11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Upaya-Upaya Kecil Menghidupkan Genggong

tatkalabytatkala
February 15, 2021
inKhas
Upaya-Upaya Kecil Menghidupkan Genggong

Belajar memainkan genggong

Musik genggong di Bali memang langka. Tak banyak anak-anak zaman sekarang tahu tentang musik itu. Mungkin sesekali pernah mendengar, namun tak begitu tertarik untuk menelusurinya, apalagi mempelajarinya. Namun, bukan berarti tak ada yang ngotot dan setia melestarikan alat musik itu, termasuk mengajarkan cara bermainnya ke anak-anak muda.

Dulu tahun 80-an, setiap hari menjelang malam, genggong biasa diperdengarkan di sebuah radio di Bali itu. Lamat-lamat kemudian alat musik itu tak terdengar lagi di ruang publik maupun dikumandangkan lewat media elektronik. Sesekali memang dipentaskan di Pesta Kesenian Bali (PKB), namun penontonnya seringkali kalah dengan pementasan kesenian lain.

Namun kini banyak seniman-seniman Bali yang mulai berjuang untuk mengembangkan musik genggong yang langka itu. Salah satunya, seniman muda I Ketut Lanus. Ia dan kawan-kawannya mencoba melakukan eksperimen terhadap musik yang dibuat dari pelepah enau atau pelepah kelapa itu. Di bawah bendera Sanggar Cahya Art, Lanus mengemas musik kuno itu dengan motif-motif baru, sehingga lebih menarik dan inovatif. “Kami bukan mengubah pakem genggong yang sudah ada, tetapi hanya memberi nuansa baru,” katanya.

Genggong, sebuah alat musik yang terbuat dari pohon enao biasanya sebagai seni pertunjukan mengiringi dramatari dengan lakon “Godongan” (kehidupan katak besar). Dramatari kini biasa dipentaskan pada setiap upacara agama Hindu, dan acara spiritual lainnya. Jenis musik langka ini tak sepopuler musik gamelan gong kebyar. Keberadaannya sangat jarang, seperti ada di Karangasem, Desa Batuan Gianyar, dan Desa Munduk Lumbang, Baturiti, Tabanan.

Kini kesenian itu disajikan lebih atraktif. Unsur tari, teater, vokal dan musik ditata secara kental. Ide-ide baru menjadi pengembangannya sehingga mencapai kesempurnaan yang dibutuhkan masyarakat jaman sekarang. Garapan ini lebih mengungkapkan visual bunyi, tidak ada cerita tetapi menggambarkan karakter katak seperti berjalan dan tingkah polah yang hidup dalam komunitas kelompoknya. Meski bentuknya kecil, tetapi kualitasnya tetap terjaga, bukan memiskinkan seni yang ada.

Sebuah garapan drama tari Bumi Bajra yang memperkenalkan musik genggong

Sajiannya masih berbentuk total musik, namun para pemain juga menari-nari dengan menonjolkan suara godokan. Mereka menari menirukan katak, bercanda, kemudian memainkan alat music, meniup suking dengan berbagai ukuran. “Kami hanya mencoba bereksprimen, masalah bagus dan jelak itu tidak masalah. Saya yakin berikutnya pasti akan bagus,” tegas Lanus seraya mengatakan seni eksprimen ini bakal disajikan pada sebuah event jazz di Bali.

Lagu-lagu (nyanyian) yang disajikan juga baru, namun nuansa tradisional dan klasik masih terasa kental. Artinya, ia tidak mengambil lagu dalam genggong yang sudah ada, namun menciptakan yang baru sesuai dengan kebutuhan seni kekinian. Eksprimen yang berdurasi sekitar 20 menit ini juga tetap memasukkan pakem-pakem dalam gamelan tradisional Bali, seperti pengawit, pengawak dan pengecet.

Karya seni inovatif itu diawali dari keluarnya katak yang menari-nari kegirangan. Sambil menari mereka juga memainkan musik dari mulutnya sendiri. Kekilitan atau jalinan suara satu, dua, tiga dan seterusnya, terdengar manis menggambarkan keceriaan katak. Terkadang, menyanyi menggambarkan binatang ampibi yang bisa hidup di darat dan di air itu.

Pada bagian berikutnya, para penari katak itu lalu duduk magenjekan dan membawakan lagu-lagu bernuansa katak, juga keasrian alam persawahan. Memasuk bagian pengawak, mereka memainkan instrumen gamelan, seperti kendang, cengceng, seruling, kenang, tawa-tawa dan kenyur serta genggong. Ilustrasi musik suling dengan paduan genggong. Bagian pengecet memainkan lagu-lagu mendayu yang tetap manis. Dua orang pemain genggong lalu menari-nari mengungkapkan kegembiraannya hidup di alam bebas.

Selain Lanus, eksperimen ini juga didukung lima orang yang ahli memainkan genggong asli Desa Batuan, yaitu Wayan Sudarsana, Made Suryana, Nyoman Suwida, Nyoman Suarsana, Putu Suarsa dan Wayan Eka Putra.

Latih Anak-anak Secara Gratis

Salah seorang seniman genggong yang masih bertahan, I Nyoman Suwida belakangan mengembangkan musik genggong di sanggarnya. Seniman kelahiran Gianyar, 3 Agustus 1974, selain lihai memainkan musik genggong juga dikenal sebagai ahli dalam membuat alat musik itu.

Ia mengajar anak-anak memainkan alat musik genggong sebagai upaya melestarikan warisan leluhurnya itu. Ia juga membuat alat musik itu, sehingga bisa diberikan kepada anak-anak. Konon, musik tradisional yang ada di Desa Batuan, Gianyar, itu sudah dilakoni sejak umur 8 tahun yang belajar dari ayahnya sendiri. Alat musim genggong itu yang membuatnya bisa terbang ke Amsterdam Belanda.

Suwida mengenal dan biasa memainkan alat musik genggong sejak umur 8 tahun. Maklum, orang tua adalah pemain genggong dan juga sebagai pembuat gamelan genggong itu. “Saya ikut-ikutan memainkan alat music genggong, hanya saja belum bisa menentukan nada secara pasti. Pada saat itu, masyarakat hampir semuanya bergelut dengan kesenian, sehingga muncul beberapa sanggar Tari Kodok,” katanya.

Ia dipilih sebagai penari kodok, bukan sebagai pemain genggong. Saat itu, genggong dimainkan oleh pengrawit yang kebanyakan para orang tua yang memang aktif melakukan pentas di sejumlah tempat, termasuk di restoran dan hotel. Sekitar tahun 1980-an hingga  1990-an, sanggar-sanggar Tari Kodok di Desa Batuan memiliki jadwal pentas yang rutin. “Saya dan teman-teman yang masih anak-anak sangat senang bisa tampil menghibur turis,” katanya.

Latihan genggong di Sanggar Cahya Art pimpinan Ketut Lanus

Mungkin karena sering dilihat oleh para turis dan dikenal hingga ke luar negeri, pada tahun 2006 sanggar genggong miliknya kemudian diundang untuk tampil mengikuti sebuah festival musik di Amsterdam Belanda. Festival itu menampilkan berbagai jenis musik dari berbagai belahan dunia dengan media yang beragam, di antaranya alat musim dari besi, kuningan, bambu, kayu dan lainnya. “Saat itu, kami peserta dari Bali menampilkan alat musik pugpug,” katanya.

Datang dari Belanda, Suwinda memantapkan diri untuk menjadi pemain genggong, tetapi juga tertarik untuk bisa membuat instrumennya. “Saya kemudian belajar membuat genggong pada saudara dan terus memperdalam sampai sekarang. Saya juga memberikan pelatihan seni secara khusus pada anak-anak yang ada di lingkungan banjar,” katanya.

Untuk membuktikan dedikasinya pada pelestarian alat musik genggong, Suwida bahkan memberikan pelatihan secara gratis pada anak-anak. Ia juga memberikan alat musik genggong secara gratis kepada anak-anak, sehingga anak-anak merasa senang dan tanpa beban belajar memainkan alat musik dari pelepah enau itu. “Mereka hanya datang dan memainkan. Saya ingin kesenian genggong itu tetap lestari dan tidak akan mudah ditelan jaman. Keberadaannya, tak hanya ada di Batuan, tetapi juga di seluruh daerah Bali,” ujarnya.

Menurut Suwida, genggong sebenarnya tak memiliki nada. Untuk mendapatkan nada, caranya adalah dengan mengolah kerongkongan seperti bumbung gamelan besi. Jadi kerongkongan itu berfungsi sebagai resonansi. “Teknik memainkannya, pertama harus menemukan getaran dari ikut capung genggong. Di dalamnya ada membran yang disebut pelayah. Ujung ikut capung digetarkan dengan cara menarik tali kalingan,” katanya.

Selain menjadi musik hiburan, kata Suwida, permainan genggong juga baik untuk dijadikan latihan pernafasan. Hal itu, hampir  sama dengan suling sebagai pelatihan pernafasan pranayama. “Kalau dalam keadaan sakit kepala, kita mencoba memainkan suling maka sakit itu bisa hilang. Demikian pula dengan genggong, alat music ini juga sebagai bentuk latihan pernafasan,” katanya.

Seniman lain yang juga punya kecintaan besar terhadap musik genggong adalah Made Agus Wardana. Buktinya, setelah pulang dari Belgia, dalam lawatan kesenian, ayah tiga putra ini merekonstruksi genggong, kesenian klasik yang ada di Banjar Pegok, Denpasar, kampung kelahirannya.

Genggong yang telah tidur puluhan tahun itu dipentaskan dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41. Selain menampilkan gending-gending kuno, juga mengkombinasikan genggong dengan gamelan geguntangan, dan menyajikan gending-gending ciptaan baru berjudul Gamut (gamelan mulut) yang menampilkan ocehan suara vocal meniru suara gamelan.

Made Agus Wardana adalah seniman yang mengajar gamelan tradisional Bali di Eropa. Menurutnya, minat masyarakat asing terhadap kesenian Bali sangat tinggi. Mereka tidak hanya menyaksikan sambil bertepuk tangan, tetapi juga menghampiri dan bertanya. “Ketika mereka memberi apresiasi seperti itu, saya sebagai seniman harus bisa menceritakan, menjelaskan kepada mereka terkait dengan kesenian Bali, termasuk genggong,” ujarnya. [T]

Tags: balimusikmusik tradisional Bali
Previous Post

Usaha Mengenal Piranti Keaktoran

Next Post

Bacaan Wajib Pendeta Hindu Bali

tatkala

tatkala

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

Next Post
Bacaan Wajib Pendeta Hindu Bali

Bacaan Wajib Pendeta Hindu Bali

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co