12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kisah Romantis Pernikahan Virtual Gung De & Miradini Via Aplikasi Zoom Tokyo-Bali

Julio SaputrabyJulio Saputra
January 12, 2021
inKhas
Kisah Romantis Pernikahan Virtual Gung De & Miradini Via Aplikasi Zoom Tokyo-Bali

Upacara Pernikahan secara virtual, Gung De dan Mira berada di Tokyo, sementara upacara adat dan agama juga diselenggarakan dari Bali. Mereka terhubung melalui aplikasi zoom. [Foto-foto: dokumentasi Gung De Satriya Dwipayana]

Akhir-akhir ini saya menonton beberapa video teaser pinangan yang tak sengaja lewat di linimasa media social. Saya juga menghadiri beberapa pernikahan di penghujung tahun 2020, dan menerima beberapa kartu undangan pernikahan yang tak sempat saya hadiri.

Semua hal-hal tentang pernikahan itu mengingatkan saya kembali pada pada sebuah momen pernikahan teman. Itu terjadi, Sabtu, 28 November 2020.

Waktu itu, sedari sore hujan mulai jatuh menitik diawali dengan gerimis-gerimis tipis, suasana dingin juga mulai terasa pelan-pelan menusuk kulit, ketika langit mulai gelap dan lampu-lampu mulai dinyalakan, barulah hujan turun dengan sempurna, menjadikan malam Minggu terasa menyedihkan bagi sebagian orang yang sudah merencanakan sesuatu, entah menikmati waktu bersama pasangan, atau bersama teman-teman.

Saya adalah salah satu dari yang sedih itu. Pada akhirnya yang saya lakukan hanyalah memantau linimasa twitter di kamar kecil saya di daerah Ubud, Gianyar.

Tiba-tiba, sekitar pukul 09.10 malam, sebuah postingan lewat menyita perhatian saya, barangkali juga menyita perhatian banyak orang. Salah satu mutual twitter, Dwipayana Satrya namanya, memposting sebuah foto bersama seorang wanita membawa sebuah boquet bunga, mengenakan pakaian adat Bali berwarna abu, menggenggam sebotol sampanye berwarna coklat, sambil memamerkan sebuah cincin di tangan kirinya.

Gung De dan Miradini di Tokyo [Foto Dokumentasi Gung De Satrya Dwipayana]

Usut punya usut, mereka baru saja melangsungkan pernikahan, menyatukan dua hati dalam sebuah ikatan yang suci. So sweeett nggak tuh?

Saya rasa, kemesraan itu cukup sukses menggemparkan para jomblo yang sedang melamun di kamar berharap malam cepat berlalu, termasuk saya. Mereka berdua bikin iri.

Awalnya saya kira mereka berdua melakukan pernikahan di Bali. Belakangan baru saya ketahui, meski mereka menggunakan pakaian adat Bali, pernikahan mereka dilangsungkan secara virtual atau secara online.

Mereka berdua ternyata sama-sama sedang berada di Jepang. Mereka menikah di Jepang, tapi dengan upacara yang dilakukan dari Bali. Upacaranya tentu saja dilakukan sesuai dengan adat dan agama Hindu. Eh, gimana itu?

Pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia tidak memungkinkan mereka untuk pulang ke Bali, sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah secara online. Dengan menggunakan aplikasi zoom, pernikahan mereka diadakan dari Jepang, sekaligus juga dari Bali.

Wah, ini menarik. Ini pernikahan jarak jauh dengan menggunakan internet sebagai media komunikasi. Saya tak tahu, istilah yang tepat untuk menyebut pernikahan seperti ini. Pernikahan virtual, pernikahan online, atau pernikahan jarak jauh. Di Bali ada dikenal istilah ngayeng, semacam sembahyang jarak jauh. Contohnya, seseorang yang oleh kondisi tertentu tak bisa ke Pura Besakih saat ada pujawali, namun orang itu bisa sembahyang dari rumah saja. Mungkin pernikahan ini bias dipadankan dengan contoh seperti itu.

Gung De dan Miradini di Tokyo [Foto Dokumentasi Gung De Satrya Dwipayana]

Namun, yang jelas, jarang-jarang ada orang yang menikah online atau secara virtual, apalagi orang Bali, mengingat ada berbagai ritual dan prosesi yang harus dilewati dengan cukup rumit. Saya pun penasaran dengan proses pernikahan mereka, juga penasaran dengan kisah bahagia yang mereka miliki.

Segera, saya langsung menghubungi laki-laki yang berbahagia itu. Untuk orang yang tinggal di Jepang,  biasanya saya selalu bertanya tentang hal-hal berbau ke-Jepang-an, dari budaya, lingkungan kerja, sampai hal-hal di atas umur 18 tahun, JAV, dan sejenisnya.

Tapi kali ini saya menanyakan banyak hal tentang dirinya, tentang proses dan perjalanan yang mereka hadapi dalam melangsungkan pernikahan virtual tersebut.

Cerita Satrya Dwipayana dan Miradini

Anak Agung Gede Agung Satrya Dwipayana, begitu nama lengkapnya. Teman-teman, sahabat, dan keluarganya biasa memanggil dia dengan sapaan Gung De. Karena ia lebih tua dari saya, maka cukuplah bagi saya menyapa lelaki 27 tahun asal Denpasar itu dengan panggilan ‘Blik Gung’, sebuah panggilan yang saya rasa penuh rasa kehormatan.

Ia menikahi seorang gadis cantik dari Gianyar, Bali, Ni Putu Miradini. Mira merupakan teman sekelas Gung De ketika mereka sama-sama mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar di Denpasar.

Saat SD, hubungan pertemanan mereka  bisa dikatakan biasa saja, tak ada bedanya dengan yang lain.

Namun, sekitar tahun 2015, setelah beberapa tahun terlewati dan puluhan purnama berlalu, mereka berdua bertemu lagi dalam sebuah acara reuni. Saat itu, Gung De sedang menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Udayana. Saat itu, Mira baru saja pulang dari Jepang setelah menyelesaikan pendidikan budaya dan bahasa selama dua tahun.

Di tempat itulah cerita istimewa mereka berdua dimulai. Keduanya melakukan pendekatan, saling tertarik satu sama lain, dan di tahun yang sama, mereka juga meresmikan status mereka sebagai hubungan yang lebih dari sekadar teman. Mereka berdua berpacaran. Cieee pacaran…

Sembari menjalin hubungan, Gung De pun mencoba peruntungan bekerja di Jepang. Sejak Februari 2018, ia bekerja salah satu perusahaan recycling center di tengah-tengah Prefektur Kumamoto di sebelah barat daya Jepang.  Keputusannya untuk bekerja di Negeri Matahari Terbit bermula dari tawaran ayah Miradini yang menjadi pemandu wisata bagi orang Jepang sekaligus pemilik tempat kursus bahasa Jepang di daerah Denpasar. Katanya, salah seorang kenalannya memerlukan dua orang staff dari Bali untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Alhasil, ia dan adik kandungnya mengambil kesempatan tersebut setelah belajar bahasa Jepang selama kurang lebih 6 bulan untuk persiapan keberangkatan mereka.

Meski sama-sama berada di Jepang, mereka berdua masih harus dipisahkan oleh jarak. Miradini bekerja di Prefektur Saitama, di salah satu kantor swasta. Ia menjadi seorang penerjemah bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, sekaligus mengurus Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan bekerja di Jepang, seperti mengurus dokumen dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Pernikahan Virtual Bali-Tokyo

Setelah berpacaran selama 4 tahun 11 bulan, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk menikah. Sejak 2019, mereka sudah mempersiapkan segala sesuatunya, sudah mencari hari baik untuk melangsungkan upacara pewiwahan yang disakralkan. Mereka dan keluarga sudah menghitung dewasa ayu, memperhatikan wuku, hari, penanggal, juga sasih, kemudian memilih satu yang dirasa terbaik di antara semuanya, yaitu di bulan ke-9 di tahun 2020.

Dengan hati bahagia, mereka pun  berencana pulang ke Bali di bulan-bulan mendekati hari yang ditetapkan.

Sayangnya, kenyataan terkadang memang tak seindah harapan. Pandemi Covid-19 mulai menyerang di bulan-bulan pertama di tahun 2020, bahkan di Indonesia pertambahan kasus dari hari ke hari meningkat pesat dan masih berlanjut hingga saat ini. Salah satu akibat yang akhirnya benar-benar mereka rasakan adalah susahnya akses keluar masuk wilayah secara global, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk pulang ke Bali.

Mereka kemudian mempertimbangkan solusi terbaik, memutuskan untuk mengadakan upacara pernikahan secara virtual.

“Pernikahan online ini sebenarnya pilihan terakhir saya dan istri. Mendadak tahun ini (2020) pandemi Covid-19 di Indonesia meningkat pesat. Kalaupun menunggu pandemi selesai juga masih belum tahu kapan. Sebelum-sebelumnya juga sudah banyak pasangan yang melangsungkan pernikahan online. Nah, nikah online ini juga diputuskan agar orang tua kita di rumah itu tidak khawatir kalau kita tinggal bareng di Jepang, mengingat budaya orang Jepang dan orang Bali itu beda jauh soal urusan tinggal bareng ini,” ujar pria penggemar One Ok Rock itu saat dihubungi melalui sambungan telepon di sela-sela hari liburnya.

“Sebelum pernikahan secara online ini dilangsungkan, pihak keluarga kami sudah berdiskusi bersama paruman Ida Pedanda perihal hal-hal niskala yang berkaitan dengan pernikahan, dan juga sudah bertanya kepada PHDI Bali mengenai hal-hal sekala. Kalau tidak ada ACC dari pihak-pihak tersebut, acara tidak bisa kami lakukan secara online,” imbuhnya.

Kata “ACC’ yang saya dengar darinya membuat saya sekilas teringat dengan skripsi yang saya kerjakan tahun lalu. Penuh perjuangan. Oke, kembali ke topik.

Pernilahan virtual: upacara dilaksanakan di Bali, sementara Gung dan Mira yang sedang berada di Tokyo tampak di layar lebar. [Foto-foto: dokumentasi Gung De Satriya Dwipayana]

Kata Gung De, menurut PHDI dan Paruman Ida Padanda, di dalam lontar-lontar, sudah dijelaskan bahwa jika ada gering tetempur agung seperti pandemi Covid-19 yang sedang mewabah saat ini, dan juga bencana besar, upacara manusa yadnya secara virtual (jarak jauh) yang mereka langsungkan dapat dibenarkan secara sastra.

Pernikahan secara virtual tersebut pun dilangsungkan pada Jumat, 27 November 2020, pada Sukra Paing Matal, sebuah hari yang baik untuk semua upacara menurut penanggalan kalender Bali.

Di Jepang, Gung De dan istrinya menyewa sebuah mansion di daerah Kamata, Tokyo. Ditemani adik kandungnya, adik kandung istri beserta pacarnya, mereka berlima mempersiapkan segala sesuatunya di sana. Gung De dan istrinya mengenakan pakaian adat yang serasi. Begitu pula dengan adik-adik mereka. Riasan di wajah sang istri pun tidak kalah cantik meski tidak menggunakan jasa make-up artist professional.

Di depan mereka, tepatnya di atas meja, sarana-sarana upacara terlihat sudah tertata rapi, seperti bunga, buah kelapa, dan lain sebagainya. Semua perlengkapan tersebut disiapkan dengan baik oleh sang istri, meski sebelumnya ia sempat kesusahan untuk mencarinya. Di samping itu. ada juga sebuah ponsel pintar canggih dengan kamera depan yang aktif, dan aplikasi Zoom sudah siap digunakan. Mereka siap mengikuti pernikahan virtual.

Di Bali, keluarga besar mereka menyewa tempat upacara dan wedding Taman Prakerti Bhuwana di Keluruhan Beng, Kecamatan Gianyar. Di sanalah, untuk tetap menghormati adat istiadat di Bali, dilangsungkan segala proses upacara pernikahan sebagaimana yang biasa dilakukan orang Bali saat menikah, mulai dari ritual ngidih, bhuta saksi sampai dewa saksi, dari mekalankalan dan prosesi widi widana, banten bale, ngaba tipat bantal dan lainya.

Semuanya diwakili oleh orang tua mereka dan dipimpin oleh seorang pemangku sekaligus ketua panitia acara dari Taman Prakerti Bhuana. Pasangan mempelai di Jepang hadir di upacara tersebut melalui konferensi video yang ditayangkan di sebuah layar putih di tengah-tengah tempat tersebut. Upacara pernikahan tersebut juga dihadiri oleh kelian dinas dan kelian adat dari masing-masing mempelai.

“Setelah acara digelar secara adat, kami akan ke Dinas Catatan Sipil untuk mendaftarkan keresmian pernikahan mereka. Nanti rencananya ketika kami pulang ke Bali sekalian kami buat resepsi, sekalian untuk upacara yang lain mengingat saya juga belum metatah.” Kata Gung De.

Berbagai Respon

Gung De bercerita lagi, katanya sahabat dan teman-temannya kaget saat mendengar kabar bahwa ia dan istrinya melangsungkan pernikahan secara online.  Namun, mereka semua mendoakan yang terbaik. Tak sedikit juga yang memberikan ucapan selamat lewat twitter. Beberapa dari mereka menulis seperti ini:

Gung De dan Miradini yang berbahagia [Foto: dokumentasi Gung De Satria Dwipayana]

“Selamat menempuh hidup baru mas hueheheh langgeng2 teruuuus~~~” – Yak Kentang @Saltedkarameld

“Sampun pawiwahan gung aji? Selamat menempuh hidup baru nggih gung aji, pokoknya olga agar tahan lama” – Baris Semara Putra @gus_baris

“Iii baru lewat TL, happy wedding jikkk semoga langgeng dan bahagia” – Cikennudel @katzennnnn

“Selamat kakak, semoga banyak punya momongan” – CIK @putukasih

“Congrats kak satryaaaaa im so happy for youuu! kapan makan2 ni” – Double D @bloodydidiy

“CONGRATS KAKKKK” – Gek Sin @escomels

Saya juga tidak mau kalah untuk turut mengucapkan selamat dan memberikan doa terbaik. Akhirnya saya menulis begini:

“Congrats blik, selamat melegalkan senggama” – Penganut Teks Bebas @julioulquiorra_

Akhir kata, saya mengucapkan selamat berbahagia untuk Blik Gung De dan Mbok Miradini. Semoga kebahagian selalu melingkupi hidup dan kehidupan rumah tangga kalian. Semoga sehat selalu di sana dan ditunggu acara makan-makannya di Bali. [T]

Previous Post

Arca Siwa Mahadewa di Bali pada Masa Lalu

Next Post

Menimbang “Kompas” dan “Tempo” pada Masa Sandyakalaning Media Cetak || Catatan Pembaca Setia

Julio Saputra

Julio Saputra

Alumni Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja. Punya kesukaan menulis status galau di media sosial. Pemain teater yang aktif bergaul di Komunitas Mahima

Next Post
Menimbang “Kompas” dan “Tempo” pada Masa Sandyakalaning Media Cetak || Catatan Pembaca Setia

Menimbang “Kompas” dan “Tempo” pada Masa Sandyakalaning Media Cetak || Catatan Pembaca Setia

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co