gang 4 No 6B, di Banjar Tegal. Kemudian pindah ke Bisma, di gang di sebelah perpustakaan Universitas Panji Sakti. Lalu pindah ke Kampung Jalak Putih, sebentar. Dan sekarang, pindah lagi ke BTN Griya Sambangan.

Dari keempat tempat yang saya sebutkan di atas, justru di tempat terakhirlah, saya mulai membaca Soekarno dari dekat―dari pikiran-pikirannya sendiri, bukan dari tulisan-tulisan orang lain tentang Soekarno.

Di kontrakan saya yang baru ada satu ruangan yang saya jadikan perpustakaan minimalis. Bukunya tak banyak; tapi tertata lumayan rapi. Lihatlah, bahkan ada rak buku lucu yang menempel di dindingnya. Sebuah rumah kecil―sederhana―untuk buku yang saya bikin dengan penuh cinta. Di rak buku inilah, di antara buku-buku lainnya, terdapat empat buku tentang Bapak Proklamator kita itu. Tiga di antaranya buku-buku yang ditulis Bung Karno sendiri.

2/

Hari pertama tinggal di kontrakan saya mulai membaca buku Islam Sontoloyo―kumpulan tulisan Bung Karno yang paling dianggap ekstrem dalam menawarkan pembaharuan Islam. Tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku tersebut tidak saja membuat gempar kehidupan Islam di Indonesia ketika itu, tetapi juga membuahkan polemik, terutama dengan Mohammad Natsir, yang berlangsung sepanjang 1934-1940, sebuah polemik yang nyaris belum ada tandingan bobotnya dalam sejarah polemik pemikiran Islam di Indonesia.

Pada 1980-an, ketika Cak Nur―panggilan akrab Nurcholis Madjid―menggemparkan jagat pemikiran Islam di Indonesia dengan “Sekularisasi” dan “Islam yes, partai Islam no!”, Soekarno telah lebih dulu menawarkan pembaharuan pemikiran Islam dengan jargon yang lebih menyengat, “Islam Sontoloyo”.

Dalam buku Islam Sontoloyo, tokoh yang memainkan peran kunci dalam memenangkan kemerdekaan dari Belanda ini, bukan saja mengkritisi―atau sinis?― umat Islam yang terlalu menganggap fiqih itu satu-satunya tiang agama, akan tetapi juga menawarkan solusi-solusi terhadap problematika yang dihadapi Islam pada saat itu. Misalnya saja dalam tulisan Tabir Adalah Lambang Perbudakan―tulisan yang dimuat Panji Islam pada 1939. Bung Karno menyampaikan pendapatnya tentang tabir di Muhammadiyah kepada koresponden Antara. Menurutnya, tabir tidak diperintahkan oleh Islam.

Dalam suatu pertemuan, laki-laki dan perempuan cukup dijarakkan saja. “Dijarakkan saja antara lelaki dan perempuan zonder tabir, atau satu pihak ditempatkan di muka dan satu pihak lagi di bagian belakang, sebagaimana yang dicontohnya oleh Nabi. Saya anti pergaulan secara Barat.”

Permasalahan tabir ini menggerakkan Bung Karno menulis surat terbuka kepada K.H.Mas Mansur, Ketua Muhammadiyah pada waktu itu.

3/

Hampir semua tulisan dalam buku Islam Sontoloyo, mulai dari Surat-surat Islam dari Ende, Islam Sontoloyo, hingga tulisan terakhir, Boetransfusie dan Kaum Ulama, masih sangat konteks sampai hari ini. Misalnya dalam tulisan Me“muda”kan Pengertian Islam, bagaimana Bung Karno mengkritisi kekolotan umat Islam pada saat itu.

Dan hingga hari ini, ternyata masih banyak umat Islam yang sangat kolot (sempit) dalam berpikir―umat Islam yang memandang Islam hanya soal “halal-haram” semata. Tak sedikit orang yang saya kenal juga masih berpikiran begitu. Mereka berpendapat, berdiskusi atau berpikir tentang kemajuan, pembaharuan Islam adalah hal yang tak dibenarkan, buang-buang waktu. Cukup menjadi santri yang ngikut (mbebek) saja. Tak usah aneh-aneh. Teman-teman saya yang kolot ini seakan menutup mata dari kondisi dan situasi Islam yang saya ibaratkan laksana ayam yang mati di lumbung padi―poverty within abundance, dalam bahasanya Mustafa Acar. Islam dipandang tidak memadai dalam banyak aspek, antara lain perdamaian di kalangan umat Islam sendiri, stabilitas, teknologi, kepercayaan diri, penggunaan sumber daya yang efisien, demokrasi, pluralisme, pasar bebas, kebebasan secara umum, keterbukaan dan masyarakat sipil yang kuat.

Dengan jumlah penganut mencapai hanpir 1,5 milyar jiwa, populasi umat Islam mencapai 22% populasi dunia. Namun, negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjasama Islam/Organization of Islamic Cooperation)―organisasi ini memiliki 57 negara anggota yang tersebar di wilayah yang sangat luas, mulai dari Afrika Utara dan Tengah hingga Timur Tengah, Asia Kecil (Anatolia), Balkan, Kaukasus, Asia Tengah, hingga Timur Jauh―hanya menguasai 9% PDB dunia. Wilayah yang dinaungi oleh OKI memiliki 50% sumber daya alam paling bernilai di dunia, seperti cadangan miyak bumi dan gas alam.

Dalam buku Islam dan Kebebasan, Mustafa Acar menggambarkan umat Islam yang buruk: kemiskinan di tengah keberlimpahan. Ia menyampaikan Indeks Pembangunan Manusia (HDI/Human Development Index) negara Muslim tidak menunjukkan indikasi yang positif. Tidak ada negara Muslim yang masuk dalam peringkat 10 besar HDI tahun 2013. Negara Muslim yang memiliki peringkat tertinggi adalah Brunei Darussalam, yang hanya menduduki peringkat 30. Sebanyak 22 negara anggota OKI (hampir 40%-nya) berada di antara negara-negara berperingkat terbawah dengan nilai kurang dari 0,5. Turki, salah satu negara yang kinerja perekonomiannya terbaik di dunia dan memiliki kinerja terbaik di antara negara-negara anggota OECD selama satu dasawarsa terakhir, masih berada di peringkat 69 dengan nilai 0,759.

Di bidang kebebasan ekonomi, berdasarkan laporan Economic Freedom of the World yang diterbitkan oleh Fraser Institute, hanya ada 5 negara OKI di dalam klasifikasi negara yang perekonomiannya nyaris bebas. Ada lagi 13 negara OKI di kelompok kedua, 13 negara di kelompok ketiga, dan 22 negara lagi di katergori “paling tidak bebas”. Indeks Kebebasan Ekonomi (Index of Economic Freedom) yang dipublikasikan oleh Wall Street Journal dan Heritage Foundation juga menunjukkan hasil yang sama.

Salah satu indikator utama yang terkait dengan kemajuan teknologi dan daya saing ekonomi adalah kemampuan berinovasi. Indeks Inovasi Global (Global Innovation Index) yang dipublikasikan oleh WIPO, INSEAD, dan Cornell University menunjukkan kemampuan dan kapasitas inovasi sebuah negara dalam menghasilkan teknologi. Berdasarkan Indeks Inovasi Global tahun 2014, negara anggota OKI berada pada peringkat bawah. Malaysia menjadi negara OKI dengan peringkat tertinggi, yaitu peringkat 33.

Sedangkan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) juga menunjukkan hasil yang serupa, bahwa negara-negara anggota OKI tidak menjadi negara yang dominan dalam hal daya saing di pasar global. Tidak ada negara Muslim yang masuk ke dalam peringkat 10 besar. Qatar, sebagai negara Muslim yang memiliki daya saing terbaik, menduduki peringkat 13. Sedangkan yang berada di peringkat-peringkat terbawah, sekali lagi, adalah negara-negara anggota OKI.

Kita bisa mendiskusikan semua data yang saya sampaikan di atas, boleh pro, boleh kontra, boleh mengutuk, boleh prihatin, boleh marah, dan boleh membantahnya dengan kritis. Saya sampaikan apa adanya. Tidak ada yang saya lebih-lebihkan sama sekali. Memang begitulah laporan penelitiannya.

4/

Kembali ke pembahasan awal. Buku Islam Sontoloyo ini, seperti yang saya katakan di awal, adalah pikiran-pikiran Soekarno tentang Islam yang paling ekstrem. Bagaimana Bung Karno, misalnya, dalam tulisan Apa Sebab Turki Memisah Agama dari Negara?, secara terang membenarkan tindakan Mustafa Kemal Ataturk, memisahkan agama dari negara di Turki. Bagi Bung Karno, itu adalah sebuah jalan menuju kemajuan Islam, kemerdekaan Islam, dan mengembalikan Islam yang sesungguhnya― seperti kata Ataturk sendiri, “Saya memerdekakan Islam dari ikatannya Negara, agar supaya agama Islam bukan tinggal agama memutarkan tasbih di dalam masjid saja, tetapi menjadilah satu gerakan yang membawa kepada perjuangan.”

Menurut saya buku ini sangat penting untuk dibaca generasi muda Islam hari ini. Memang tidak harus sepenuhnya sepakat―dan mengikuti―apa yang disampaikan Bung Karno dalam tulisan-tulisannya. Akan tetapi, pikiran-pikiran Bung Karno itu bisa kita jadikan sebagai pemantik untuk mempelajari khazanah Islam yang seutuhnya. Bagaimana Islam sejatinya tidak hanya sekadar persoalan “halal-haram” saja tapi juga sebagai “cara pandang”, “norma hidup”, serta semacam “weltanschauung”―pandangan hidup. Tauhid tidak hanya sekadar “Keesaan Tuhan” semata tapi harus dipahami juga sebagai “penyatuan”. Sebab, “Islam adalah norma kehidupan yang sempurna yang dapat beradaptasi dengan setiap bangsa dan setiap waktu. Firman Allah adalah abadi dan universal, yang mencakup seluruh aktivitas dari seluruh suasana kemanusiaan tanpa perbedaan apakah aktivitas mental atau aktivitas duniawi.”―Toshio Kuroda, Islam Jiten. Dengan begitu, Islam harus bisa membebaskan; menjadi agama yang dekat dengan permasalahan umat.

Tentu saja kita tidak mungkin mengubah sejarah. Namun masih ada yang bisa kita lakukan, sebagai intelektual yang bertanggung jawab, untuk membentuk masa depan sehingga dapat mewujudkan dunia Islam yang lebih terbuka, bebas, produktif, dan makmur.

Sebagai intelektual Muslim, kita perlu kembali pada sejarah pemikiran Islam―salah satunya tentu saja Islam Sontoloyo―, membaca dan mempertimbangkan kembali perdebatan dan diskusi tentang―seperti yang sudah disampaikan oleh Mustafa Acar dalam Rasional vs Tradisi, Kehendak Sendiri vs Takdir, Interpretasi vs Literalisme: Dasar Intelektual Pada Pandangan Negatif Terhadap Dunia Islam―kehendak sendiri, takdir, keterciptaan (serta kemungkinan untuk interpretasi) Al-Qur’an, kebebasan berpikir, pluralitas, dan pasar bebas, kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa masa kini.

Kita perlu membangkitkan mazhab inovasionis, pro-kebebasan, dan rasionalis di tingkat intelektual dan filsafat akan membantu membuka jalan menuju masyarakat Islam yang terbuka, madani, dan bebas serta membantu transformasi politik dan sosial dalam masyarakat Islam. Sehingga Islam dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah Swt. [T]

_____

SELANJUTNYA BACA:

Membaca Soekarno dari Sudut Kontrakan [2] : Nasionalisme, Islamisme, Marxisme

_____

Tags: IslamMuslimSoekarno
Previous Post

Perbawa Pepohonan, “Purwa Jiwa” Hingga “Purna Jiwa”

Next Post

Pemberian Pangan Kepada Masyarakat | PPKM Ala Tabanan Music Addiction

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Pemberian Pangan Kepada Masyarakat | PPKM Ala Tabanan Music Addiction

Pemberian Pangan Kepada Masyarakat | PPKM Ala Tabanan Music Addiction

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co