Kita selalu senang membaca berita tentang kematian yang konyol dan tragis. Seperti berita tentang dua orang bersahabat, minum-minum, mabuk, lalu berkelahi, kemudian ada yang mati. Setelah itu polisi agak susah cari saksi untuk menceritakan peristiwa naas itu. Sebab tak ada orang ketiga di antara dua sahabat itu.
Ini berita sekitar dua minggu lalu, tepatnya Senin, 8 Februari 2021. Sepertinya kalian sudah baca. Tentu saja sudah. Karena, ya, itu tadi. Berita tentang kematian yang konyol memang masih jadi pavorit di tengah minat baca masyarakat yang begitu-begitu saja.
Inti beritanya begini:
Kadek Sutarjana, warga Banjar Dinas Munduk, Desa/Kecamatan Banjar, Buleleng, minum berdua dengan temannya, Ida Lempog. Berdua mereka minum arak dan tuak sekitar pukul 14.00 Wita di teras rumah Kadek Sutarjana.
Entah apa penyebab awalnya, keduanya kemudian adu jotos. Dari perkelahian itu, Sutarjana meninggal. Bahasa koran; tewas. Dari hasil pemeriksaan medis, petugas menemukan luka robek pada bagian dagu dan bibir atas korban, luka robek pada bagian kepala belakang, luka lecet di bagian lengan kanan, serta gigi bagian atas dan bawah rontok.
Lempog melarikan diri. Sempat bersembunyi, namun akhirnya ditangkap polisi.
Tidak ada saksi orang ketiga atau keempat atau orang kelima dalam perkelahian itu. Istri Sutarjana, yakni Widiani, memang sempat melihat keduanya bertengkar dan adu fisik. Namun ia tak tahu urutan peristiwa dengan lengkap. Saat melihat keduanya adu jotos, ia pergi untuk minta tolong. Pulang-pulang, suaminya sudah ambruk.
Berita selengkapnya baca saja Bali Express, atau media online yang lain. Semua media, terutama di Bali, memberitakannya. Tentu saja. Karena, ya, itu tadi. Berita tentang kematian yang konyol memang masih jadi pavorit di tengah minat baca masyarakat yang begitu-begitu saja.
Dua Sahabat Kolok
Peristiwa tragis yang terjadi di wilayah Banjar itu tidak setragis peristiwa yang terjadi di Desa Bengkala, masih di wilayah Buleleng. Peristiwanya terjadi sekitar November 2010.
Dua orang sahabat yang sama-sama kolok (bisu), Suk (27) dan Sub (25), minum berdua saja. Saat minum-minum itulah terjadi perselisihan, sampai akhirnya terjadi perkelahian yang menyebabkan Suk kehilangan nyawa.
Saat itu tidak ada yang benar-benar tahu kenapa mereka berkelahi. Seseorang sempat melihat keduanya bertengkar dengan menggunakan bahasa isyarat dan saling dorong. Sampai akhirnya mereka berhenti minum, namun disambung lagi dengan perkelahian sampai salah satu dari mereka ambruk tak bernapas, dan salah satunya menjadi tersangka.
Polisi sempat kesulitan memeriksa tersangka Sub. Selain karena peristiwa itu hanya terjadi di antara mereka berdua, tersangka juga menderita tuli bisu.
Minum Berdua Sepupu
Kejadian serupa ternyata tak hanya terjadi di Bali. Di daerah Sumedang, Jawa Barat, sekira Maret 2018, dua pemuda yang masih terhitung sepupu, minum berdua saja di tengah sawah tanpa ada orang lain di sekitar mereka. Ketika asyik minum terjadi pertengkaran, sampai akhirnya satu terbunuh dan satu lagi menjadi tersangka pembunuhan. Polisi pun menangkap tersangka RB (19).
“Awalnya minum-minum berdua di tengah sawah bersama korban, tapi waktu saya ajak pulang, dia tidak mau, ngeyel,” ujar RB. RB mengakui, dirinya dan korban berkelahi di tempat itu. RB mengaku mencekik leher saudaranya.
***
Selain tiga peristiwa tragis itu, mungkin banyak lagi terdapat peristiwa serupa. Tapi tiga peristiwa yang diberitakan itu cukup memberi pelajaran berharga. Pelajarannya; jika ingin minum, jangan minum berdua saja. Minum sendiri lebih baik, atau ajaklah banyak teman, bikin lingkaran, ngobrol bersama, nyanyi-nyayi bersama.
Pelajaran yang lebih berharga lagi, kata orang bijak: Jangan minum miras!
Tentang minum dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, lebih baik baca sebuah novel bagus karya Jhon Steinbeck, judulnya Dataran Tortilla. Itu novel terjemahan dari versi bahasa Inggris berjudul Tortilla Flat yang terbit pada tahun 1935.
Novel itu lebih banyak berisi kisah-kisah persahabatan di antara tokoh-tokoh yang memiliki karakter, latar belakang dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda-beda. Antara lain ada tokoh Danny, Pilon, Big Joe, Si Bajak Laut.
Tampaknya di mana pun persahabatan dan acara minum-minum punya hubungan dan jalin-alur yang selalu menarik. Dalam minuman dan persahabatan tumbuh berbagai idiom kadang idiom hanya sekadar untuk mengejek, kadang idiom-idiom yang penuh filosofi. Tentang minum berdua atau minum bersama ada kutipan menarik dalam novel itu:
Dua galon adalah jumlah anggur yang banyak, bahkan untuk dua orang paisano. Takaran guci anggur itu bisa digambarkan sebagai berikut: Bila anggur sampai ke bahu botol pertama, terjadi percakapan serius dan penuh arti. Dua inci turun, si peminum terkenang akan kenangan sedih dan manis. Tiga inci turun, kenangan akan percintaan masa lalu yang menyenangkan. Satu inci lagi turun, kenangan tentang percintaan lama yang pahit. Dasar guci pertama tercapai, kesedihan umum dan tak terarah. Bahu botol kedua tercapai, rasa putus asa yang suram, dua jari turun, sebuah nyanyian kematian atau kerinduan. Turun satu jempol lagi, nyanyian apa saja yang teringat. Grafik itu berhenti di sini, sebab setelah titik itu tercapai, tak ada kepastian, apa saja bisa terjadi.
Nah, setelah grafik dalam galon atau botol itu terhenti, maka “apa saja bisa terjadi”. Ungkapan “apa saja bisa terjadi” artinya bisa saja yang terjadi adalah pertengkaran dan perkelahian dan pembunuhan.
Karena “apa pun bisa terjadi”, maka janganlah minum berdua saja. Jika terjadi pertengkaran dan perkelahian, tak ada siapa pun yang akan melerai. Atau jika terjadi sesuatu, misalnya salah satu tewas ketika minum berdua saja, yang tersisa adalah pelaku. Tak ada saksi orang ketiga.
Minum bersama lebih aman. Jika satu orang mabuk berat, meracau, atau agak-agaknya mau nonjok teman di sebelah, maka akan banyak orang yang menariknya, lalu memisahkannya dari lingkaran, atau menceburkannya ke got penuh limbah. Lalu, semuanya tertawa-tawa. Tak ada yang tewas.
Persahabatan dan Pertengkaran
Persahabatan tak bisa dipisahkan dengan pertengkaran. Kata orang, bertengkar bisa membuat persahabatan menjadi lebih sehat, tergantung bagaimana cara kita mengelola pertengkaran.
Nah jika sedang mabuk berat, apalagi berdua saja, maka pertengkaran tak akan bisa dikelola dengan baik. Bagaimana bisa mengelola pertengkaran, jika tubuh oleng dan otak terpapar alkohol.
Mari tengok beda antara bertengkar dengan sehat dan bertengkar sambil mabuk.
- Bertengkarlah sehat selalu dilakukan dengan pikiran terbuka, jangan picik, dan sadarilah bahwa yang diajak bertengkar adalah sahabat, bukan musuh. Nah, bertengkar saat mabuk, pikiran langsung tertutup. Sahabat tiba-tiba dilihat seperti musuh bebuyutan.
- Bertengkar sehat, biasanya menghindar untuk mengungkit masalah lama. Sebaliknya saat mabuk justru masalah-masalah lama diiumbar kembali.
- Bertengkar sehat tidak dengan suara keras. Tapi bertengkar saat mabuk biasanya suara langsung menggelegar.
- Bertengkar sehat akan menghindari kata-kata atau kalimat yang diulang-ulang. Berbeda dengan bertengkar saat mabuk biasanya kalimat yang keluar itu-itu saja.
- Dalam pertengkaran yang sehat, jika seseorang tampak sangat emosi, maka yang diajak bertengkar akan mengendalikan emosi. Beda saat mabuk, satu emosional, yang lain makin emosional.
(NB: Perbedaan ini ditulis berdasar pengalaman para pemabuk dan dari beberapa sumber)
Minum Bersama
Pertanyaannya sekarang, apakah kalau minum ramai-ramai, orang tak bisa meninggal? Eh, bisa saja. Tapi para peminum itu meninggal bukan karena berkelahi, melainkan karena keracunan miras oplosan atau minum bersama secara terus-menerus selama seminggu.
Banyak contoh peristiwa orang minum bersama dan meninggal secara massal. Nantilah dibicarakan. [T]