16 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Wulan Dewi Saraswati bersama Sapardi Djoko Damono dalam sebuah acara sastra

Wulan Dewi Saraswati bersama Sapardi Djoko Damono dalam sebuah acara sastra

Yang Paling Sunyi Dari Bulan Juni || Mengenang Maestro Sapardi Djoko Damono

Wulan Dewi Saraswati by Wulan Dewi Saraswati
July 19, 2020
in Esai

Bulan Juli adalah waktu yang dipilih Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono untuk kembali kepada kesunyian. Beliau wafat pada Minggu, 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB di Eka Hospital BSD, Tanggerang Selatan. Semesta memanggil Sang Maestro Puisi. 

Cintanya pada puisi berhasil mengajak orang larut dalam puisi-puisinya. Sapardi telah menginspirasi banyak anak-anak muda untuk berkarya. Hujan di Bulan Juni, Aku Ingin, Pada Suatu Hari Nanti, adalah puisi-puisi Sapardi yang paling populer dan menyentuh batin.  Terlebih saat dijadikan musikalisasi puisi oleh Ari Reda.

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Begitulah puisi yang menjadi bacaan wajib para penyair pemula, atau bagi para insan yang kasmaran. Hari ini, beberapa puisinya yang berjudul Pada Suatu Hari Nanti marak di media sosial. Para pegiat seni seakan kompak mengantarkan Beliau dengan puisi ini.

Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari

Puisi-puisi Beliau juga dirayakan pada tahun 2015 oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha. Festival Sastra kala itu mengusung tema Sapardi Djoko Damono. Karya-karya beliau mulia dari puisi, cerpen, hingga novel dijadikan materi diskusi mulai dari riwayat kepenyairan, kekhasan karya, dan digubah menjadi pementasan. Tentu jika membicarakan karakteristik puisi, Sapardi sudah mencapai puncaknya. Dalam kumpulan buku puisi Sapardi bertajuk DukaMu Abadi (2012), Jeihan menulis


puncak seni :puisi

puncak puisi; filsafat

puncak filsafat; sufi –

Sapardi telah sampai

di wilayah ini


Sapardi pun sudah sampai di puncak takdirnya. Sungguh bernilai bila kita berpuisi sebagai mantra  pengantar kepergian. Pilihlah puisi favoritmu. Saya yakin, masing-masing kita pasti mempunyai puisi favorit dari Sapardi . Hingga kini, Mata Pisau masih menjadi unggulan saya.


Mata Pisau


mata pisau itu tak berkejap menatapmu:

kau yang baru saja mengasahnya

berfikir: ia tajam untuk mengiris apel

yang tersedia di atas meja

sehabis makan malam;

ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu.


Perjumpaan saya pertama kali dengan beliau pada tahun 2013. Kala itu, beliau menjadi pembicara di Bali Emerging Writers Festival.  “Kalau ada yang ingin menjiplak puisi saya, atau ada yang meniru cara saya menulis, silakan, toh nanti mereka bosan sendiri. Itu sebuah proses,” tuturnya menjawab pertanyaan moderator. Beliau menambahkan “Karena bagi saya, sajak yang terbaik adalah sajak yang belum ditulis,” kata penyair bertopi pet itu. Gaya busana Sapardi kala itu sangat sederhana dengan topi pet hitam, kemeja biru, dan jam tangan hitam. Ia nampak nyaman dengan busana casual hingga membuatnya senang melayani penggemar yang meminta tanda tangan.

Di awal tahun 2020, sempat terjadi pergunjingan, saat Sapardi turut melakukan gerakan populer dengan media Tiktok. Beberapa kelompok menghujatnya, mengatakan bahwa Sapardi sebagai seorang penyair senior tidak perlu turun kasta mengikuti budaya pop. Mungkin para penghujat ini juga lupa, bahwa dulu semasih mahasiswa, Sapardi juga sebagai gitaris pop pada masa kuliahnya. Tak lupa pula, saya mengingat resep awet muda ala Sapardi “Perbanyak bergaul dengan anak-anak muda, itu yang membuat saya tetap semangat berkarya dan tetap muda”.  

Berkat keluesan Sapardi, puisi-puisi beliau kerap dijadikan musikalisasi puisi oleh anak-anak muda yang kala itu berkuliah di UI.  Pada saat itulah,  puisi-puisinya menjadi populer bahkan hingga kini masih melekat di hati penikmatnya. Baginya, puisi harus mengalami alih wahana. Dalam buku Alih Wahana (2012) Sapardi menjelaskan bahwa puisi adalah bunyi. Maka, jika puisi dikembalikan menjadi bunyi, tentu akan lebih bermakna. Namun, bila puisi hanya disimpan di buku, tidak ada yang membacanya.  Di beberapa wawancara Sapardi juga kerap mengatakan bahwa “Bahasa cepat berubah, cepat bergerak, dan kita rekam dalam sastra.”

Sapardi membuktikan bahawa di usia berpapun, tak ada alasan untuk tak berkarya. Terbukti di umur 78 tahun, Sapardi dianugerahi Life Time Achievement oleh UWRF pada tahun 2018.  Hingga kini, kita dapat menikmati karya teranyar Sapardi yakni Menghardik Gerimis (2019) “Aku mencintai hujan sebab kalau jatuh bilang terus terang dan jelas suaranya, tidak membiarkan aku terpeleset.”

Mungkin kita akan merindukan karya-karya Beliau. Kita rindu pesan-pesan Beliau agar penyair muda lebih bernas berkarya. Sapardi telah membuktikan bahwa sastra adalah jalan hidupnya. Sastra sebagai tujuan hidupnya. Bahkan sampai di ujung waktu, karyanya tetap menyala.  Suatu hari nanti, karyanya dirayakan. Selamat jalan, Eyang. [T]

Tags: in memoriamPuisiSapardi Djoko Damonosastra
Wulan Dewi Saraswati

Wulan Dewi Saraswati

Suka menulis, suka berteman. Kini sedang menikmati masa pacaran. Setelah tamat dari Undiksha Singaraja, kini magang jadi guru bahasa Indonesia untuk turis di Ubud

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co [Satia Guna]
Cerpen

Subali || Cerpen Agus Wiratama

by Agus Wiratama
January 16, 2021
Peserta pelatihan juru bicara Pancasila di Permata Kuta Hotel
Khas

Catatan Pelatihan Juru Bicara Pancasila (1): Merajut Kebhinekaan dalam Keberagaman

TERLETAK di daerah Tuban, Kuta, berjarak 5 menit berkendara dari Pantai Kuta dan Bandara Internasional Ngurah Rai, berjarak 5 menit ...

November 4, 2018
Anak-anak bermain Megandu di Festival ke Uma/ Foto-foo: Made Nurbawa
Khas

“Megandu”, Permainan Tradisional dari Tanah Ole – Catatan Festival ke Uma 2017

  DI atas tanah lapang petak sawah kering berlantai jerami, dari kejauhan saya melihat puluhan anak-anak putra dan putri sedang ...

February 2, 2018
Umbu Landu Paranggi/Lukisan Wayan Redika, 2016
Esai

Purnama Kapat dan Ingatan tentang “Rajer Babat”

Di era 1990-an, kawan-kawan seniman dan seniwati di Jembrana atas prakarsa penyair legendaris Umbu Landu Paranggi rutin menggelar "Rajer Babat", ...

October 1, 2020
Foto ilustrasi, diambil dari @punapibalijani
Opini

Pariwisata Nusa Penida, Menggeser Perspektif Ternak Kaki Empat Menjadi Roda Empat

Tidak hanya perubahan fisik, perkembangan industri pariwisata juga mengubah perspektif hidup masyarakat secara radikal. Kasus inilah yang dialami masyarakat Nusa ...

November 2, 2019
Perth, Western Australia
Esai

Kelak Pandemi Usai, Kenapa Tidak Solo Traveling?

Pandemi Covid-19 saat ini belum menunjukkan titik ujungnya. Namun bukan berarti kita tidak dapat membuat suatu rencana besar, bukan? Salah ...

May 8, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Cokorda Gde Bayu Putra || Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha
Khas

Sosok Alm. Prof. Dr. Tjokorda Rai Sudharta M.A || Pembuka URW Media Tahun 2021

by Cokorda Gde Bayu Putra
January 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

RĀGA: MEMUJA KESADARAN UNIVERSAL SIWA DI KEMULAN

by Sugi Lanus
January 15, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1346) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (307) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (95) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In