Secangkir Kopi Pagi
Kopiku pagi ini tak sepahit biasa.
Kuramu dari bahan sederhana.
Setakar kopi dan setakar gula,
satu-satunya yang tersisa.
Adakah rindu terselip di antaranya?
“Kopimu manis pagi ini,”
gaung suaramu terdengar tetiba,
dibawa hembus angin dingin,
terbalut rindu, menyapa mesra.
Dan ia pun larut di udara, lebur,
bersama bias-bias aroma bunga rumput,
yang bertunas di antara nisanmu.
(Denpasar, 2021)
Warung Kopi Tua
Singgah, singgahlah,
di warung kopi tua.
Tiada meja untuk berdua.
Pun bangkunya dibuat sederhana.
Beratap ilalang.
Berpendingin udara malam.
Cerita apa yang kita ramu kali ini?
Hikayat raja-raja.
Petualangan yang perkasa.
Romantisme kisah cinta.
Panas alur percakapan mengepul,
fusi bersama aroma robusta,
hingga malam menjelma pagi.
(Denpasar, 2021)
Kopi dan Puisi
Mereka bilang aku pemimpi,
yang tidur dari pagi ke pagi.
Kerjaku hanya menyeruput kopi,
lalu berimajinasi.
Kekasihku kertas dan pena,
yang melahirkan puisi-puisi.
Ah, biar saja burung-burung itu bersuara.
Aku toh telah lama pamit,
mendengarkan kata-kata.
(Denpasar, 2021)
Dua Cangkir Kopi
Dua cangkir di hadapanku.
Satu milikku dan satu milikmu.
Café latte dan double shot espresso.
Teguk pergaulan masa kini, katamu.
Cangkirmu tandas, lenyap sekejap.
Milikku utuh, tak terseruput seujung pun.
Kopi yang kuteguk saban pagi,
dari cangkir usang yang pinggirnya bopeng.
Hitam pekat tanpa susu atau gula,
dengan ampas mengendap di dasarnya.
Kopi kampung, katamu.
Bibirku mencecap-cecap.
Inilah kopi nikmat. Tapi kau menggeleng hikmat.
Café latte dan double shot espressomu.
Kopi kampung dalam cangkir bopengku.
Bak dua dimensi yang tak beririsan.
(Denpasar, 2021)
Waktu Minum Kopi
Jelang waktu minum kopi,
yang kulihat bayang-bayang,
yang kudengar suara-suara.
Bisik-bisik yang menyuruhku mati,
hari ini, saat ini.
Jelang waktu minum kopi,
tak kulihat matahari,
tak kudengar lagi nurani.
Sunyi menyergap jantung dan hati.
Apakah aku telah mati?
Denting sendok dan cangkir beradu.
Menguar bau seduhan arabica.
Meski begitu,
mataku tetap saja buta.
Kaukah itu?
Tangan lembut mengamit lenganku.
Paduan aroma kopi dan susu,
baur bersama wangi tubuhmu.
Kucecap satu satu.
Membawaku ke dunia baru.
(Denpasar, 2021)