Beruntung saya bekerja di country-side, di daerah pegunungan Niseko, Hokkaido. Biaya hidup di sini tergolong rendah dibandingkan dengan kota-kota besar seperti Osaka, Kyoto, apalagi kota metropolitan Tokyo. Dan berbeda juga dengan tinggal di Ibu Kota Sapporo, tinggal sehari-hari di kota Niseko tidak akan menguras kantong karena tidak terlalu banyak terdapat pusat perbelanjaan, tempat nongkrong, dan branded outlets. Terlebih pada masa pandemi ini, kebanyakan restoran dan cafe akan last order atau bahkan tutup sekitar pukul 9 malam, jadi sangat mengontrol jam keluyuran. Untuk pekerja migran seperti saya yang punya target bulanan, tetapi juga perlu hiburan, Hokkaido adalah yang ter! Kenapa? Tempat wisata hampir gratis semua!
Untuk bertahan hidup di Negeri Sakura seorang diri, saya perlu asupan batin juga agar bisa mengelola kerinduan dengan keluarga di rumah di Bali. Dengan tidak menghamburkan uang yang saya hasilkan, saya mendapatkan kesempatan menyaksikan keindahan alam dengan gratis. Setelah setahun lebih tinggal di Niseko, lengkap sudah wisata alam saya dengan 4 pergantian musim.
Hokkaido memang tersohor akan keindahan alamnya. Bagi orang Jepang sekali pun, pemandangan alam yang dapat disaksikan di Hokkaido kadang membuat mereka terkesima. Meskipun mereka telah melewati sekian banyak musim dingin, musim panas, dan musim lainnya. Selain wisata alam, sama seperti daerah lain manapun, masing-masing wilayah akan mengadakan festival sesuai musim dan moment.
Mereka punya food court yang rapi, atau kadang tidak ada dagang sama sekali, digantikan vending machine. Ya terang sajalah ya, apalagi pada musim salju begini, tidak akan ada dagang ngipasi sate di atas trotoar. Wisata seperti ini adalah tipe perjalanan keluarga mertua saya, fokus ke tujuan wisata. Beda dengan saya penggila kuliner yang bahkan odalan ke pura saja nyosor dagang soto tipat dulu baru ma-banyuawangan. Sengaja saya datang selidan, biar bisa beli tipat pakai fujimi. Tambah cilok. Tambah es kolek. Bah!
Cuman ya ada saja minusnya, hidup di Niseko ini kemana-mana susah dan jauh. Mesti pakai kendaraan yang aksesnya juga terbatas. Dalam keadaan normal tanpa dipengaruhi keberadaan Covid-19 pun, hanya ada pilihan bus umum yang tidak mencakup semua pelosok, atau taksi yang lumayan biayanya sama dengan dua kali makan ramen topping chasiu untuk pergi dari asrama ke 7-eleven terdekat. Tiba-tiba saya teringat Indomart yang bersebelahan dengan gerbang rumah saya di Bali. Cukup dengan berjalan kaki dalam beberapa menit saja Indomart, dagang nasi jinggo, bahkan Pasar Buleleng pun terlampaui.
Untungnya beberapa teman di asrama memiliki mobil pribadi. Jadilah kami mengunjungi banyak objek wisata dan festival bersama dengan kemudahan dan kenyamanan. Di sini masing-masing perusahaan bahan bakar mesin saling bersaing untuk memberikan harga termurah dan pelayanan terbaik loh. Kemarin saja, saat teman mengisi bensin mobil hotel, setelah melakukan pembayaran, ia menerima 1 kotak telor berisi 10 biji. Katanya tiap pembelian 20 liter bensin mendapat free 1 kotak telor berlaku kelipatan. Padahal telor murah, tapi rasanya jadi waaahh
Dengan bermodal bensin cuk-cukan, kami pergi ke Cape Chikyu Muroran, pergi ke Noboribetsu Hell Valley, pergi ke Museum Ainu di Shiraoi, dan wisata alam terbuka lainnya. Enaknya kalau punya mobil, pikir saya. Jadi ingin menabung dan beli satu, agar mudah pergi ke supermarket atau mana saja dengan mandiri dan waktu diatur sendiri. Seketika bagaikan pikiran saya terbaca, tadi pagi teman saya yang berhenti bekerja dan akan pulang ke Malaysia menawari mobilnya yang mau dijual seharga 50.000 yen (kasarnya tambahkan 2 digit 00 untuk rupiah), murah gila!
Saya pun browsing dan membandingkan harga-harga mobil secondhand, dan memang terjangkau. Tentu saja ada harga ada kualitas, mau yang terbaru pun ada. Untuk yang kondisi bawah, 10 jutaan banyak! Bahkan Honda Stream milik teman saya yang super nyaman, hanya 30 jutaan. Memang Jepang negara pabrik mobil ya! Beli mobil harga 5 jutaan aman dan nyaman, kenapa tidak?
Hanya perlu cari SIM baru karena SIM Indonesia saya kadaluarsa dan harus terverifikasi internasional. Cari SIM baru di sini saja. Biayanya? Hahh?? Biaya cari SIM di Jepang sekitar 20.000 – 30.000 yen! Dan itu pun bisa gagal tes berkali-kali. Kalau begini sih, saya beli mobil Hot Wheels dulu saja.[T]
____