Engkau yang cantik
Engkau yang manis
Engkau yang manja
Penggalan lirik lagu jadul itu membuat rindu masa lalu tumbuh kembali. Apalagi sambil dengar lagu sambil ngopi dan ditemani jaja bali yang rasanya seperti lirik lagu di atas. Itu lagu “Madu dan Racun” karya Arie Wibowo. Engkau yang cantik, engkau yang manis. Itulah jaja sengait.
Jaja sengait atau kue sengait dari Desa Pedawa di Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, bukan hanya manis. Tapi juga renyah dan menggoda. Camilan ini banyak disuka, karena menggunakan bahan yang didapat dari alam juga diolah secara alami. Proses manual yang dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga untuk membuat jaja sengait itu entu juga memberi nilai plus yang berbeda.
Yang paling istimewa, jaja senggait pedawa selalu menggunakan pemanis gula aren pedawa, yakni gula aren yang diambil dari pohon aren yang ada Desa Pedawa. Tanpa gula pasir atau pemanis.
Jaja sengait dibuat dengan komposisi ubi jalar, dicampur gula aren, yang diracik sedemikian rupa,dikerjakan dengan secara sederhana. Jika Anda mampir ke Pedawa, tidak ada salahnya mencoba jaja sengait.
Banyak warung dan toko yang menjual camilan ini.. Dan akan gampang sekali mengenali senggait dati Pedawa dibanding senggait-sengait yang lain.
Inilah cara membuat jaja sengait:
Bahan:
- ubi jalar (sela bun)
- gula merah (aren)
Cara membuat:
- Kupas bersih ubi jalar, kemudian dirajang atau diparut dengan parutan kelapa, bisa juga buat khusus parutan ubi.
- Setelah siap, panaskan minyak goreng di wajan sampai siap digunakan.
- Setelah minyak dirasa sudah panas, goreng ubi yang sudah diparut tadi.
- Aduk secara perlahan merata
- Jika parutan ubi sudah mulai berubah warna, kemudian campurkan gula aren yang sudah dicairkan
- Agar tidak terlalu manis, untuk parutan 5 biji ubi jalar ukuran sekepal tangan dewasa, bisa dicampur dengan 10 sendok makan gula cair.
- Aduk lagi, kemudian diangkat dengan kukusan bambu.
- Dianginkan sebentar, baru kemudian dicetak sesuai keinginan atau bentuk yang diinginkan
- Setelah itu diamkan selama 10-15 menit baru dikemas.
Seputar Aren dan Olahannya
Yang membuat jaja sengait dari Desa Pedawa berbeda dengan jaja sengait dari desa-desa lain adalah gulanya. Gula Pedawa, yakni gula merah yang dibuat dari pohon aren di Desa Pedawa, memang sudah terkenal keistimewaannya.
Pohon aren disebut juga pohon enau, atau di Bali biasa disebut pohon jaka, tumbuh leluasa di daerah perkebunan, di lereng bukit, di tepi sungai, di Desa Pedawa. Kini, pohon itu mulai ditanam lagi oleh kelompok pemuda Kayoman, selain untuk penghijauan, juga ditanam agar produksi gula aren tak punah di desa itu.
Di Desa Pedawa, juga di banyak desa lain di Bali, pohon aren itu pohon serbaguna. Selain menghasilkan tuak, gula, dan arak, buahnya juga bisa jadi camilan; kolang-kaling. Batangnya bisa dibuat sagu. Kulit batangnya keras dan kuat, biasa disebut uyung. Uyung bisa digunakan sebagai bahan bangunan, juga untuk perkakas rumah tangga.
Foto di bawah ini menunjukkan berbagai kegunaan pohon aren di Desa Pedawa.
- Yang pertama jelas hasil tuak yang dijadikan gula merah
- Yang kedua adalah jajan senggait yang juga menggunakan gula merah
- Yang ketiga adalah nampan tempat gelas itu dibuat dari kulit batang aren atau uyung.
- Yang keempat balai itu tempat duduknya juga berasal dari uyung
Selain di dalam foto, terdapat banyak benda-benda lagi yang bahan-bahannya dibuat dari pohon aren dan bagian-bagiannya.
Ada juga bangku kecil yang biasa dipakai duduk di serambi.itu dibuat dari kulit pelepah daun jaka, biasa disebut dengan nama pugpug. Selain itu, beberapa bagian dari pembuatan bale sekepat juga biasa dibuat dari uyung.
Uyung juga banyak dibuat untuk patin tambah (tangkai cangkul), patin kandik (tangkai pisau besar), kursi dan meja belajar, pot bunga dan hiasan dindin
Jadi kesimpulannya banyak sekali kegunaan aren terutama untuk furniture sederhana ala desa. Percayalah, bahan-bahan itu kuat dan tahan lama. [T]