3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

Juli SastrawanbyJuli Sastrawan
February 24, 2021
inCerpen
Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya dan diolah oleh Juli Sastrawan

  • Cerpen Florence W. Williams
  • Diterjemahkan dari dari Old English Folk Tales oleh Juli Sastrawan
  • Ilustrasi oleh Florence W. Williams

____

Si Ayam Betina Merah tinggal di sebuah lumbung. Dia menghabiskan hampir seluruh waktunya berjalan-jalan di sekitar lumbung untuk mencari cacing. Dia sangat menyukai cacing yang gemuk dan lezat dan baginya, cacing sangat penting untuk kesehatan anak-anaknya. Seringkali ketika menemukan sebuah cacing dia akan berseru.

“Kok-kok-petok!” kepada anak-anaknya. Ketika sudah berkumpul, dia akan membagikan potongan makanan terenak itu dari paruhnya.

Si kucing biasanya tidur dan bermalas-malasan di pintu gudang, dia bahkan tidak repot-repot menakut-nakuti si tikus yang berlarian kesana kemari. Begitu pula si babi yang tinggal di dalam kandangnya—dia tidak peduli apa yang terjadi selama dia bisa makan dan menjadi gemuk.

Suatu hari si Ayam Betina Merah menemukan biji. Itu adalah Biji Gandum, tetapi si Ayam Betina Merah begitu terbiasa dengan serangga dan cacing sehingga dia mengira ini adalah jenis daging yang baru dan mungkin sangat lezat. Dia menggigitnya dengan lembut dan menemukan bahwa rasanya sama sekali tidak mirip cacing meskipun bentuknya panjang dan ramping, si Ayam Betina Merah mungkin mudah tertipu oleh penampilannya.

Dia membawa biji itu dan bertanya-tanya. Dia menemukan itu adalah Biji Gandum dan, jika ditanam, akan tumbuh dan ketika matang bisa dibuat menjadi tepung dan kemudian menjadi roti.

Saat dia menemukannya, dia tahu itu seharusnya untuk ditanam. Dia begitu sibuknya berburu makanan untuk diri dan keluarganya, tentu saja, dia pikir dia tidak seharusnya meluangkan waktu untuk menanamnya.

Jadi dia memikirkan si babi—yang suka bengong dan si kucing yang tidak punya pekerjaan, dan si tikus gendut dengan jam-jam kosongnya, dan dia berteriak:

“Siapa yang akan menanam benih ini?”

Tapi si babi berkata, “Bukan aku,”

dan si kucing berkata, “Bukan aku,”

dan si tikus berkata, “Bukan aku.”

“Baiklah,” kata si Ayam Betina Merah, “Aku saja, kalau begitu.” Dan dia melakukannya.

Kemudian dia melanjutkan tugas hariannya melalui hari-hari musim panas yang panjang, sambil menggaruk-garuk mencari cacing dan memberi makan anak-anaknya.

Si babi menjadi gemuk,

dan si kucing menjadi gemuk,

dan si tikus menjadi gemuk,

dan gandumnya tumbuh tinggi dan siap untuk dipanen.

Suatu hari si Ayam Betina Merah kebetulan melihat gandumnya sudah besar dan ternyata bijinya juga sudah matang, jadi dia berlari ke sana kemari sambil berteriak dengan cepat: “Siapa yang akan memotong gandumnya?”

Si babi berkata, “Bukan aku,”

Si kucing berkata, “Bukan aku,”

dan si tikus berkata, “Bukan aku.”

“Baiklah,” kata si Ayam Betina Merah, “Aku saja, kalau begitu.” Dan dia melakukannya.

Dia mengambil sabit dari peralatan-peralatan petani di gudang dan mulai memotong semua gandum yang besar. Di atas tanah tergeletak gandum yang telah dipotong dengan rapi, siap untuk dikumpulkan dan diirik, tetapi anak ayam yang paling baru, paling kecil dan paling berbulu halus “mengintip-intip” dengan bersemangat, menyerukan kepada dunia luas, terutama pada ibunya, bahwa ibunya mengabaikan mereka. Si Ayam Betina Merah yang malang! Dia merasa sangat bingung dan hampir tidak tahu ke mana harus berpaling.

Perhatiannya terpecah antara tugasnya untuk anak-anaknya dan tugasnya pada gandum, yang membuatnya merasa bertanggung jawab. Jadi, sekali lagi, dengan nada penuh harapan, dia berseru, “Siapa yang akan mengirik gandumnya?” Tapi si Babi, sambil mendengus, berkata, “Bukan aku,” dan si kucing, sambil mengeong, berkata, “Bukan aku,” dan si tikus, dengan mencicit, berkata, “Bukan aku”. Si Ayam Betina Merah, harus mengakui, sedikit putus asa, berkata, “Baiklah, aku saja, kalau begitu.” Dan dia melakukannya.

Tentu saja, dia harus memberi makan anak-anaknya dulu, dan ketika mereka semua sudah tertidur untuk tidur siang, dia pergi keluar dan mengirik gandum. Kemudian dia berseru: “Siapa yang akan membawa gandum ke penggilingan untuk digiling?”

Membalik punggung mereka dengan gembira, si babi berkata, “Bukan aku,” dan si kucing berkata, “Bukan aku,” dan si tikus itu berkata, “Bukan aku”.

Si Ayam Betina Merah yang baik tidak bisa berbuat apa-apa selain berkata, “Baiklah, aku saja kalau begitu.” Dan dia melakukannya.

Sambil membawa karung gandum, dia berjalan dengan susah payah ke pabrik yang jauh. Di sana dia memesan gandum yang digiling menjadi tepung putih yang indah. Ketika penggiling membawakan tepung untuknya, dia berjalan perlahan kembali ke lumbung miliknya sendiri.

Dia bahkan berhasil mengatur semuanya, lepas dari bebannya, menangkap cacing lezat dan menyisakan satu untuk anak-anaknya ketika dia bertemu mereka. Bola bulu kecil itu sangat senang melihat ibu mereka datang. Untuk pertama kalinya, mereka sangat menghargainya.

Setelah hari yang sangat berat ini, dia beristirahat lebih awal dari biasanya—bahkan sebelum warna-warni muncul di langit untuk menandai terbenamnya matahari, jam tidurnya yang biasa.

Dia ingin tidur larut di pagi hari, tapi anak-anaknya, bergabung dalam paduan suara pagi di kandang ayam, mengusir semua harapan akan kemewahan itu. Bahkan ketika dia mengantuk dengan setengah membuka satu matanya, di benaknya terpikir bahwa hari ini gandum harus, entah bagaimana caranya, dibuat menjadi roti.

Dia tidak terbiasa membuat roti, meskipun, tentu saja, siapa pun bisa membuatnya jika dia mengikuti resep dengan hati-hati, dan dia tahu betul bahwa dia bisa melakukannya jika perlu. Jadi setelah anak-anaknya diberi makan dan dibuat tampak manis dan segar untuk hari itu, dia menemui si babi, si kucing dan si tikus. Masih yakin bahwa mereka pasti akan membantunya suatu hari nanti dia bertanya, “Siapa yang akan membuat roti?”

Si Ayam Betina Merah yang malang. Sekali lagi harapannya pupus. Si babi berkata, “Bukan aku,” dan si kucing berkata, “Bukan aku,” dan si tikus itu berkata, “Bukan aku”.

Si ayam merah kecil berkata sekali lagi, “Baiklah, aku saja kalau begitu.” Dan dia melakukannya.

Merasa bahwa dia mungkin tahu sepanjang waktu bahwa dia harus melakukan semuanya sendiri, dia pergi dan memakai celemek baru dan topi juru masak yang bersih. Pertama-tama dia mengatur adonan, sebagaimana mestinya. Ketika tiba waktunya dia mengeluarkan papan cetakan dan loyang, membentuk roti, membaginya kecil-kecil, dan memasukkannya ke dalam oven untuk dipanggang. Si kucing duduk dengan malas, terkekeh dan cekikikan. Dan tak jauh dari sana, si tikus yang sia-sia membedaki hidungnya dan mengagumi dirinya sendiri di depan cermin. Di kejauhan terdengar dengkuran keras si babi yang sedang tidur.

Akhirnya saat yang luar biasa tiba. Aroma sedap berhembus di atas angin musim gugur. Di mana-mana warga lumbung mengendus udara kegirangan.

Si Ayam Betina Merah berjalan dengan cepat menuju sumber dari semua kegembiraan itu. Meskipun dia tampak sangat tenang, pada kenyataannya dia hanya bisa dengan susah payah menahan dorongan untuk menari dan bernyanyi, sedikit heran bahwa dia adalah orang yang paling bersemangat di lumbung ini! Dia tidak tahu apakah roti itu cocok untuk dimakan, tetapi—dia begitu gembira!—Ketika roti cokelat yang indah keluar dari oven, roti itu matang dengan sempurna.

Kemudian, mungkin karena dia telah terbiasa, si Ayam Betina Merah berseru:“Siapa yang akan makan Roti?”

Semua hewan di lumbung melihatnya dengan lapar dan liur mereka menetes.

Si babi berkata, “Aku mau,”Si kucing berkata, “Aku mau,”Si tikus berkata, “Saya mau.”

Tapi si Ayam Betina Merah berkata,“Tidak, kalian tidak mau. Aku saja.” dan dia melakukannya. [T]

Tags: CerpenCerpen Terjemahan
Previous Post

Kerajinan Logam Kotagede: Masa Lalu dan Masa Kini

Next Post

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

Juli Sastrawan

Juli Sastrawan

Pengajar, penggiat literasi, sastrawan kw 5, pustakawan di komunitas Literasi Anak Bangsa

Next Post
“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co