17 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Maradona dan Bekuan Darah yang Mematikan

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
December 2, 2020
in Esai

“Diego di hati kami, Italia dalam lagu kami”

“Maradona, Naples mencintaimu namun Italia adalah rumah kami”

Demikianlah tulisan spanduk-spanduk pendukung skuad Italia yang ditujukan terkhusus untuk mega bintang Argentian, Diego Armando Maradona saat kedua negara bertemu pada semifinal piala dunia 1990.  Ajaibnya, duel tersebut tepat berlangsung di stadion Sao Paolo, Italia, markas Napoli yang bintangnya tentu saja adalah Maradona, sang legenda. Rasa sayang publik Italia, khususnya masyarakat Napoli kepada ikon sepak bola yang dijuluki si Tangan Tuhan ini begitu mendalam dan tiada duanya. Hingga mereka merasa perlu meminta maaf saat harus mendukung kesebelasan negerinya sendiri ketika bertarung hidup mati versus Maradona eh Argentina.

Pesona seorang manusia kadang dapat menerlenakan dunia. Demikian pula Maradona, ia dipuja setara dewa berkat kesaktiannya memainkan si kulit bundar, dari skil yang mencengangkan hingga kontroversi yang menghebohkan. Di pinggiran Buenos Aires yang kumuh, Maradona dipuja bak Tuhan. Sahabat Fidel Castro ini faktanya mampu membangkitkan semangat dan memberi rasa bahagia kepada masyarakat Argentina, Napoli bahkan dunia melebihi yang telah dilakukan pemuka agama manapun. Ia dianggap simbol kebangkitan dan kemenangan kaum marginal. Pesepak bola terhebat sepanjang sejarah ini memang lahir dari keluarga miskin, menggapai singgasana tertinggi popularitas, harta berlimpah sampai akhirnya tumbang kembali ke dunia kumuh yang lain, alkohol, narkoba dan akhirnya kembali ke tangan Tuhan.

Beberapa hari yang lalu, dunia terkejut sekaligus berduka, sang mega bintang dikabarkan berpulang pada usia yang relatif masih muda, 60 tahun. Penyebabnya adalah bekuan darah yang tidak semestinya. Bekuan darah yang tidak normal pada tubuh manusia hidup, dalam dunia medis merupakan kejadian yang semakin banyak terjadi, namun  istilah ini tidak popular. Masyarakat luas lebih mengenalnya sebagai stroke, serangan jantung, atau yang lebih jarang lagi suatu penyakit pembuluh darah tepi dan emboli paru.

Dereten penyakit yang disebutkan itu merupakan spektrum klinis/bentuk penyakit yang kesemuanya disebabkan oleh bekuan darah yang tidak semestinya akibat predisposisi gangguan metabolik. Pembekuan darah dalam tubuh manusia hidup, sebetulnya ada yang bersifat normal/fisiologis. Ini misalnya terjadi jika seseorang mengalami luka lecet yang menyebabkan pendarahan kecil. Tanpa diapa-apakan, pendarahan tersebut kemudian berhenti sendiri. Ini disebabkan karena tubuh kita mampu secara fisiologis membentuk bekuan darah yang dilakukan oleh komponen keping darah pembeku (trombosit) dan kalau diperlukan melibatkan sistem protein pembekuan darah.

Bekuan darah yang tidak normal, sebaliknya menyebabkan dampak yang fatal terhadap manusia. Bekuan ini terjadi umumnya akibat gangguan metabolik baik yang terkait gaya hidup maupun karena dasar-dasar genetik. Pada kasus kematian sang legenda Diego Maradona, aspek gaya hidup setelah masa pensiunnya tampak sangat besar berpengaruh. Ia terjebak dalam kemelut ketergantungan alkohol dan narkoba serta mengalami obesitas disertai tekanan psikologis yang berat hingga ia diberitakan beberapa kali mencoba melakukan upaya bunuh diri. Alkoholisme, obesitas dan problem psikologis secara komulatif dapat meningkatkan kadar gula dan kolesterol dalam darah.  

Kedua elemen ini sudah tentu kemudian dapat meningkatkan kekentalan darah yang pada akhirnya menurunkan kecepatan aliran darah dalam pembuluhnya. Tingginya kadar gula dan kolesterol dalam darah sudah diketahui dapat merusak permukaan bagian dalam yang sangat halus dari dinding pembuluh darah. Nah kedua keadaan tersebut, kekentalan darah yang bertambah dan kerusakan dinding pembuluh darah,  kemudian sangat mudah menyebabkan terjadinya agregasi komponen darah yang bergerombol pada dinding pembuluh darah yang sudah mengalami kerusakan tersebut. Inilah yang disebut “bekuan darah” atau trombosis.   

Trombosis dapat terjadi pada otak yang menyebabkan stroke atau menyumbat pembuluh darah jantung yang mengakibatkan serangan jantung dengan spektrum gejala mulai dari yang ringan hingga yang paling fatal menyebabkan kematian mendadak. Kedua hal itulah yang telah dialami Maradona pada sisa-sisa waktu hayatnya sedangkan serangan jantung juga dialami striker timnas Ricky Yakob baru-baru ini. Thrombosis dapat pula terjadi pada pembuluh darah  tungkai yang menyebabkan kerusakan jaringan kaki dan sering kali memerlukan tindakan amputasi.

Hal yang paling mengerikan terjadi adalah apabila bekuan darah itu lepas kemudian masuk dalam aliran darah dan tersangkut pada paru-paru. Keadaan ini disebut sebagai emboli paru dan menyebabkan kematian paling cepat karena sulit ditangani. Maradona telah tiada, namun bagi penggemarnya ia selalu abadi, karena ia seakan-akan seorang juru selamat. Di Argentina bahkan dibangun sebuah gereja dengan nama Gereja Maradona. Ia pun telah meninggalkan pesan yang sangat penting bagi kita untuk menjaga kesehatan dengan baik dan berkesinambungan. Jika tidak, seorang atlet paling sehat dan sukses sedunia sekalipun dapat saja jatuh ke dalam cekikan penyakit medis paling mengerikan! [T]

Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Foto; Sugi Lanus
Esai

Catatan Harian Sugi Lanus: Labuhan Haji, Pelabuhan Raja-Raja Bali Kuno

  KEMARIN melintas jalur para raja Bali Kuno: Desa Gobleg (melihat perkebunan yang dikabarkan telah ada di jaman Bali Kuno, ...

February 2, 2018
Ilustrasi diolah dari Google/Gambar Animasi
Esai

Panduan Hidup Praktis Tanpa Ponsel Pintar

Di bulan Juni 2019, saya menghapus facebook karena telah bosan dengan isinya, berita-berita, artikel copy-paste, dan keluhan-keluhan pemuda galau, serta ...

March 9, 2020
Ilustrasi by Inok
Ulasan

Membaca “Perempuan Tanpa Nama”, Mencoba Mengenal Diri

Judul Buku : Perempuan Tanpa Nama Pengarang : Kadek Sonia Piscayanti Penerbit : Mahima Institute Indonesia Tahun Terbit : 2015 ...

February 2, 2018
Google Images
Esai

Menikah Tak Disetujui Ortu, Tirulah Sinetron, Biar Lucu…

  DI zaman now ini masih tetap ada pasangan muda-mudi atau remaja-remaji yang ingin menikah tapi tak disetujui orang tua. ...

February 2, 2018
Esai

Catatan Harian Sugi Lanus: “Aywa Wera”, Kutuk dalam Lontar?

'plengen idepta apang eda wera' 'aywa wera’ 'aywa cawuh' Demikian kita temui beberapa istilah yang ada dalam lontar yang dinilai ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Anak-anak di Banjar Ole, Marga, Tabanan, mengikuti workshop yang digelar CushCush Galerry
Acara

Burung Menabrak Pesawat, Lele Dipatuk Ayam | Charcoal For Children 2021: Tell Me Tales

by tatkala
April 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (68) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In