Adanya Pandemi COVID-19 nanti mengharuskan bagaimana upaya pemerintah maupun seluruh stakeholders berupaya untuk kembali menyusun sebuah strategi untuk membuat suatu keputusan yang mampu meminimalisir adanya dampak yang secara signifikan terjadi di berbagai di dunia. Begitupun di Indonesia perlu adanya keputusan yang tepat untuk mampu meminimalisir atau memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Apalagi di situasi saat ini yang d sebut sebut bagaimana untuk keluar dari kehidupan yang membuat masyarakat serba terdampak dari segi ekonomi tampak kedepannya kita akan di hadapkan dengan yang namanya “New Normal”, artinya di situasi yang semakin memburuk saat ini kedepan kita akan berusaha hidup serba baru yang tentunya lebih survive di dalam kehidupan kita, entah di lingkungan kerja, sekolah, dan lain sebagainya.
Sejalan hal tersebut tidak hanya dari segi lingkungan social, dan ekonomi yang terdampak akan tetapi salah satu sektor yang menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia yaitu Sektor Pariwisata mengalami penurunan yang sangat signifikan terkait dengan kunjungan Wisatawan Asing maupun Lokal karena adanya beberapa kebijakan di luar negeri ataupun lokal untuk melakukan Pysical Distancing yang mengharuskan mereka untuk tetap berada di rumah atau #Workfromhome.
Hal ini tentu menjadi suatu keterpurukan bagi Indonesia untuk mampu memperbaiki adanya dampak dimasing masing sektor, terutama di sektor pariwisata. Adanya kalimat “New Normal” tentu ini menandakan bagaimana pemerintah harus mampu mengubah strategi dari keterpurukan akibat pandemic yang berdampak di semua sektor yang tentunya sektor tersebut harusnya menyumbang devisa negara akan tetapi saat ini turun secara signifikan. maka dari itu Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Badung menyelenggarakan Webinar dengan tema “Menyongsong Normalitas Kehidupan Yang Bari Pasca COVID-19”.
Webinar “Menyongsong Normalitas Kehidupan Yang Baru Pasca COVID-19”
Acara Webinar ini tentu bertujuan bagaimana dalam menyosong kehidupan the New Normal pemerintah mampu berupaya mempersiapkannnya secara matang dan sesuai dengan protocol kesehatan. Tentu pada kali ini Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Badung menyelenggarakan Seminar dengan menggunakan Via Online yaitu Zoom Video Conference tepatnya pada hari/Tanggal Rabu, 27 Mei 2020 pada pukul 11.00-13.00 WITA. Pada acara ini beliau mendatangkan narasumber yang sangat luar biasa yaitu dr. Achmad Yurianto selaku Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si. selaku Ketua BPD PHRI Bali, Trisno Nugroho, S.E., MBA selaku Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali yang tentunya langsung di moderatori oleh Dr. I Wayan Suambara, S.H., M.M. selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kab. Badung.
Terlihat juga dalam acara tersebut mengundang DUBES RI Australia, DUBES RI Tiongkok, DUBES RI Zimbabwe, parak stakelholders pemerintahan daerah di luar bali juga ikut serta dalam acara pada kali ini dan juga pada akademisi dari UNDIKNAS, Udayana, Polikteknis Negeri Bali, dan juga Generasi Baru Indonesia (GENBI ), dan masih banyak lainnnya. Acara ini kurang lebih diikuti oleh 450 orang peserta yang tersebar di berbagai provinsi Indonesia.
Acara ini langsung di pimpin oleh moderator yang mana Narasumber yang pertama diberikan kesempatam untuk menjelaskan mengenai Tema yang sudah ditentukan, Narasumber pertama dari Trisno Nugroho, S.E., MBA. selaku Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, beliau menjelaskan bahwasanya mengenai Perkembangan Pertumbungan Ekonomi selama masa pandemic COVID-19 di tahun 2020, secara global di masa pandemic ini Terkontraksi yang sangat mendalam sampai 2,2% dan secara global ini terjadi di dunia.artinya pandemic ini ternyata mengalami dampak yang sangat siginifan terkait dengan turunnya pertumbungan ekonomi yang ada di dunia.
Di Indonesia itu sendiri petumbuhan ekonomi mengalami perlambatan seperti misalnya Sumatra, Jawa, dan termasuk Bali yang tergabung dalam Bali Nusra kecuali Papua dan Kalimantan Selatan karena di topang oleh perbaikan kinerja pertambangan, mengenai Inflasi beliau juga menjelaskan bahwa cukup rendah dimana yang terendah itu di tempati oleh Kalimantan Utara (-0,11%) dan tertinggi Jawa Barat (3.77%), dan di Bali itu sendiri 2,6 %. Artinya perlu adanya penanganan yang secara serius untuk memulihkan kembali perlambatan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya di Bali itu sendiri.
Adanya covid in tentu mempengaruhi kunjungan Wisman ke Bali, beliau menyampaikan bahwa jumlah kunjungan wisman diperkirakan akan terkotraksi 49,2% s/d 82,8% (yoy) pada tahun 2020. Dengan penurunan terdalam pada triwulan ke II 2020 kunjungan wisman diperkirakan akan mulai pulih pada triwulan III 2020. Dan hal ini menurut beliau akan membuat prekonomian Bali terkontraksi. Beliau menyampaikan adanya New Normal dan untuk memulihkan kembali pariwisata tentu ada hal yang perlu dipersiapkan terutama protocol kesehatan di lokasi-lokasi tertentu untuk mampu kembali membuka pariwisata dan bisa sejalan dengan protoka kesehatan seperti misalnya di sektor Transportasi, Hotel&Villa, Tourism Attraction, Food & Beverage, Informal Sector,
Hospital. Ini menjadi komponen sangat penting untuk kembali survive di masa pandemic dan mampun mengembalikan Sektor Pariwisata agar tetap meningkat. Badung memiliki Potensi Industri Kreatif menurut beliau ini bisa di kembangkan dan tentu adanya New Normal ini perlu adanya Digital Payment Environment guna meminimalisir penyebaran C0vid-19.
Selanjutnya beralih ke narasumber yang sangat luar biasa moderator kembali memberikan kesempatan kepada narasumber berikutnya yakni Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si. beliau menjelaskan optimisme bagaimana Bali bisa mengupayakan untuk mampu membangkitkan sektor pariwisata kembali pasca Covid19, Beliau Menyampaikan bahwa Bali memiliki Holistic Healing Power (Taksu Bali =) yang artinya suatu kebudayaan atau kesenian yang tentu membuat perhatian yang sangat mencolok dimata dunia. Adanya rancangan yang di sampaikan oleh beliau tentu untuk mengembalikan sektor pariwisata dan survive di Era The New Normal perlu adana persiapan yang perlu dilakukan beliau menjelaskan ada 3 yaitu Kebersihan, Kebudayaan, dan juga Keamanan.
Maka dari itu 3 komponen tersebut menurut beliau sangat perlu di perhatikan untuk membuka dan membangkitkan kembali destinasi wisata akan segera pulih. Beliau juga menyampaikan yang perlu di tonjolkan saat ini mungkin lebih ke Alam, dan Alam buatan dikarenakan ketika berbicara mengenai budaya, dibali itu sendiri lebih ke kkebersamaan seperti Ngabe,dan upacara-upacara lainnya yang sedikit bahaya ketika tidak diperhatikan sesuai dengan protocol. Kalimat akhirnya beliau menyampaikan bahwa kita bisa bersama-sama menghadapi pandemic ini, anggap saya itu sebagai Manusia, dan anggaplah manusia itu sebagai alam, jadi bagaimana kita mampu merasakan yang yang dirasakan oleh alam menghadapi hal ini, sehingga alam dan kita mampu saling merasakan bagaimana kondisi kita saat ini.
Selanjutnya juga dijelaskan oleh Dirjen Wirianto, beliau menjelaskan mengenai protocol kesehatan dan juga bagaimana masyarakat mampu lebih waspada lagi dan tentunya harus mengikuti himbauan demi kesehatan agar tetap terjaga, karena hal tersebut adalah hal yang terpenting untuk mampu memutus mata rantai Pandemi covid-19. Dan dilanjutka juga oleh pembicara selanjutnya dari Wakil Bupati Badung yang menjelaskan mengenai bahwa pentingnya Teori Adaptasi di masa New Normal dalam menghadapi COVID-19 ini sangat penting untuk kita terapkan karena hidup ini bagaimana kita berupaya untuk beradaptasi dalam menghadapi segala sesuatu. Hal ini penulis menyadari tentu pentingnya adaptasi dan juga kesigapan pemerintah dalam hal mempesiapkan protocol kesehatan dan jga tertibnya masyarakat menjadi komponen yang sangat penting untuk diterapkan, apalagi sedikit anyaknya para
Undangan yang terdiri dari DUBES Australian dan negara negara lainnya menyampaikan, rata-rata sepengamatan beliau beliau yang menjabat menjadi DUBES di negara masing-masing, masyarakat disana sangat tertib dalam mengikuti himbauan pemerintah misalnya beliau menjelaskan bahwa ada tahapan yang dilakukan oleh Australia, tahap pertama lebih kepada social distancing dan hari ini bahkan sudah 2/3 sekolah mulai dibuka kembali,beberapa pusat perbelanjaan, dah 1,5 M melakukan sosial distancing dan tahap kedua direncanakan akan dilaksanakan di tanggal Juni dia sekolah-sekolah akan mulai kembali di buka dan lebih dari 20 orang boleh berkumpul dan tentunya ini sesuai dengan tahapan yang di terapkan oleh pemerintah, penulis menyampaikan perlu adanya penerapan seperti ini secara tertib di Indonesia, apalagi masing-masing dubers menyampaikan terutama DUBES RI Australia di Canbbera bahwa kurang lebih 2,1 juta masyarakat Ausrtalia saat ini justri ingin mengunjungi Indonesia terutama Bali, tidak hanya negara tersebut akan tetapi Tiongkok, Thailand dan negara lainnya. Akan tetapi yang menjadi permasalahan saat ini adalah pandemic covd-19 ini masih belum kita selesaikan, dan salah satu faktornya misalnya di Australia bahwa ada berita-berita Hoaks yang tersebar di medsos dan kebetulan dibaca oleh masyarakat disana tentu hal itu akan mempengaruhi kebijakan pemerintah Australia untuk tetap tidak emperbolehkan atau melakukan pembatasan untuk keluar negeri khususnya Indonesia.
Maka dari itu di sesi memberikan informasi atau argumentasi para DUBES memberikan sikap optimis terutama Bali untuk kembali memulihkan di sektor pariwisata dan mampu solid untuk membangun factor factor yang mempengaruhi peningkatan di sektor pariwisata maupun pertumbuhan ekonomi, hal ini tentu sejalan apa yang di sampaikan oleh DUBES RI Tiongkok lebih 2 juta orang dari tiongkong ingin ke Indonesia khususnya ke bali yaitu sampai di angka 80%. Artinya ini pengaruh yang sangat besar ketika kita mampu siap untuk merencanakan hal tersebut akan kembali pulih di sektor pariwisata sehingga pertumbuhan ekonomi kembali meningkat.
Hal ini tentu menjadi sebuah fokus utama ketika kita ingin meningkatkan di sektor pariwisata hal yang paling harus kita perhatikan adalah bagaimana fasilitas yang kita siapkan harus mampu di maksimalkan untuk wisman maka dari itu Narasumber selanjutnya yaitu dari bapak Gede Ricky Sukarta dari Bali Villa Association yang menyampaikaan bahwasanya perlu adanya perbaikan cash flow, dikarenakan ketika memang fokus di bidang pariwisata untuk memfasilitasi hal tersebut perlu adanya cosh yang meningkat, maka dari itu beliau lebih menyampaikan bahwasanya bagaimana upaya pemerintah dalam menurunkan pajak untuk hotel/villa sebesar 5% agar hal ini bisa sejalan untuk meningkatkan di sektor pariwisata dari segi hal fasilitas untuk wisman karena hal ini juga tidak bisa memberikan harga yang terlalu murah setiap kamarnya.
Sebagai penutup Webinar Moderator sekaligus mewakili penyelanggara mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta dan undangan dan tentuny narasumber yang sangat luar biasa telah menyampaikan pandangan, informasi, dan juga solusi bagaimana upaya pemerintah mampu mengembalikan pertumbuhan ekonomi. [T]
- Penulis juga menyimpankan Link untuk PPT untuk lebih memperjekas poin poin dalam pembahasan webinar pada kali ini berikut link PPT https://drive.google.com/drive/folders/166b1-QZZ6_PQbpbhdik4nwv3gCgFJ_OR?usp=sharing. Bagi teman-teman yang berhalangan hadir dan berada di luar Bali, temen-temen bisa menonton video seminar ini secara penuh dihttps://youtu.be/cQ0f5MqAQ9Q