Tidak banyak yang menyadari Ketut Bimbo, penyanyi pop Bali yang meninggal Kamis 29 April 2021 punya peran besar dalam memperkaya Bahasa Bali melalui lirik-lirik lagunya. Bisa diartikan, selain memberi sumbangan pada bangkitnya musik pop Bali, ia juga memberi banyak sumbangan kepada pendidikan Bahasa Bali.
Hampir dalam setiap lirik-lirik lagunya, penyanyi yang lahir di Desa Banyuatis, itu menyelipkan basita paribasa (peribahasa) Bali, seperti sesenggakan, wewangsalan, peparikan, sesawangan, cecangkitan, sesimbing, dan sasemon. Selipan itu kadang dibuat lucu, kadang miris, dan paling sering terdengar romantis.
Basita paribasa Bali dalam lirik-lirik lagu Ketut Bimbo itu bukan hanya terdapat dalam lagu-lagu bertema cinta, melainkan juga terdapat dalam lagu bertema sosial yang lebih banyak membicarakan moral manusia (Bali).
Peneliti dan pengajar dari Jurusan Pendidikan Bahasa Bali, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, yakni I Nyoman Artawa, I Ketut Paramarta, dan I Nengah Suandi, sempat melakukan penelitian terhadap album “Mebalih Wayang” yang diproduksi Maharani Record tahun 1988 itu. Hasil penelitian berbahasa Bali itu dimuat dalam e-jurnal JPBB Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa Bali Vol: 5 No: 3 (2016).
Dari hasil penelitian itu, album “Mebalih Wayang” berisi delapan lagu yang berisi basita paribasa Bali yaitu dalam lagu “Maebalih Wayang”, “Nasib Jele”, “Bajang Kangkung”, “Main Tinju”, “Sing Kena Baan”, “Dakin Gigi Marasa Mentos”, “Manis Nyakitin” dan “Hoby”.
Album “Mebalih Wayang” diproduksi sekitar tahun 1988 oleh Maharani Record di Denpasar. Hampir semua lagu dalam album ini terkenal, terutama lagu “Mebalih wayang”. Bahkan saat itu, anak-anak pun suka melagukannya, karena memang setiap hari mengumandang dari radio-radio transistor, di rumah maupun di tempat-tempat kerja.
Basita paribasa Bali yang ditemukan dalam album “Mebalih Wayang” adalah sesenggakan, wewangsalan, peparikan, sesawangan, cecangkitan, sesimbing, dan sasemon.
Sesenggakan berasal dari kata senggak, merupakan pengandaian. Wewangsalan berarti sindiran, dan di Bali wewangsalan biasanya digunakan dalam dunia pewayangan atau arja untuk melukiskan sindirian. Peparikan adalah pantun yang dinyanyikan, dulu biasa terdapat pada pertunjukan janger.
Sesawangan adalah perumpamaan. Cecangkitan adalah kalimat yang disusun bermakna ambigu, sesimbing adalah sindiran yang kuat maknanya. Dan sasemon berupa sindiran mirip dengan sesimbing tetapi berupa tembang atau gancaran yang lebih halus.
Dalam penelitian itu disebutkan ada 19 contoh lirik yang mengandung paribasa Bali.
1.
Idupe satmaka peteng tan pacinta.
Basita paribasa yang tergolong sesanggakan ini terdapat dalam lagu “Nasib Jele”. Idupe satmaka peteng tan pacinta. Terjemahan bebasnya dalam Bahasa Indonesia, “hidup seperti gelap-malam tanpa cinta”. Intinya, lagu itu menceritakan tentang seseorang yang punya masalah dan sedih karena tak punya cinta. Punya pikobet juga sebet.
2.
Seket teken enem belas, kadong neket tusing dadi belas
Ini adalah wewangsalan yang terdapat dalam lirik lagu “Dakin Gigi Marasa Mentos”. Seket teken enem belas, kadong neket tusing dadi belas terjemahan bebasnya: lima puluh dan enam belas, telanjur lengket susah dipisah. Wewangsalan ini menggmbarkan laki-laki dan perempuan kalau sudah saling cinta tak akan bisa dipisah.
3.
Bajangbajang kangkung, mara ejang mecelempung
Ini juga wewangsalan, ditemukan dalam lagu “Bajang Kangkung”. Bajangbajang kangkung, mara ejang mecelempung, terjemahannya gadis-gadis kangkung, baru ditaruh saja sudah macemplung (jatuh terbenam/tenggelam). Lagu ini menceritakan tentang gadis yang sudah bukan gadis lagi. Namanya saja gadis, tapi karena pergaulan bebas, kegadisannya jadi hilang. Paham?
4.
Baang cicinge ngongkong, malinge tetep mejalan
Baang anake ngomong, tusing ia ne ngerasaang.
Artinya, “Biarkan anjing menggonggong, maling (pencuri) tetap berjalan. Biarkan orang lain ngomong, bukan dia yang merasakan”. Lirik ini terdapat dalam lagu “Mebalih Wayang”. Ini masuk dalam peparikan.
Lagu ini bercerita tentang sepasang kekasih yang mabuk asmara, tidak mempedulikan penilaian, kritik, saran, atau ejekan dari orang lain. Sepasang kekasih yang sedang mabuk asmara biasanya sesuka hati menjalankan apa yang diniatkannya.
5.
Manis tape ketane ngae kolongan dadi aang
Manis-manis gulane ngae semut dadi mati
Manis munyin eluhe manis magedegin basang
Manis munyin eluhe ngae beli sakit hati
Artinya, “Manis tape ketan membuat tenggorokan kering, manis gula membuat semut mati. Manis pembicaraanmu membuat marah, manis pembicaranmu membuat sakit hati”. Ini juga peparikan yang terdapat dalam lirik lagu “Manis Nyakitin”. Ceritanya tentang anak gadis yang cantik jelita dengan suara yang manis, namun perilakunya tak sesuai dengan manis suaranya, malah membuat sakit hati.
6.
De nyakitin dewek patuh ken mubutin macan
Ini basita paribasa Bali masuk dalam katagori sesawangan. Terdapat dalam lirik lagu “Bajang Kangkung”. Artinya, jangan menyikiti diri sendiri, sama dengan mencabut bulu macan.
7.
Peluh ngecor bales cara ujan
Sesawangan ini terdapat dalam lagu “Main Tinju”, artinya keringat mengucur deras seperti hujan. Ini perumpamaan untuk melukiskan orang bekerja berat, sehingga keringatnya seperti hujan, mengucur deras.
8.
Cara cicinge ane manakan
Artinya, seperti anjing beranak. Bagaimana perilaki anjing saat beranak. Galak. Ini untuk melukiskan seseorang yang galak seperti anjing sedang beranak. Sesawangan ini terdapat pada lagu “Sing Kena Baan”.
9.
Dakin gigi marasa mentos
Artinya, kotoran gigi terasa mentos. Tahu mentos? Itu merk permen, rasanya manis dengan varian sedikit pedas. Nah, bagaimana jika kotoran gigi terasa mentos? Itu sesawangan terdapat dalam lagu “Dakin Gigi Merasa Mentos”.
10.
Luh muani meadukan cara bebek akandang
Artinya, lelaki perempuan campur-aduk seperti bebek dalam satu kandang. Sesawangan ini terdapat dalam lagu “Manis Nyakitin”.
11.
Manis kenyir eluhe cara madu tuah saja
Ini juga perumpamaan dalam lagu “Manis Nyakitin”. Artinya, manis senyummu seperti madu memang benar.
12.
Jegeg goban eluhe cara dadari Supraba
Ini juga perumpamaan dalam lagu “Manis Nyakitin”. Artinya, cantik wajahmu seperti Dedari Supraba. Dalam dunia pewayangan, Dewi Supraba memang dilukiskan sangat cantik sehingga Arjuna yang sedang bertapa jadi tergoda.
13.
Mancung cunguh eluhe cara turis uling Belanda
Ini lanjutan dari lirik “Manis Nyakitin”. Perumpamaan ini menggambarkan seorang gadis yang hidungnya mancung seperti turis Belanda. Apakah semua turis Belanda hidungnya mancung? Namanya juga perumpamaan.
14.
Berek solah eluhe cara Detya Kalabaka
Ini klimak dari lirik lagu “Manis Nyakitin”. Artinya, busuk perilakumu seperti Detya Kalabaka. Setelah memuji-muji dengan perumpamaan yang bagus-bagus, akhirnya lirik itu menyebutkan betapa busuknya perilaku gadis itu, meski wajahnya cantik seperti Dedari Supraba dan hidungnya mancung seperti turis Belanda. Benarkan Detya Kalabaka sebusuk itu? Baca ceritanya.
15.
Kaden anake ngoraang cinta buta
Berdasar penelitian yakni I Nyoman Artawa, I Ketut Paramarta, dan I Nengah Suandi, penggalan lirik lagu itu masuk dalam katagori cecangkitan. Ini terdapat dalam lagu “Bajang Kangkung”. Artinya, seperti kata orang bahwa cinta itu buta. Sama seperti arti cinta buta dalam peribahasa Indonesia. Cinta yang tak melihat kaya atau miskin, tak melihat cantik atau buruk. Pokoknya cinta.
16.
Ento suba suratan tangan
Ini cecangkitan, terdapat dalam lagu “Hoby”. Suratan tangan artinya sama dengan ungkapan yang biasa dikenal dalam Bahasa Indonesia, yakni “sudah nasib”.
17.
Saru cenik tua encen ane bajang
Basita paribasa Bali ini masuk dalam katagori sasimbing. Lirik ini terdapat dalam lagu “Bajang Kangkung”. Artinya, tak bisa ditebak remaja dan orang tua, mana yang masih gadis. Sindiran yang sangat tajam.
18.
Teruna teruni liu ane nganggoang keneh pedidi
Sindiran ini terdapat dalam lagu “Sing Kena Baan”. Artinya, pemuda-pemudi banyak yang sesuka-sukanya sendiri. Artinya lagi, pemuda-pemudi tak peduli sama situasi, semisal bicara dengan Bahasa sesuka-sukanya kepada orang tua.
19.
Bisa madana punia yen ne anggon suba ada
Ini basita paribasa Bali yang disebut sasemon. Arti bebasnya, menyumbang harta benda itu masalah mudah, asalkan yang disumbangkan memang ada. Sasemon ini terdapat dalam lagu “Hoby”. Ini semacam sindiran bagi orang-orang kaya yang suka menyumbang, karena ia memang sudah mendapatkan kekayaan. Lalu, yang miskin apa yang harus disumbangkan? [T]
___
Ketut Bimbo Meninggal, Satirnya Hidup | “Mau Gantung Diri, Tak Bisa Ngebon Tali”