12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bahasa dan Wisya: Berguru pada Kisah Surpanaka yang Terlupakan

Putu Eka Guna YasabyPutu Eka Guna Yasa
June 20, 2020
inEsai
Bahasa dan Wisya: Berguru pada Kisah Surpanaka yang Terlupakan

Wayang tokoh surpanaka. || Sumber gambar: https://wayang.wordpress.com/2006/10/26/sarpakenaka/

292
SHARES

Untuk menciptakan sebuah karya sastra yang berisi pesan-pesan moral kuat kepada pembacanya, pengarang memang wajib menghidupkan figur antagonis. Figur itu biasanya lekat dengan citra negatif, hitam, dan gelap sehingga jarang ada pembaca yang melirik, mendalami, apalagi menjadikannya sebagai ‘guru’ hidup. Padahal, untuk bisa memahami hidup ini dengan seimbang, figur yang penuh sandungan dan sanjungan mesti sama-sama diberikan nilai yang tidak berbeda. Dengan cara itulah sari-sari ajaran dapat direnungkan dan dihayati oleh pembaca sastra.

Surpanaka adalah salah satu figur dalam Kakawin Ramayana yang terlupakan salampah lakunya. Kisah hidupnya tak banyak menarik perhatian pembaca dan peneliti untuk menulis bahkan membelanya. Pengarang sukses menjadikan orientasi utama pembaca pada Rama, seorang reinkarnasi Wisnu yang menang melawan Rawana bukan atas usahanya sendiri, tetapi panah guhya wijaya pemberian Indra. Surpanaka memang tidak diceritakan kalah dalam perang seperti seluruh keluarga laki-laki Rawana, namun ia gugur dihadapan sesuatu abstrak yang sulit diceritakan tetapi bisa dirasakan. Ya. Ia dikalahkan oleh sesuatu bernama cinta.

Perasaan cinta ternyata bukan otonomi manusia dan dewa, melainkan juga raksasa. Entah kenapa, Kama berkenan berstana pada sosok raksasa bertaring, rambut kusut, mata mendelik, dengan kuku runcing yang siap menyayat manusia salah menempati ruang dan waktu.

Di titik ini, kita perlu merenungkan kembali kisah Kakawin Smaradahana. Benarkah kisah Kama berakhir ketika dibakar oleh api Siwa menggunakan mata ketiganya? Atau pembakaran itu sebuah awal anugerah? Karena tanpa dibakar menjadi abu oleh Siwa dengan mata ketiganya, Kama tentu tidak akan bisa menyusupi Siwa sehingga melakukan sanggama kosmis dengan Parwati. Semasih menjadi dewa bawahan Indra, mana mungkin Ia bisa memasuki dwara batin Siwa, dewa tertinggi. Tanpa dibakar oleh Siwa pula, suami Ratih itu tidak akan masuk ke dalam ceruk hati seorang perempuan raksasa bernama Surpanaka.

Raksasa perempuan yang konon beringas itu, tak berdaya di hadapan satu kata yaitu ‘cinta’. Sejak ia bertemu dengan Laksmana di hutan, ia tak pernah sedetikpun bisa melupakan putra dewi Sumitra. Lima indra persepsinya berhasil merekam kesempurnaan Laksamana, tanpa cela. Oleh sebab itu, Ia yang tidak pintar berkilah seperti manusia-pujangga mengibarkan bendera di dalam hatinya dengan tulisan “cinta harus diperjuangkan sebelum diikhlaskan hasilnya”! Dengan dasar itu, Ia mengerahkan seluruh kemampuan keraksasaannya. 

Ia tahu betul bahwa dengan wujud raksasa, Surpanaka tak akan mampu memikat hati saudara Satrughna yang berwujud manusia itu. Dengan seluruh bakat alaminya, Ia lalu berubah menjadi manusia berparas cantik. Wujud manusianya itu tentu membuatnya menjadi semakin percaya bahwa Laksmana akan tersungkur di ujung ibu jari kakinya.

Setelah sekian lama mengawasi Laksmana di hutan, ia menunggu waktu yang paling tepat untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Surpanaka berusaha sekuat tenaga mengendalikan diri, sebab kuku yang sebelumnya panjang, runcing, dan tajam kini berubah menjadi lentik. Langkah kaki yang sebelumnya cepat, kuat, dan beringas kala menangkap manusia yang tersesat di hutan, kini dipaksa menjadi lambat seperti manusia pada umumnya. Mata yang biasa mendelik diatur agar kelihatan kuyu dan bersahaja. Lidah yang terbiasa menjuntai dengan air liur yang berbisa dilipat pendek di dalam mulutnya. Sungguh, perjuangan cinta yang tidak mudah!

Gerak tubuh raksasanya berhasil dikendalikan dengan sempurna oleh Surpanaka. Penyamaran sukses besar! Laksmana tidak sedikitpun menaruh rasa curiga. Ia percaya sepenuhnya bahwa di samping dirinya dengan Rama dan Sita, ada seorang gadis yang tengah tersesat di hutan. Dialog demi dialog telah dilakukan oleh Laksmana dengan Surpanaka jadi-jadian. Surpanaka berhasil menunjukkan kelemahannya sehingga Laksmana tidak bisa mengontrol jiwa kelelakiannya untuk menolong Ia yang tengah ada di hutan rimba. Setelah berdialog tentang berbagai hal, hasrat cinta yang membuncah di hatinya menyebabkan Surpanaka menawarkan dirinya kepada Laksmana.

Adik Rama itu tentu dengan tegas menolak permintaannya. Sebab Ia telah berikhtiar untuk membujang sampai akhir hayat untuk bisa mengabdi kepada Rama. Ditolak cintanya, Surpanaka masih tetap berjuang dengan melakukan berbagai penawaran kepada Laksmana. Tawaran yang semakin kuat dilakukan oleh Surpanaka ternyata justru berbalik menjadi kelemahannya. Perlahan-lahan melalui cara bertuturnya yang besar, kuat, kencang, dan tekanan tinggi, Ia membuka lapisan-lapisan jati dirinya sebagai seorang raksasa. Tubuhnya memang masih berwujud manusia berparas cantik, tapi watak keraksasaannya telah jelas diketahui oleh Laksmana.

Surpanaka tidak seberuntung raksasa Hidimbi yang akhirnya dinikahi oleh Bima dalam Bharata Yuddha. Ia tidak hanya mengalami kegagalan cinta, tetapi juga harus menerima kenyataan bahwa Laksmana bersikap kasar dengan melepaskan anak panah yang tepat mengenai ujung hidungnya. Sebagai raksasa perempuan, ia cacat sepanjang hayat.

Luka fisik dan batin inilah yang menyebabkan Surpanaka memprovokasi raja raksasa Rawana untuk mencuri istri Rama. Tidak hanya berhasil melarikan Sita selama bertahun-tahun, kata-kata hasutan Surpanaka juga menyebabkan terjadinya perang besar yang melibatkan manusia, raksasa, dewa, yaksa, asura, daitya di berbagai lapisan dunia. Entah berapa korban jiwa yang mesti ditanggung oleh pihak Rawana atau Rama pasca perang besar itu terjadi. Kata-kata yang mengandung wisya ‘bisa’ Surpanakalah pangkal dari segala perang besar dalam Ramayana.

Itu sebabnya, jangan mainkan hati wanita. Apalagi sampai melukai fisik dan psikisnya, jika tidak ingin memindahkan perang dalam Ramayana ke dalam kehidupan nyata! [T]

Tags: Bahasawayang
Previous Post

Pandemi, Momentum Menjaga Spirit Gotong Royong.

Next Post

Rasisme, Emon dan Tertawalah Sebelum Dilarang

Putu Eka Guna Yasa

Putu Eka Guna Yasa

Pembaca lontar, dosen FIB Unud, aktivitis BASAbali Wiki

Next Post
Rasisme, Emon dan Tertawalah Sebelum Dilarang

Rasisme, Emon dan Tertawalah Sebelum Dilarang

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co