12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menyambut Galungan | Bangkitkan Cahaya Dharma dalam Hati

Dewa Gede ArnamabyDewa Gede Arnama
April 9, 2021
inEsai
Menyambut Galungan | Bangkitkan Cahaya Dharma dalam Hati

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Masa yang suram satu tahun ini akibat Pandemi Covid-19 menimbulkan banyak sekali perubahan dalam kehidupan kita. Hal kecilnya saja adalah kita tidak bisa menunjukan ekspresi  ketika melakukan interaksi sesama akibat dari masker yang menutupi senyum manis kita. Apalagi ditambah dengan kaca pelindung wajah, rasanya seperti berada dalam dunia yang lain. Nah, itu semua dilakukan demi keamanan kesehatan kita dalam menjalani aktivitas kehidupan di masa wabah seperti sekarang ini. Banyak sekali dampak yang ditimbulkan di semua bidang kehidupan manusia. Salah satunya adalah kehidupan beragama.

Umat Hindu di Bali tidak dapat terlepas dari penyelenggaraan yadnya. Yadnya berasal dari bahasa Sanskerta yajña, yang terbentuk dari akar kata “yaj” yang berarti memuja, mempersembahkan atau korban suci. Yadnya berarti korban suci yang dilaksanakan dengan rasa tulus ikhlas. Banyak sekali hari raya dan perayaan yang dimiliki oleh umat Hindu, terutamanya adalah Hindu di Bali. Tradisi, Budaya, Ritus Pemujaan, Upacara dan Upakara Bali melekat menjadi satu kesatuan. Salah satu hari raya besar umat Hindu adalah Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Galungan diperingati setiap 210 hari di penanggalan kalender Bali yakni pada hari Budha (Rabu) Kliwon Wuku Dunggulan atau wuku ke-11 sedangkan Kuningan jatuh pada sepuluh hari kemudian yakni pada Hari Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Kuningan, yakni wuku yang ke-12.  Galungan dalam bahasa Jawa Kuna diartikan ‘bertarung’ dan Dunggulan itu berarti ‘menang’ atau ‘kemenangan’. Jika kita lihat dari segi sejarahnya, maka munculnya hari Galungan ini berasal dari suatu mitologi cerita yang menjelaskan bahwa  pada zaman dahulu, pulau Bali dikuasai oleh raksasa sakti dan jahat yang bernama Mayadenawa. Mayadenawa melarang masyarakat Bali untuk melakukan persembahyangan memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kemudian, Bhatara Indra turun ke dunia untuk bertemu dengan Mayadenawa dan memperingatkan bahwa tindakannya tersebut salah. Disana terjadilah pertempuran hingga Mayadenawa berhasil dikalahkan oleh Bhatara Indra. Oleh karena itu dapat kita ketahui dan simpulkan bahwa hari Galungan adalah peringatan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (Ketidakbenaran).

Di zaman dahulu sesuai dengan mitologi galungan, penegak dharma (kebenaran) adalah Bhatara Indra yang berhasil mengalahkan Mayadenawa yang merupakan penguasa adharma  (kejahatan, ketidakbenaran). Dalam hal tersebut Bhatara Indra berusaha untuk membebaskan para umat Hindu Bali yang dikuasai oleh raksasa yang melarang adanya pemujaan di pura. Yang dikalahkan adalah ketidakbenaran yang dilakukan oleh raksasa Mayadenawa. Lantas, pada masa dengan peradaban umat manusia yang serba modern seperti sekarang ini, Adharma apa yang patut kita kalahkan? Bagaimana cara kita membela dan menegakkan Dharma?

Kita kembali pada pribadi umat Hindu masing-masing. Pada masa Pandemi  Covid-19 seperti sekarang ini, semua aspek kehidupan kita diberlakukan pembatasan. Mulai dari pekerjaan, pendidikan hingga kegiatan ibadah keagamaan. Kendati demikian, umat Hindu tidak bisa lepas dari adanya hari suci keagamaan beserta upacara dan upakara yang memang wajib untuk dilaksanakan. Walaupun yadnya seperti yang telah saya tuliskan diatas merupakan korban suci yang tulus ikhlas, namun persiapan upacara upakaranya tentu saja memerlukan materi berupa uang. Sarana dalam pembuatan banten tidak semua bisa kita dapatkan gratis di kebun sendiri. Lalu belum tentu semua orang memiliki lahan kebun bukan? Tentu saja banyak bahan ketika membuat banten upakara yang harus dibeli. Apalagi jika ada kalangan umat yang memiliki gengsi tinggi, pastinya akan membuat banten dan sarana upakara yang meriah dan terkesan mewah.

Terganggunya semua bidang kehidupan akibat pandemi covid-19 tentu saja membuat banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Lantas darimana datang pendapatan yang lebih? Kriminalitas meningkat di masa pandemi pastinya sudah kita ketahui bersama. Terakhir saya membaca berita mengenai ternak sapi yang hilang di kebun warga, ada juga mengenai pencurian ayam dan bebek. Itu semua adalah dampak dari minimnya pendapatan seseorang di masa pandemi, sehingga mengambil jalan pintas dengan melakukan kriminalitas. Mirisnya adalah sarana yang didapat dari hasil mencuri digunakan untuk membuat banten. Sebelum pandemi saja setiap menjelang Hari Raya Galungan ada saja yang hilang dicuri. Seperti ambu dan ron (daun pohon aren), busung (daun kelapa) serta sarana banten seperti buah pisang yang ada di perkebunan warga. Nah, dimasa pandemi seperti sekarang pasti tindakan mencuri sarana upacara  dari hasil pertanian di kebun warga akan meningkat.

Tidak ada yang mengatakan bahwa mencuri itu adalah perilaku yang benar. Bahkan mencuri ilmu  pengetahuanpun dianggap salah, apalagi mencuri barang yang nantinya dijadikan sebagai persembahan kepada Tuhan atau hanya sekedar untuk mendapatkan uang, tentunya itu adalah dosa besar. Dengan demikian dapat saya katakan bahwa Adharma pada masa sekarang ini yang harus dikalahkan adalah hawa nafsu dan ego dalam diri kita sebagai umat beragama. Keinginan untuk membuat sarana upakara yang mewah pada masa sulit perlulah ditekan dan dihilangkan. Tuhan tidak pernah memaksa umatnya untuk membuat persembahan banten yang mewah. Rasa yang utama adalah tulus dan ikhlas, yakin pada-Nya serta menyerahkan jiwa dan raga sepenuhnya pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Di masa pandemi ini kita semua merasakan kesulitan yang luar biasa, namun dalam pelaksanaan yadnya alangkah baiknya kita tetap lakukan apa adanya dengan rasa yang tulus ikhlas. Sujud bhakti yang utama tidak terlihat dari seberapa meriah hari raya keagamaan itu dilaksanakan. Tapi dilihat dari bagaimana cara kita memaknai perayaan hari suci dengan perasaan yang bahagia, tulus dan tidak merasakan keluhan keberatan akibat hutang materi. Beryadnya itu jangan sampai berhutang pada saudara kita yang berdagang. Laksanakan yadnya semampu kita, sederhana namun penuh dengan makna.

Setelah setahun diselimuti Pandemi covid-19 ini harapannya adalah agar segera berlalu dan lenyap. Semoga segera terwujud. Covid-19 ini dapat dikatakan sebagai Adharma masa kini yang kedua setelah hawa nafsu dan ego dalam diri kita. Dengan adanya seruan vaksinasi, ibarat secercah cahaya yang akan mengentaskan kegelapan pandemi. Tentunya dengan harapan bahwa vaksinasi ini harus benar-benar efektif mampu membasmi pandemi virus ini agar kehidupan kita dapat kembali normal seperti sediakala.

Selanjutnya mari kita bangkitkan cahaya dharma dalam hati kita sebagai umat Hindu Bali dalam menyambut perayaan hari suci galungan ini. Alangkah baiknya kita rayakan sebagai wujud rasa syukur atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan kita kehidupan dan berkenan dalam menciptakan alam semesta beserta isinya. Kita kalahkan rasa ego dan hawa nafsu yang ada dalam diri agar berganti menjadi rasa syukur dan bhakti. Bersyukur masih diberikan kesempatan bernafas dan melaksanakan kehidupan di dunia walau dalam situasi serangan pandemi virus. Sudah sebaiknya kita memohon keselamatan alam beserta isinya, memohon ampun atas segala dosa yang kita perbuat di dunia ini, tak henti-hentinya melakukan introspeksi diri, mulat sarira untuk kehidupan yang lebih baik lagi kedepannya.

Ciri khas hari Raya Galungan adalah dipasangnya penjor pada sebelah kanan pintu keluar pekarangan rumah umat Hindu. Penjor sendiri merupakan simbol dari Naga Basuki dan bisa juga dikatakan sebagai simbol gunung yang memiliki makna kesuburan alam. Pada saat galungan, penjor biasanya dipasang sehari menjelang acara galungan yakni pada saat penampahan. Memasang penjor dalam menyambut hari raya galungan bertujuan sebagai bentuk wujud rasa bhakti dan rasa syukur atas segala berkah dan kemakmuran yang telah diberikan Sang Maha Pencipta.

Akhirnya melalui tulisan ini, saya menyampaikan Selamat Menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan kepada semua umat Hindu dimanapun berada. Semoga kita bisa mengarungi kehidupan di zaman kaliyuga ini dengan baik, diberikan anugrah dan keselamatan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Mari kita terangi hati dengan cahaya dharma, kendalikan hawa nafsu yang merupakan adharma dalam diri yang sering menggoda. Tidak lupa juga semoga Pandemi Covid-19 cepat lenyap dari bumi tempat kita tinggal ini. Rahayu. [T]

Tags: hari raya galunganhindupandemi
Previous Post

Mengkonversi Karya Tulis Ilmiah Menjadi Sebuah Buku

Next Post

Banjir di Singaraja | Ayo Pasang Biopori dan Sumur Resapan

Dewa Gede Arnama

Dewa Gede Arnama

Mahasiswa. Lahir dan tinggal di Desa Awan, Kintamani, Bangli

Next Post
Banjir di Singaraja | Ayo Pasang Biopori dan Sumur Resapan

Banjir di Singaraja | Ayo Pasang Biopori dan Sumur Resapan

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co