“Minggu nanti kita beliin mereka Kue aja yuk,” tanya Kinar
“Ahh buat apaan? Aku beliin Ibuku bubur kacang ijo kesukaannya aja,” sahut Yoshi
Kinar dan Yoshi adalah sepasang kekasih yang tak sengaja bertemu via Facebook beberapa bulan lalu. Waktu itu tahun 2013, Facebook masih menjadi pusat aplikasi pencari jodoh terbaik bagi seorang Yoshi. Yoshi sendiri adalah seorang pria berumur 25 tahun yang mimpinya hanya satu yaitu mencari pacar yang cantik agar bisa dipamerkan ke teman-teman pria nya. Yoshi juga adalah seorang pria yang kalau kalian ketemu dia di Supermarket, kalian gak akan menyadari keberadaanya karena perawakannya yang sekilas seperti Om-om tukang pasang freyon AC.
Lalu, setelah melalui seleksi administrasi foto profil yang cukup ketat, akhirnya ia bertemu Kinar. Kinar ialah perempuan cantik berumur 25 tahun, manis, putih, tak terlalu tinggi, dan berkacamata. Sungguh sebuah kesempurnaan dimata Yoshi yang saat itu kebetulan lupa memakai kacamata minusnya didepan laptop. Jari-jari Yoshi seolah tak mengenal rasa takut. Yoshi langsung memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Kinar bahwa dirinya ingin berkenalan saat itu juga. Entah angin puting beliung mana yang membuat Kinar merasa sakit kepala, Kinar pun merespon baik ajakan Yoshi via room chatt tersebut lalu akhirnya mereka saling bertukar PIN BBM saat itu juga.
Singkat cerita, kedua sejoli ini pun menjalin hubungan mereka sebagai sepasang kekasih. Senja di sebuah pelabuhan dipinggiran kota menjadi saksi bisu atas janji yang mereka buat saat itu. Bagi seorang Kinar, Yoshi adalah laki-laki yang memiliki sisi dewasa dalam dirinya sehingga muncul sebuah frekuensi yang sama diantara mereka. Sebaliknya, Yoshi yang diawal hanya berniat memiliki pacar sebagai bahan pamer perlahan mulai yakin bahwa Kinar lebih dari itu. Bagi Yoshi, Kinar menjadi perempuan pertama yang mau menerima dirinya apa adanya. Disaat Yoshi selalu bersikap menjadi orang lain dihadapan teman-temannya, dihadapan Kinar, ia menjadi sebebas-bebasnya. Sebuah hubungan yang begitu diidamkan oleh banyak pria, tak hanya Yoshi.
Ini adalah tahun pertama mereka berpacaran. Tepat saat Hari Ibu, 22 Desember 2013 mereka berdua berencana untuk memberikan kedua Ibu mereka sebuah kue sekadar ucapan syukur kepada orang yang tlah menyayangi mereka sedari kecil.
“Yaudah, mau beli kue dimana? Yang berapaan?” tanya Yoshi
“Ya yang ukuran sedang. Nanti diatas kuenya kita isi tulisan HAPPY MOTHER’S DAY,” jawab Kinar dengan penuh antusias
“Harga?” sahut Yoshi seakan menegaskan pertanyaan sebelumnya yang belum dibalas Kinar
“Tenang, gak mahal-mahal amat kok,” jawab Kinar dengan penuh ketenangan seolah dia adalah Owner dari toko Kue tersebut
Yoshi sesungguhnya tak pandai dalam hal-hal seperti ini. Ia hanya merasa takut apabila sesuatu yang dibelikan untuk Ibunya ternyata bukan selera Ibunya. Terlebih, uang yang ia gunakan adalah bekal jajan dari orang tuanya. Yoshi merasa ini adalah sebuah siklus yang sama seperti motto pegadaian “Dari Orang tua, oleh Orang Tua dan untuk Orang Tua”. Kinar dan Yoshi pun tiba disebuah toko kue didepan Kampus, tempat Yoshi berkuliah dulu. Toko kue yang cukup terkenal dikalangan masyarakat kota itu.
Dua buah kue berwarna ungu dengan hiasan krim putih diatasnya dan topping coklat serta leci lengkap dengan tulisan HAPPY MOTHER’S DAY sudah tersaji didepan mereka.
“gimana? Lucu kan kuenya?” tanya Kinar penuh kegirangan
“ini warna kuenya mesti banget pake warna favoritmu ya?” tanya Yoshi balik
“Hehee ungu itu unyu tau” sahut Kinar dengan senyum manja
“Ya, tapi kan topping nya udah ada coklat. Kan kamu suka warna coklat” sambung Kinar
“Ini kenapa kue kita tiba-tiba jadi ada filosofi ala fusion dragon ball nya gini sih?” tanya Yoshi
“Udah, udah. Gak usah ribet-ribet ya sayang,” sahut Kinar sembari memegang tangan Yoshi
“Ahh giliran gini aja pake sayang-sayangan,” balas Yoshi sambil merangkul pundak Kinar
“Kan jurus jitu ngeluluhin kamu,” jawab Kinar tersenyum
Kinar dan Yoshi pun keluar dari toko kue dan hendak bergegas kembali ke rumah masing-masing. Benar, tidak ada istilah jemput menjemput dalam gaya berpacaran mereka. Gaya berpacaran Kinar dan Yoshi seperti gaya berpacaran orang Jepang dimana kedua belah pihak ketemuan disuatu tempat, lalu dari sana mereka berdua berjalan-jalan entah kemana alias bebas. Entah ini romantis atau malah terkesan sok manis, kenyataanya mereka berdua tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.
“Kin, kamu langsung balik sekarang?” tanya Yoshi
“Iya nih, udah dari tadi juga kan kita makan, nongkrong sampe beli kue. Jugaan ini udah malem, takutnya hari Ibu nya keburu selesai,” jawab Kinar sambil menghidupkan mesin motornya
“Kamu mau gak anterin aku bentar aja ke toko perhiasan? Aku ada titipan nih,” ajak Yoshi
“Oh yaudah gas aja, tapi cepet ya,” jawab Kinar
“Iya sayang,” sahut Yoshi
“Ahh giliran gini aja pake sayang-sayangan,” balas Kinar
“Haha biar impas kita,” lanjut Yoshi seolah sudah memberikan karma baik kepada kekasihnya itu.
Tibalah mereka disebuah toko perhiasan tak jauh dari toko kue tadi. Yoshi pun mematikan mesin motor, Kinar juga mematikan mesin motornya. Toko perhiasan tersebut cukup sepi pengunjung mengingat sebentar lagi tokonya akan tutup
“Emang titipan apaan?” tanya Kinar
“mbak, saya mau custom cincin untuk 2 orang,” kata Yoshi kepada seorang karyawan toko
“cincin? Buat siapa,” tanya Kinar bingung
“buat kita, aku sama kamu,” jawab Yoshi pelan
“Yosh, tapi buat apa?” tanya Kinar pertanda ia tak setuju dengan ide Yoshi
“Sayang, dengerin aku,” Yoshi mencoba menjelaskan
“For the first time in my life, aku gak pernah ngerasa senyaman dan sebebas ini berada disebelah perempuan. Bersikap dan berkata apa adanya, ya itu karena ada kamu yang mau sabar sama aku Kin,” tegas Yoshi sembari menatap mata Kinar tajam
“Ini cuma awal dari hal kecil yang mau aku kasi ke kamu, sebelum nanti kita berdua bakal ngelakuin hal-hal kecil lainnya yang lebih indah dan lebih tak terlupakan,” sambung Yoshi lagi
“Yosh…” sahut Kinar pelan
“Makasih banget buat ketulusanmu sama aku, aku ngerasain banget itu dari kamu” lanjut Kinar
“Jadi, gimana?” tanya Yoshi ingin memastikan keputusan Kinar
“Okay, boleh,” jawab Kinar sembari melihat pajangan pajangan cincin di toko tesebut
“Hmm mas, mbak ada apa ya?” tanya karyawan tadi yang ternyata memperhatikan mereka sedari tadi
“Gak mbak. Ini Cuma latihan naskah buat pentas drama horror di kampus.”
“Cincinnya bisa diambil seminggu lagi ya mas,” kata karyawan
Seberes dari toko perhiasan tadi, Yoshi pun ingin mengantar Kinar pulang. Rumah Kinar lumayan jauh dan langit tampaknya akan menjatuhkan rintik hujannya.
“Kin, aku anter ke rumahmu ya, kyaknya bakal hujan nih. Takut kamu kenapa-kenapa,” ajak Yoshi
“Gak usah Yosh. Kasian kamu pas baliknya nanti sendirian,” balas Kinar
“Duh kamu kayak baru kenal aku aja. Nih, dikepala motorku udah ada lambang suci. Jangankan hantu, begal bakal kena kutukan kalo ketemu aku di jalan,” sahut Yoshi sambil tertawa
“Haha masih bisa aja kamu ya, yaudah deh,” jawab Kinar tertawa
Langit pun menurunkan rintik hujannya begitu deras. Gelap jalan kala malam serta deras hujan harus menemani mereka disepanjang jalan menuju rumah Kinar. Sesampainya didepan gerbang rumah Kinar, mereka berdua berteduh sejenak dibawah atap gerbang tersebut. Sembari menggigil kedinginan karena kehujanan, Kinar menawarkan Yoshi untuk masuk kedalam rumah sekadar untuk mengeringkan bajunya. Yoshi menggelengkan kepala tanda ia tak bersedia
“Gak usah. Masa iya kesan pertama ketemu orang tua kamu aku kelihatan kayak tukang kuras kolam kecebur gini?” kata Yoshi sembari menggosok-gosokkan kedua tangannya
“Yakin nih? Yaudah, hati-hati balik rumah. Mau aku pinjemin jas hujan?” tanya Kinar
“Udah terlanjur basah, sekalian aja,” jawab Yoshi
“Kin?” Yoshi menyebut nama Kinar sembari menatap matanya
“Iya?” jawab Kinar
Seketika, Yoshi mencium Kinar tepat dibibir tipisnya itu. Waktu seolah berhenti sesaat. Ditengah deras hujan dan ditemani suara gemuruh disela-sela angin malam, Kinar merasakan ada sebuah kehangatan yang saat itu tepat berada di hadapannya. Kinar percaya yang ia rasakan bukanlah sebuah nafsu namun sebuah rasa percaya, ketulusan dari seseorang yang berada tepat didepannya.
“Ahh sorry, kebawa suasana,” ucap Yoshi selepas mencium Kinar
“Oh, gak apa-apa,” kata Kinar sambil mengelus bibirnya
Ini kali pertama mereka berciuman tepat dibibir. Sebelumnya, mereka hanya melakukannya dikening atau dipipi. Yoshi selama ini belum berani menuju tahap tersebut karena baginya hal itu membutuhkan keseriusan dan ketulusan lebih jika ingin melakukannya. Kini, ia sudah berada pada tahap serius tersebut
“Yaudah, aku balik sekarang. Salam sama ibu, semoga suka kue nya haha,” kata Yoshi sembari menghidupkan mesin motornya
“Hati-hati, salam sama Ibu juga. Kabarin kalo sampai rumah ya!” sahut Kinar keras agar suaranya terdengar oleh Yoshi ditengah kerasnya suara hujan
Lalu, malam itupun berakhir…
Esoknya, hari diawali dengan sangat biasa seperti sebelum-sebelumnya. Langit mendung diikuti segerombol awan disekelilingnya, embun-embun masih berpeluk mesra dengan sang daun dan genangan hujan semalam masih memenuhi beberapa lubang dijalan. Pasca malam kemarin, Yoshi dan Kinar belum sempat bertemu kembali. Kinar memberitahu Yoshi bahwa dia sedang ada acara keluarga beberapa hari kedepan dan memaksanya harus membatasi aktifitasnya memegang handphone. Dalam beberapa kesempatan, Yoshi mengirim pesan kepada Kinar sekadar menanyakan acaranya bagaimana atau mengingatkan Kinar untuk beristirahat jikalau lelah. Kinar pun baru sempat membalas pesan Yoshi kala malam
“Maaf baru bales, acaranya udah selesai nih. Iya, kamu juga jaga kesehatan,” Kinar membalas pesan Yoshi singkat.
Yoshi sudah tertidur saat itu.
Hari Natal, 25 Desember 2013.
Ada yang aneh dari hari Natal tahun ini. Hari-hari dimana hujan seharusnya menjadi sebuah sapaan setiap pagi, kini justru mentari yang hadir dipengawal pagi. Angin terasa lembut menyapa kulit saat itu. Yoshi yang tampaknya lelah setelah 2 hari dihujani pikiran akan kerinduannya terhadap Kinar, tampak bangun dengan mata yang masih ia pejamkan sembari terduduk diatas kasur sambil mengumpulkan nyawanya kembali. Seusai membasuh wajah dengan pembersih wajah yang entah milik siapa, Yoshi pun tersenyum melihat langit cerah saat itu. Yoshi yakin hari itu berbeda, hari itu akan ada sesuatu yang berbeda. Seperti hari-hari sebelumnya, Yoshi mengirim sebuah pesan ucapan selamat pagi kepada Kinar, sebuah tanda untuk Kinar bahwa kekasihnya itu masih diberikan kehidupan oleh Sang Pencipta pagi itu.
Namun aneh, semakin meninggi matahari saat itu, semakin muncul perasaan aneh di hati Yoshi. Ia tahu hari itu akan ada sesuatu yang berbeda tetapi semestinya sesuatu yang membahagiakan.
“Kok aku deg-degan gini ya?” pikir Yoshi
Akan tetapi Yoshi tak ambil pusing prihal gelisahnya tersebut. Ia hanya menganggap itu semua sebagai pikiran yang berlebihan semata. Malamnya, Doni, salah satu sahabat Yoshi berkunjung ke rumah Yoshi untuk bermain PS bersama. Doni adalah satu-satunya sahabat Yoshi yang selalu ia ajak bercerita terkait hubungannya bersama Kinar.
“Kinar gimana kabar bos?” tanya Doni sembari memegang stick PS
“Lagi sibuk dia, ada acara keluarga dari senin kemarin,” jawab Yoshi sambil memegang stick PS juga
“Trus gimana? Aman kan?” sahut Doni
Yoshi menjawab “Aman. Nih lagi nunggu balesan dia.”
“Cuman, kenapa dari tadi pagi perasaan ku rada gak enak ya?” sambung Yoshi
“Jamu penghilang bau badan tidak sedap dari Bu Tedjo udah kamu habisin belum?” seketika Doni menoleh ke Yoshi
“Udah. Lagian korelasinya sama firasat ku apaan?” tanya Yoshi heran
“Gak ada sih. Baru maunya minta,” jawab Doni sambil kembali fokus ke layar televisi
Malam itu sekitar pukul 8.00, skor permainan akhir game Tekken saat itu dimenangkan oleh Doni yang menggunakan character Bakuryu sedangkan Yoshi menggunakan character Jenny. Tetiba, handphone Yoshi berbunyi tanda ada sebuah pesan masuk. Sebuah pesan yang masuk lebih dini dari biasanya yang sontak membuat Yoshi semangat ingin membacanya. Langsung saja Yoshi menuju kamarnya dan meninggalkan Doni yang sedang melanjutkan permainan di ruang tamu sendirian.
“Yosh,” isi pesan dari Kinar
“Wahh hari ini selesai lebih cepat ya?” balas Yoshi dengan emoticon senyum diakhir pesannya
“Hehe iya, anyway aku mau ngomong sesuatu.”
“Kayak mau ngomong sama siapa aja, apaan?” jawab Yoshi
Sesaat perasaan resah kembali menghampiri Yoshi…
“Aku mau putus,” balasan pesan dari Kinar
Yoshi terkejut, sontak ia langsung menelepon Kinar namun panggilannya selalu ditolak oleh Kinar. Yoshi pun membalas pesan Kinar tadi
“Ini aku dibercandain kan? Gak lucu tau Kin,” sangkal Yoshi
“Aku serius Yosh”
“Aku tanya sekali lagi ya Kin, ini bercanda kan?”
“Aku…serius!”
“Kin, kalo kamu lagi ada masalah bilang sama aku. Kalo aku ada salah sama kamu, bilang sama aku. Kita bisa komunikasiin ini dulu kan?”
“Aku udah gak nyaman Yosh.”
“Gak nyaman gimana?”
“Cincin itu, aku ngerasa gak seharusnya kita pesen cincin itu. Terlalu cepet Yosh.”
“Kamu kan udah setuju waktu itu, mbak-mbak karyawan disana juga denger pas kamu bilang mau.”
“Iya, tapi kamu gak bisa baca bahasa tubuh ku Yosh. Ada perasaan menolak dimataku, ada rasa canggung di gerak tanganku.”
“Kamu biasanya kalo ada sesuatu, bilang sama aku. Kenapa sekarang pake bahasa tubuh gini sih?”
Yoshi kembali menelepn Kinar karena merasa tak puas bila hanya lewat chatt. Kali ini Kinar menjawab panggilan Yoshi
“Kin, jawab jujur. Ini bukan alas an kamu satu-satunya kan?” Tanya Yoshi dengan suara yang agak meninggi
“Aswin” Kinar menyebut satu nama sembari merintih menangis
“Aswin? Aswin mantanmu dulu itu? Kenapa? Dia nyakitin kamu?” tanya Yoshi kesal
“Aku dulu pernah bilang ke kamu kan kalo aku sama Aswin pacaran 6 tahun, terus seketika dia ngilang gitu aja setahun lalu” Kinar menangis
“Terus?” tanya Yoshi semakin penasaran
“Beberapa hari lalu Aswin datang sama keluarganya ke rumahku. Dia minta maaf udah hilang setahun lalu dan sekarang dia ngajak aku buat tunangan sama dia.”
“Jangan bilang kamu bilang iya” Tanya Yoshi dengan nada yang berat
Kinar tak menjawab pertanyaan Yoshi. Hanya terdengar suara tangisan di telepon
“Kin?” kata Yoshi pelan
“Kamu mau aku gimana lagi? Keadaanya gak memungkinkan untuk aku bilang gak Yosh,” jawab Kinar
“Aku tahu ini semua salahku. Aku belum bisa ngelupain sepenuhnya 6 tahun aku sama Aswin, aku belum bisa jadi seseorang yang utuh hadir dihadapan kamu. Jiwa sama ragaku, hati sama pikiranku. Aku juga belum bisa balas sebaik-baiknya semua hal yang kamu kasi ke aku. Aku gak sesempurna yang kamu pikir Yosh. Aku juga manusia biasa yang kadang bisa lupa sama dimana dia berada. Aku, hatiku masih ada sama dia Yosh,” jawab Kinar sembari menangis tersedak
“Terus setahun kita itu apa?” tanya Yoshi pelan
Kinar menjawab, “Maaf Yosh, maaf banget”.
“Ini gak adil buat aku Kin. Yaudah, selamat istirahat. Kamu gak usah nangis karena seharusnya yang nangis itu aku. Bye, makasih ya,” sahut Yoshi dengan nada yang berat
“Yosh—,“ sambung Kinar sebelum akhirnya Yoshi mematikan teleponnya.
Yoshi menutup matanya, mengerutkan dahinya. Yoshi mencoba duduk diatas kasurnya. Kini, Yoshi menangis menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Siapapun, bahkan seorang pria seperti Yoshi pun akan menangis ketika hatinya benar-benar dikecewakan. Ternyata ini firasat yang sedari pagi tadi ia rasakan. Hari Natal yang cerah dibulan penghujan rupanya bukan pertanda baik bagi hubungan asmara Kinar dan Yoshi. Beberapa menit kemudian sebuah pesan masuk muncul di hanphone Yoshi. Sebuah pesan dari Kinar
“Makasih ya Yoshi, kamu jaga diri baik-baik”
Doni seketika masuk kekamar Yoshi, memecah hening suasana kamar
“Yosh, mau lanjut main gak nih?” Tanya Doni kesal karena ditinggal sendirian terlalu lama
“Aku udahan Don,” jawab Yoshi dengan nada tak bersemangat
“Udahan main PS nya?” tanya Doni memastikan
“Udahan pacarannya,” jawab Yoshi sambil menatap mata Doni
Tepat pukul 9 malam tanggal 25 Desember 2013, ada seorang pria yang hatinya tlah patah dihancurkan oleh pahitnya realita sebuah hubungan percintaan. Sekitar 3-4 hari setelah malam itu, Yoshi beberapa kali mendatangi rumah Kinar sekadar ingin melihat wajahnya lalu benar-benar mengucapkan kata pisah, namun Kinar tak kunjung berada dirumahnya. Chatt dan telepon pun tak pernah dibalas Kinar lagi. Kinar dan Yoshi benar-benar sudah putus kontak. Sedih bercampur kesal sudah pasti bersarang dalam diri Yoshi saat ini. sebuah perasaan gundah ibarat anak burung tekukur dalam sarangnya, jikalau tidak diberi makan oleh induknya maka mereka akan terus rebut, berteriak. Secangkir kopi ditepi pantai menjadi satu-satunya obat yang bisa Yoshi berikan kepada rasa gundahnya, meski pergi ke pantai pada musim penghujan bukanlah pilihan yang terlalu bagus.
Yoshi masih berusaha mencerna apa yang saat ini menimpa dirinya. Menatap laut sembari mengerutkan alis, Yoshi berpikir sangat dalam tentang apa itu pertemuan, hubungan serta akhir. Diusia nya yang akan menginjak 26 tahun membuat Yoshi harus mampu berpikir bijak dalam setiap keadaan. Tak boleh cengeng dan tak boleh gegabah memutuskan sesuatu. Kemudian 5 hari setelah malam itu sebuah panggilan masuk muncul di handphone Yoshi. Yoshi berpikir bahwa itu Kinar, ternyata itu adalah panggilan pemberitahuan dari toko perhiasan kalau pesanan cincinnya sudah selesai. Yoshi bingung harus mengambil pesanan itu atau tidak mengingat mereka berdua sudah tak berhubungan lagi. Yoshi pun dengan berat hati datang ke toko itu lalu mengambil pesanannya. Yoshi ingin mengabadikan bahagia dan lukanya tersebut dalam sepasang cincin yang saat itu ia pesan bersama Kinar.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Setahun setelahnya, kabar pernikahan Kinar dan Aswin terdengar sampai telinga Yoshi. Yoshi sengaja tak datang ke undangan tersebut padahal Kinar sudah mengirimkannya undangan beberapa bulan sebelumnya. Bagi Yoshi, hadir di pesta pernikahan mantan terlalu tidak manusiawi, apalagi bagi orang yang pernah mencintai Kinar setulusnya.
Sore hari di sebuah pelabuhan di pinggiran kota, tempat dimana Yoshi menyatakan cintanya kepada Kinar. Yoshi menyadari suatu hal penting yang mungkin akan ia bawa selamanya dalam prinsip hidupnya. Aswin bukanlah orang ketiga dalam hubungan Yoshi dan Kinar. Yoshi sendiri lah yang menjadi orang ketiga tersebut. Yoshi adalah sebuah jeda diantara masa 6 tahun Aswin dan Kinar berpacaran dan 1 tahun kemudian masa Aswin dan Kinar menikah. Yoshi hanyalah tamu sementara bagi seorang Kinar yang kala dulu letih hatinya menunggu Aswin. Bagaikan pelabuhan, kapal-kapal akan datang lalu pergi silih berganti. Seperti itulah sosok Yoshi yang hadir dalam kisah cinta Kinar dan Aswin, benar hanya sementara. Kini, kapal itu masih terus mencari pelabuhan terakhirnya.