Di masa pandemi ini, ia tak bisa bekerja lagi. Dulu, ia seorang buruh. Bukan buruh yang kerja di kantor, bukan pula di pabrik, bukan pula di gedung pemerintahan.
Ia hanya buruh bangunan. Dan di desa, pekerjaan semacam itulah yang disebut buruh. Jika bekerja di kantor atau di gedung, namanya bukan buruh, melainkan pegawai. Intinya, ya, tetap buruh juga.
Dulu, sehari-hari ia bekerja pada seorang kontraktor yang biasa mengerjakan proyek bangunan. Macam-macam bangunan. Kadang bangunan kantor pemerintahan, kadang bangunan rumah elit, lebih sering membangun proyek perumahan.
Saat menjadi buruh, pendapatannya memang tak banyak juga. Tapi, pekerjaan itu bisa memberi jaminan bahwa sehari-hari ia tak akan kelaparan. Ia bisa mengantongi gaji dengan agak rutin, sehingga jika berutang pun dia bisa dipercaya.
Tapi, saat pandemi, ia berhenti jadi buruh. Ia tidak dipecat, tapi karena pekerjaan memang tak banyak. Sudah tak banyak yang bisa membangun rumah, apalagi membangun perumahan di area yang lebih luas. Praktis ia merumahkan diri. Tak ada yang bisa dilakukan.
Ia adalah Jro Nyoman Darma. Tinggal di Desa Panji, Buleleng. Ia hidup bersama seorang istri dan seorang anak bungsunya. Ia punya enam anak, tapi lima lainnya sudah pada menikah.
“Suba das tiang tak bisa nyakan!” Artinya, nyaris ia tak bisa masak. Tentu saja. Karena tak ada beras yang bisa dimasak.
Di masa pandemi, ketika sudah tak jadi buruh, ia lantas berpikiran untuk munuh.
Munuh adalah kegiatan kuno warga di daerah pertanian. Munuh, adalah kegiatan mencari sisa-sisa padi sehabis panen. Sisa-sisa padi yang ditinggalkan para pemanen menjadi hak para pe-munuh. Padi sisa itu bisa diambil dan 100 persen boleh dibawa pulang.
Sisa padi atau gabah itu bisa diperoleh di sekitar mesin perontok padi. Bisa juga diperoleh dari batang padi yang dibuang setelah dirontokkan. Bisa juga didapat dari sisa batang padi yang masih tertancap di tengah sawah setelah para pemanen menyabit pucuk yang berisi biji padi.
Dulu, banyak buruh pemanen padi yang dengan sengaja menyisakan batang-batang padi yang masih ada buahnya pada saat panen ramai-ramai. Tujuannya, tentu agar sisa padi itu ditemukan oleh para pemunuh seusai panen. Begitulah cara buruh berbagi kepada sesama di areal pertanian.
Jro Darma, munuh sudah dilakukan sejak setahun lalu, saat pandemi melanda dunia. Ia munuh di sekitar desanya, salah satunya di Subak Uma Panji, di dekat Pantai Penimbangan, Singaraja. Kadang ia naik ke undakan sawah di hulunya desanya di wilayah Panji Anom. Kadang ia keliling agak jauh, ke mana saja, ke tempat sisa padi masih sembunyi.
Dari hasil munuh, dalam sehari, dari pagi hingga sore, Jro Darma bisa mendapatkan padi satu kampil, atau paling banyak 3 kilogram.
Tiga kilogram cukuplah untuk menghidupi dirinya, istri dan anak bungsunya. Jika ada sisa lebih banyak, padi itu bisa dijual agar nasi di dapurnya punya hiasan lauk-pauk, agar dapur terasa lebih megah dan hidupnya terasa lebih indah,
Selamat Hari Buruh mantan buruh…[T]