5 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan
Foto Emha diambil dari caknun.com

Foto Emha diambil dari caknun.com

Mendaras Puisi Emha: Ajari Aku Tidur

Akhmad Faozi Sundoyo by Akhmad Faozi Sundoyo
February 17, 2021
in Ulasan

Puisi bisa sangat pendek, sependek surat al-Kautsar. Bahkan bisa lebih pendek lagi. Puisi bisa pula sangat panjang, walaupun tidak sepanjang surat al-Baqarah.

Emha Ainun Nadjib dalam Satu Kekasihku, cuma butuh satu bait dan empat baris kalimat untuk berpuisi.

Mati hidup satu kekasihku // Takkan kubikin ia cemburu // Kurahasiakan dari anak istri // Kulindungi dari politik dan kiyai.

Iqbal, filsuf dan penyair India, bisa berpuisi sangat panjang. Dalam Tulip Dari Sinai dia bersajak sepanjang seratus enam puluh tiga (163) bait.Jumlah barisnya bersisi 163×4 = 652 kalimat. Tentu tidak akan saya tuliskan tubuh utuhnya di sini.

Saya akan mendaras puisi. Semacam balas dendam atas tadarus di bulan Ramadhan kemarin, yang tak cukup khusyu’ karena lebih sibuk menghikmat pandemi, daripada Yang Ilahi.

Seperti kata Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an, tadarus tidak mengharuskan hatam berulang-ulang. Tadarus lebih menekankan bobot penghayatan. Sedemikian tadarus Alquran. Ketika sampai pada puisi, saya kira serupa itu. Karena di puisi, setiap rupa kata mengimplisitkan ‘makna’.

Kalau puisi tidak mau didudukkan sebagai igauan kata, aspek maknawi tersebut harus ditarik ke permukaan, melalui kedalaman pencermatan dan penghayatan. Serupa tadarus tadi.

Kata Emha: Ajari Aku Tidur

Kita berhenti di pelataran rumah eksistensi kepenyairan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, bersejenak membaca pelan-pelan salah satu buah karyanya yang ‘puisi’: Ajari Aku Tidur (1986).


(1)

Tuhan sayang ajari aku tidur

Seperti dulu menemuimu di rahim ibu

Sesudah lahir menjadi anak kehidupan

Sesudah didera tatakrama, pendidikan, politik dan kebodohan

Bisaku cuma tertidur

Tertidur


(2)

Tuhan sayang tak kurang-kurang engkau menghibur

Tapi setiap kali badan terbujur ruhku bangkit memekik-mekik!

Hidupku jadi ngantuk, luar biasa ngantuk

Tanpa pernah bisa sungguh-sungguh tidur


(3)

Di siang dunia berseliweran kecemasan

Orang-orang berburu prasangka

Menumpuk salah paham terhadap kehidupan

Memburu dugaan, bersandar pada bayangan

Mengulum batu-batu akik, aku ngantuk

Sungguh-sungguh ngantuk


(4)

Di malam segala nina bobo yang menenggelamkan

Tak mampu kubaringkan mati kecilku

Ajari mati, ya tuhan sayang, ajari aku mati

Nasib sejarah menggumpal di jantungku

Jantung mengerjat-ngerjat

Tapi tak pingsan


(5)

Telah beribu kali

Jantung meledak tak mati-mati

Tuhan sayang, ya tuhan sayang

Rinduku amat tua

Dan sakit


Angka-angka di sela bait puisi di atas, bukanlah aslinya. Angka itu adalah tambahan dari saya. Supaya lebih nyaman kita mendaras.

Membaca Ajari Aku Tidur, kita semacam diajak bertanya: tidur yang bagaimana yang dimaksudkan Emha? Mengapa pula sehanya tidur saja, butuh minta ajar?

Bait pertama, sekilas sangat kacau: paradoks. “Tuhan sayang ajari aku tidur”, kata Aku-Sajak. Di pembukaan ini, dia mau mengatakan, dia sedang tidak bisa tidur. Minimalnya tak cukup memahami apa itu tidur. Tetapi baru tiga baris berlalu, dia melakukan pembalikan: “bisaku cuma tertidur”. Belum cukup kuat, dia nyatakan lagi: “Tertidur”.

Bait kedua. Paradoksa atau perseberangan maksud dari kata “ajari tidur” dan “bisaku cuma tertidur”, diuraikan di sini. Penulis ini mengatakan: “hidupku jadi ngantuk, luar biasa ngantuk. Tanpa pernah bisa sungguh-sungguh tidur”. Penulis sajak, menjelaskan perbedaan mengantuk dan tidur. Mengantuk adalah kondisi jengah atau lelah membuka mata ‘kesadaran’. Lelah yang meminta untuk ditidurkannya badan. Tetapi ketika badan telah dibaringkan, disiapkan menuju tidur, hasilnya justru tidak bisa tidur lelap.

Bait ketiga. Dijelaskan di sini, penyebab utama rasa kantuk. Aku-sajak yang mengeluhkan ‘mengantuk’, ternyata karena menurutnya orang-orang kebanyakan menumpuk salah paham terhadap kehidupan, ditambah memburu dugaan, bersandar pada bayangan. Artinya ada kesalahan yang dilakukan banyak orang. Kesalahan ini berupa ‘salah memahami orientasi dan makna hidup’. Mereka hidup berdasarkan ‘dugaan-dugaan’ saja tanpa dilandasi pengetahuan yang kokoh.

Sebagai sandingan, keresahan semacam ini, belakangan dilantangkan oleh Aku Sajak-nya Rendra dalam Hai, Ma (1992). Rendra bahkan lebih panjang lagi melantangkan keresahannya. Tetapi yang paling telak berada pada kata “mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita”. Lalu aku sajak, merespon dengan: “aku marah, aku takut, aku gemetar, namun gagal menyusun bahasa”.

Tampaklah—bila dilensa melalui sajak Rendra di atas—yang membuat Aku-Sajak mengantuk dalam Ajari Aku Tidur, ialah nuansa takut, gemetar dan marah yang gagal menemukan pintu pengungkapan atau pelepasan.

Selanjutnya, di bait keempat, kegelisahan ini semakin menjadi. Dikatakan oleh Aku-Sajak bahwa gelisah dan rasa sakit, terus terbawa-bawa setiap akan memejam mata. Di saat lazimnya orang-orang tidur, dia si Aku-Sajak kesakitan mengerjat-ngerjat tanpa henti. Tak kuasa tidur, bahkan setelah membaring-baringkan tubuh.

Di bait penutup, Aku-Sajak masih kesakitan terus menerus. Kesakitan yang telah lama dirasa, dan masih selalu terasa. “Telah beribu-ribu kali, jantung meledak tak mati-mati”.

Sampai di sini, Emha dapat dikatakan mengukuhi jalan puisi yang bukan sebatas untaian kata bersayap, atau semacam bisikan rayuan kekasih kepada terkasihnya. Dia mengajak pembaca sajak dolan ke bilik refleksi ruhani. Sebangun ruang yang di dalamnya berisi (kesadaran) diri yang sunyi, sepi, kadang terasing. Kesunyian si Aku-Sajak, dikikis melalui jalan munajat: meminta ajar kepada Tuhan yang dia tahu Maha Bisa, termasuk bisa menuturkan “ilmu tidur”.

Pengejaan maksud-makna di sini tentu hanyalah sisi pojok saja, dari pembacaan saya. Suara yang mungkin salah, jauh dari tepat, akan tetapi penting. Penting sebagai pembuka suara lain yang mungkin benar, jauh dari menyeleweng. Lain perjumpaan, kita lanjut lagi di ayat-ayat puisi yang lain. []

Bibliografi:

  • Muhammad Iqbal. 1985. Pesan dari Timur (terj. Abdul Hadi WM). Bandung: Pustaka.
  • Emha Ainun Nadjib. 2004. Cahaya Maha Cahaya: Kumpulan Sajak. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Tags: Cak NunEmha Ainun NadjibPuisi
Akhmad Faozi Sundoyo

Akhmad Faozi Sundoyo

Penulis adalah pembelajar Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram. S1 Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Momong anak lanang dan penikmat literasi. Domisili di Pundong, Bantul, Yogyakarta.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Ulasan

Membaca Bagaimana Peristiwa ‘65 Disembunyikan Lewat Karya Sastra

Judul Buku                  :  KhotbahPenulis                         : Dwi S WibowoPenerbit                       : Alpha CentauriISBN                           : 978-602-3092-29-1Jumlah halaman          : 111 ____ ...

November 2, 2019
Ulasan

Kumpulan Cerpen Triyanto Triwikromo: Konstruksi Struktural Sayap Anjing

Judul Buku: Sayap Anjing (Kumpulan Cerpen) # Penulis: Triyanto Triwikromo #Halaman: 144 pages # Penerbit: Buku Kompas # Tahun: 2003 ...

February 2, 2018
Foto-foto diambil dari facebook
Opini

Gunung Agung, Bencana dan Tahayul

  KETIKA Gunung Agung mulai erupsi magmatic dengan mengeluarkan abu vulkanik Sabtu (26 Nopember 2017), informasi menyebar dengan cepat di ...

February 2, 2018
Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha
Esai

Hitungan Sulit di Masa Sulit: Berapa untuk Makan, Berapa untuk Tabungan

Tahun 2020 ini, adalah tahun yang penuh dengan cobaan. Cobaan ini membuat masyarakat kalang kabut. Saat kondisi normal, beban hidup ...

March 28, 2020
Lukisan karya I Nyoman Ridi (Adu Ayam, 1990) Acrylic di kanvas 88 x 134 cm
Sumber: http://harian.analisadaily.com
Opini

Tajen, Apa Kabarmu di Musim Pilkada Hari ini?

BEBERAPA hari yang lalu, tepatnya tangga 10 Februari 2018, media sosial digegerkan dengan gambar seorang pria bersimpah darah. Tergeletak di ...

February 20, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Ketua Tim Literasi SMAK Harapan, Ni Putu Nuratni, M.Pd. dan Kepala Sekolah SMAK Harapan, Drs. I Gusti Putu Karibawa, M.Pd.
Kilas

Kupetik Puisi di Langit | Buku Puisi dari SMAK Harapan

by tatkala
March 5, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

Saṃpradāya Kuno Sampaikah ke Nusantara?*

by Sugi Lanus
March 4, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1422) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (198) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In