2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

COVID-19: Sebuah Pandemi, Sebuah Cerita [3] – Rapid Lagi, Rapid Lagi…

Rsi SuwardanabyRsi Suwardana
August 14, 2020
inEsai
Covid-19: Sebuah Pandemi, Sebuah Cerita [1]

Apakah susah sekali untuk mencerna, mengapa setiap pasien yang hendak dirawat di rumah sakit—termasuk Ibu melahirkan—harus menjalani tes rapid berbasis antibodi COVID-19? Sederhananya, untuk memperkecil kemungkinan penularan pandemi kepada tenaga kesehatan (nakes).

Bukan bermaksud egois dan cenderung mengutamakan keselamatan nakes. Sayangnya, kami adalah penjaga gawang dalam pertandingan melawan virus ini. Tidak usah muluk-muluk melabeli nakes sebagai pahlawan garda terdepan, cukup mengerti akan posisi kami saat ini.

Jika banyak nakes yang terinfeksi COVID-19, dengan berat hati, maka layanan kesehatan terpaksa akan berhenti beroperasi. Bisa saja layanan kesehatan yang tutup itu adalah cuci darah rutin bagi pasien gagal ginjal stadium akhir; atau pemeriksaan kehamilan dan persalinan untuk Ibu hamil; atau mungkin pelayanan gawat darurat yang idealnya tetap beroperasi dua-puluh-empat-jam tanpa henti.  

Melakukan tes rapid bertujuan untuk mendeteksi secara dini kemungkinan seorang pasien terpapar COVID-19. Bila ternyata hasil tes rapid pasien adalah reaktif, maka perawatannya akan dipindahkan ke ruang isolasi, dirawat oleh tim nakes dengan APD lengkap, kemudian akan dilakukan tes usap rongga hidung (swab test) sebagai konfirmasi apakah sang pasien adalah penderita COVID-19 atau bukan.

Tidak usah bermanis-manis mengatakan bahwa tes rapid bertujuan untuk menekan kasus COVID-19 di masyarakat. Semua ini adalah prosedur untuk mencegah penularan COVID-19 pada nakes. Tagar #flatteningthecurve (datarkan kurva epidemi) juga sebenarnya memiliki tujuan agar kasus COVID-19 tidak membludak dalam kurun waktu yang singkat, sehingga memberikan waktu nakes untuk bernafas dan menghindari ditutupnya pelbagai layanan kesehatan.

Jika penjaga gawang cidera, apakah anda mau penyerang atau pemain tengah yang berdiri di bawah mistar? Berapa banyak gol yang akan diciptakan oleh tim lawan?

Berapa banyak korban jiwa yang harus berjatuhan jika layanan kesehatan ambruk bahkan kolaps?

Dengan memahami posisi nakes dan kegunaan tes rapid, lalu bagaimana bila ada sepercik aspirasi di masyarakat untuk menolak penggunaan tes rapid?

Satu hal yang tak akan lelah saya sampaikan, COVID-19 ini begitu unik. Ia memiliki gejala yang mirip dengan hampir seluruh penyakit infeksi pada saluran nafas: demam, batuk, atau sesak nafas. Di sisi lain, virus ini dapat menginfeksi pasien tanpa menimbulkan gejala klinis sebagai tanda keberadaannya.

Pasien yang mengeluh demam dan batuk mungkin saja tidak terpapar COVID-19, sebaliknya pasien yang merasa dirinya tidak ada gejala saluran nafas bisa saja mengidap virus ini.

Pasien pertama dengan demam dan batuk itu, tak ayal pasti sangat khawatir terinfeksi COVID-19. Stigma dan pikiran negatif lainnya boleh jadi sempat lalu-lalang di pikirannya. Sedangkan pasien kedua, bisa jadi ia jumawa dan terlalu yakin bahwa hasil tesnya akan negatif karena dirinya merasa sehat-sehat saja. Bukan tidak mungkin, ia akan menolak dan mencampakkan hasil tes yang menyatakan bahwa dirinya positif terinfeksi COVID-19.

Sayangnya, ilustrasi di atas adalah riil dan memang benar-benar terjadi pada kasus pandemi ini. Dalam situasi seperti sekarang, maka pemeriksaan penunjang benar-benar krusial untuk mendiagnosis si sakit dan si tidak sakit.

Sejujurnya, saya pribadi mempertanyakan keputusan pemerintah untuk menggunakan tes rapid sebagai deteksi dini kasus COVID-19, bahkan WHO pun sebenarnya tidak menyarankan penggunaan tes rapid berbasis antibodi—seperti yang beredar di Indonesia, untuk deteksi dini.

Seyogianya pemeriksaan konfirmasi COVID-19 menggunakan tes usap dengan metode RT-PCR. Namun karena terbatasnya kapasitas laboratorium RT-PCR di Indonesia, maka tes rapid menjadi pilihan satu-satunya yang tersisa.

Tes rapid memang memiliki akurasi yang rendah. Faktanya sampai saat ini belum ada penelitian atau rilis resmi tentang tingkat akurasi dari tes rapid di Indonesia. Sedangkan metode RT-PCR memiliki tingkat akurasi diatas 70%, bahkan beberapa reagen mampu menghasilkan akurasi hingga 95%.

Tetapi, tes rapid bisa mengisi kekurangan dari metode RT-PCR, yakni WAKTU. Butuh waktu berhari-hari bahkan mingguan untuk bisa mendapatkan hasil RT-PCR, sedangkan hasil tes rapid bisa diketahui hanya dalam hitungan jam.

Taruhlah akurasi tes rapid sebesar 30% seperti data dari lembaga Cochrane’s, Inggris. Artinya dalam satu-hingga-dua jam kita bisa mendapatkan hasil dengan akurasi 30% sembari menunggu konfirmasi yang lebih akurat dari RT-PCR. Sekecil apapun akurasi dari tes rapid, akan sangat berguna untuk melindungi para nakes jika dibandingkan tidak sama sekali.

Akurasi memang menjadi parameter utama untuk menilai kualitas suatu modalitas penunjang diagnosis. Praktik kesehatan mengenal banyak dilema, termasuk menimang apakah layak menggunakan pemeriksaan yang cepat namun tidak akurat; atau bergeming hanya menggunakan pemeriksaan yang akurat namun lama.

Tes usap berbasis RT-PCR sebenarnya hanya memakan waktu kurang dari 6 jam, dengan syarat tersedianya mesin, reagen, dan tenaga terlatih untuk mengerjakan pemeriksaan ini. Molornya hasil tes usap hingga berhari-hari dikarenakan karena kurangnya kuantitas dan kualitas laboratorium RT-PCR di Indonesia. Jadi, jalan keluar terbaik dari dilema di atas adalah memfasilitasi sebanyak mungkin laboratorium supaya mampu melakukan pemeriksaan RT-PCR.

Jika solusi ideal diatas belum bisa terpenuhi, maka keputusan menggunakan tes rapid atau hanya menunggu hasil RT-PCR adalah otoritas mutlak tenaga kesehatan. Dengan segala hormat, masyarakat awam tentang kesehatan, tidak memiliki kewenangan untuk menentukan apakah tes rapid layak atau patut ditolak.

Latahnya penolakan terhadap tes rapid saya khawatirkan juga akan merembet terhadap varian tes rapid yang sedang dikembangkan, yakni tes rapid berbasis antigen. Pokoknya, asal ada embel-embel kata tes rapid, maka hanya ada satu kata: TOLAK!. Padahal, tidak seperti tes rapid berbasis antibodi yang telah beredar di pasaran, tes rapid berbasis antigen secara teori memiliki tingkat akurasi yang lebih baik.

Mengapa? Antibodi dihasilkan oleh tubuh setelah terinfeksi kuman (termasuk virus korona), sedangkan antigen adalah fragmen atau potongan protein yang memang terdapat pada kuman tersebut. Artinya, antibodi perlu waktu untuk terbentuk dalam tubuh (bisa saja tidak terbentuk, namun terbatas pada kasus-kasus tertentu), sedangkan antigen bisa terdeteksi saat kuman menginfeksi tubuh. Prinsip antigen juga digunakan pada metode RT-PCR. Lebih cepat, lebih akurat.

Selain itu, serendah-rendahnya akurasi tes rapid berbasis antibodi, tetap saja memiliki kegunaan tertentu: yakni pada kasus survei serologi. Seiring dengan perkembangan teknologi yang dimotori oleh para ilmuwan di seluruh dunia, diharapakan tes rapid berbasis antibodi ini akan semakin baik tingkat akurasinya. Survei serologi menggunakan tes rapid antibodi utamanya berguna untuk skrining efektivitas vaksinasi, termasuk kemungkinan pembukaan kembali aktivitas sosial-ekonomi.

**

Demokrasi memang memberikan kebebasan tiap orang untuk berpendapat, termasuk kebebasan tiap orang untuk memilih menjadi praktisi kesehatan, musisi, atau pilihan karier lainnya. Lebih mengikuti pendapat musisi sebagai pedoman menghadapi pandemi COVID-19, dibandingkan ilmu dan pengalaman akademisi serta tenaga kesehatan adalah sebaik-baiknya tanda democrazy.

You demo, I crazy. Anda demonstrasi menolak tes rapid, kami sebagai nakes yang gila memikirkan kemungkinan penularan COVID-19 pada kerumunan yang tidak mengindahkan masker dan protokol kesehatan secara garis besar. Kami yang hilang pikir dan harapan jika kasus COVID-19 membludak—termasuk peningkatan angka infeksi pada nakes, sehingga harus menutup layanan kesehatan.

Kecuali anda mau operasi usus buntu anda dilakukan oleh seorang penabuh drum, atau prosedur cuci darah anda dilakukan oleh seorang pengacara dan aktivis lingkungan, ya silahkan saja melakukan apapun terkait pandemi ini.

Terima kasih atas kekhawatiran masyarakat dengan akurasi atau penyalahgunaan tes rapid di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Karena saya, dan hampir seluruh nakes lainnya juga memiliki dilema yang sama. Tetapi, jika boleh saya meminta: sampaikanlah aspirasi kepada pemerintah agar menyediakan pemeriksaan RT-PCR sebanyak-banyaknya. Atau percepat pengembangan tes rapid berbasis antigen.

Jangan lupa sertakan klausul agar kedua pemeriksaan itu bisa ditanggung sepenuhnya oleh negara. Saya amat sangat mendambakan pemeriksaan yang ideal, dan bisa diakses seluas-luasnya secara gratis. Dengan begitu, ketergantungan terhadap tes rapid antibodi bisa dikikis secara perlahan. [T]

Previous Post

Budaya Bali, Kunci Pengembangan Pariwisata Medis

Next Post

Benci, Benar-benar Cinta

Rsi Suwardana

Rsi Suwardana

Lulus sebagai dokter umum tahun 2018, memiliki ketertarikan dalam bidang mikrobiologi

Next Post
Ketidakpastian Pandemi: Dukungan Psikososial Vs Teori Konspirasi

Benci, Benar-benar Cinta

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co