Kita mungkin sering mendengar seseorang/diri sendiri mengatakan kepada seseorang, “Duh, rajin banget baca buku ya”.
Benar, kalimat tersebut kerap terucap apabila kita melihat seseorang sedang membaca sebuah atau bahkan beberapa buku. Awalnya, saya sangat yakin pada pernyataan seorang pepatah bahwa rajin (membaca) pangkal pandai. Semakin banyak atau sering kita membaca sebuah buku, maka niscaya akan jadi orang yang pandai lah kita.
Benar, awalnya saya berpikir demikian. Namun belakangan, bahwa ternyata saya atau mungkin kita keliru menafsirkan kata “rajin” pada pepatah tersebut. “Rajin” menurut KBBI ialah kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus (dengan giat).
Tetapi, dalam konteks ini, saya tersadar bahwa kata “rajin” seharusnya lebih mengacu kepada sebuah aktifitas yang memerlukan gerak tubuh secara keseluruhan didalamnya serta berpengaruh baik kepada dirinya sendiri ataupun sekitarnya, dan membaca bukanlah bagian dari aktifitas tersebut.
Hal ini bisa kita jumpai pada orang-orang yang sedang membaca. Posisi seseorang membaca bisa dikategorikan sebagai berikut: duduk, rebahan (tiduran), berdiri. Bahkan rasanya jarang kita jumpai seseorang yang membaca serius sambil berdiri, kebanyakan hanya duduk atau rebahan saat membaca. Nah, dimana bagian rajinnya?
Andaikan dalam sebuah keadaan saat Ibu kita sedang bersih-bersih rumah, lalu dia melihat kita sedang duduk manis diatas kasur sembari membaca sebuah buku. Apakah kemudian ibu kita akan mengatakan, “Duh, rajin sekali anak ibu membaca. Tenang biarkan ibu saja yang bekerja ya nak?” Sangat mungkin tidak.
Seringnya, ibu-ibu pasti akan langsung membentak kita karena kita malas bergerak dan hanya memilih berdiam di kamar.
Kata “rajin” saya rasa lebih cocok jika disematkan kepada mereka yang gemar membersihkan sesuatu, menabung di Bank, bercocok tanam, beribadah atau bahkan berkegiatan social di masyarakat. Membaca hanyalah aktifitas membaca, tapi tidak pantas jika ditambahkan kata “rajin” didepannya.
Membaca buku memang akan menambah wawasan kita terhadap sesuatu, namun cukup hanya sebatas itu. Membaca buku tidak serta merta membuat kita menjadi pribadi yang bisa dikatakan rajin karena saat kita membaca, kita hanya duduk/tiduran lalu hanya menggerakkan jari saat mengganti halaman dan menggerakan bola mata saat melihat bacaannya.
Sederhananya, perlu kita pahami bahwa terdapat perbedaan mendasar antara aktif membaca dan membaca aktif. Aktif membaca hanya berfokus kepada momen dimana kita membaca sebuah/beberapa buku lalu kemudian selesai. Tidak ada tindak lanjut setelahnya. Sedangkan, membaca aktif lebih mengedepankan kepada tindakan apa yang kita lakukan setelah kita membaca sebuah bacaan atau istilah terkini nya adalah Literasi.
Semisal, kita baru saja membaca sebuah buku tentang kiat-kiat melestarikan alam, lalu setelahnya kita mulai tergerak untuk tidak membuang sampah sembarangan, mulai tergerak untuk menanam bibit pada daerah yang tandus.
Nah, itulah esensi dari “Rajin Membaca” menurut pribadi saya. Jikalau memang penggunaan kata “Rajin” harus tetap disematkan kepada mereka yang gemar membaca, maka saya sarankan agar diksi tersebut diberikan kepada mereka yang membaca aktif bukan sekadar aktif membaca. Salam perubahan! [T]