22 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Ilustrasi foto: Mursal Buyung

Ilustrasi foto: Mursal Buyung

Nuansa Islami Dalam Pustaka Lontar Bali

Putu Eka Guna Yasa by Putu Eka Guna Yasa
May 24, 2020
in Esai
363
SHARES

Ĕda suud ngulik sasana, miwah tattwa yan ada mbahang nyilih, Tattwajnyana Darma Putus, miwah Bhuana Kosana lan Asta Maha Jnyana Guna rum, yadin soroh Tutur Selam inger-inger palajahin. — [Geguritan Loda, Pupuh Pangkur: 4]

Jangan pernah berhenti mendalami etika dan filsafat apabila ada yang meminjami, Tattwajnyana, Darma Putus, Bhuana Kosana dan Asta Maha Jnyana Guna rum, walaupunjenis Tutur Selam, dengar-dengar pelajari!

Itulah petikan bagian akhir dari Geguritan Loda, sebuah karya sastra Bali yang memuat tuturan seorang ayah kepada anaknya tentang berbagai ajaran kehidupan (urip) dan kematian (pati). Karena Loda tumbuh menjadi pakuningrāt ‘tiang dunia’ yang pasti akan mengalami berbagai kesulitan dalam mewujudkan kebaikan, ayahnya lalu memberi pesan-pesan yang dapat dijadikan pegangan. Pesan pertama sang ayah kepada Loda adalah menjadikan shastra sebagai ayah dan ibu secara ideologis lalu menekuni filsafat (yan sih cai suba tatas tĕken śāstra, tattwajñānane gulik). Usai membuka dengan nasihat itu, sang ayah mengalirkan berbagai pengetahuan wahya-dhyatmika kepada Loda seperti evolusi mistis aksara, sapta weci, suduk swari, sasana, dan brata. Di penghujung pesan, Loda disarankan oleh sang ayah agar tidak pernah berhenti mempelajari berbagai teks tattwa seperti Tattawajnyana, Dharma Putus, Bhuwana Kosa, Asta Mahajnyana Gunarum, termasuk juga Tutur Islam.   

Kenapa karya sastra yang banyak mengulas aspek wahya-diatmika itu menyarankan pembaca karyanya untuk mempelajari juga ajaran-ajaran Islam? Apakah itu hanya merupakan ungkapan motivasi agar seseorang melakukan studi perbandingan lintas keyakinan? Ataukah nun jauh di dasar kedalaman pencarian keilahian, anasir-anasir Islami memang bertemu dengan ajaran Hindhu dalam sistem peradaban batin Bali?

Sejumlah pertanyaan itu boleh jadi membayang dalam pikiran pembaca ketika dalam satu teks yang secara dominan memuat ajaran Hindhu juga berisi ajakan untuk mempelajari tutur Islam. Di sisi lain, ajakan itu seakan bertolak belakang dengan narasi sejarah seperti yang terkandung dalam Babad Dalem. Bersumber dari karya sastra yang menceritakan pergolakan politik pada masa Bali Tengahan itu, kita dapat mengetahui bahwa pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong sekitar abad XVI di Gelgel, usaha untuk mengislamkan Pulau Bali seperti wilayah-wilayah lainnya di Nusantara konon telah diupayakan melalui jalur dialogis.

Babad Dalem menarasikan adanya utusan dari Mekah yang melakukan pendekatan kepada Dalem Waturenggong agar berkenan beralih keyakinan. Ketika dua utusan sampai di balairung kerajaan seraya menyampaikan tujuannya, Dalem Waturenggong lalu memberikan tantangan. Isi tantangannya adalah apabila mereka berhasil memotong bulu tangan raja maka semua permohonan mereka akan dikabulkan. Sama seperti yang pembaca pikirkan, teks yang diproduksi di Bali itu mengisahkan sang utusan tidak dapat menuntaskan tantangan. Mereka pulang dengan damai.  

Ketidakberhasilan utusan dari Mekah dalam menunaikan tugasnya itu adalah cara pengarang Babad Dalem melegitimasi keunggulan Dalem Waturenggong. Babad Dalem yang termasuk genre sastra historiografi lokal Bali ini ingin menegaskan bahwa pada masa kepemimpinan Dalem Waturenggong-lah Bali mencapai puncak kejayaan, baik secara politik maupun peradaban.  

Meskipun utusan dari Mekah gagal melaksanakan misinya, anasir-anasir ajaran Islam tetap masuk ke Bali melalui tradisi literasi yang saat itu masih menggunakan media lontar. Warisan sastra Bali menunjukkan bahwa unsur-unsur ajaran Islam terjalin dalam satu tenunan spiritualitas yang rapat dengan sejumlah ajaran Hindu Bali. Dalam bidang pengobatan tradisional, Usadha Manak yang banyak menjelaskan resep-resep pengobatan untuk penyakit  saat seseorang mengandung dan melahirkan penting disimak untuk mengetahui pertemuan dua ajaran itu.

Pustaka tersebut memuat mantra untuk menyembuhkan orang yang sering keguguran dengan campuran bahasa Arab dan mantra yang ditujukan kepada Allah serta Muhamad [ditulis Muhamat]. Untuk meyakinkan, kita cukil beberapa mantranya sebagai berikut.

Nihan tamban krêng ngalabuhang…..Ma, Om tutup kañcing bwana Alah bwana kêling, tutupana gêdong Alah, wuwus pêpêt, śarìrane syanu, têka pêpêt, 3, śa, yeh mawadah sibuh inumakêna, śisanya anggon makoñceng. Pangañcing, ma, Om mang Alah Om mang, kañcing kukañcing Alah, kinañcingan dening Muhamat, apan aku ngadok dewa pamungkah, pangañcing Muhamat, lah ilah, ilêlah, Muhamat darahsululah, śa, yeh añar mawadah sibuh inumakêna, śisanya anggen makoñceng.

Kutipan di atas menunjukkan obat untuk seseorang yang sering keguguran [nglabuhang] menggunakan sarana air yang diwadahi kelapa [sibuh]. Mantra yang digunakan sebagai pengunci agar janin tidak keguguran diawali dengan Om sebagai pemujaan kepada Siwa, lalu dilanjutkan dengan untaian kalimat yang ditujukan kepada Alah dan Muhamad. Fakta penggunaan kombinasi mantra Hindu dengan Islam tersebutlah yang menyebabkan di awal tulisan ini dinyatakan ada tenunan ajaran yang rapat.  

Tidak hanya dalam bidang pengobatan, pustaka lontar Kanda Wesi yang menguraikan kesejajaran filosofis antara besi yang ada di alam dan di sarira manusia juga menunjukkan nuansa Islami. Ketika menjelaskan mengenai saudara mistis manusia yang terdiri atas I Jabrail, I Mekail, I Srapil, I Raman, dan I Katibin, pustaka itu menyebutkan cara untuk mengajak mereka makan bersama dengan ungkapan berikut.

I Jabrail, I Mĕkail, I Srapil, I Ramān, I Katibin, ĩki ñama pĕtpĕt, ragāne di tngah. Ngaturin madhahār, bisĕmilah, ĩka ngaturin madhahar.

Penggunaan kata bisĕmillah dalam petikan di atas menegaskan adanya sisipan doa yang merujuk ke agama Islam dalam tradisi mistis Bali. Sebagai bukti penguat masuknya unsur-unsur Islami dalam pustaka lontar Bali, mari kita baca bagian dari Geguritan Nengah Jimbaran karya yang juga diduga karya Cokorda Denpasar. Karya sastra yang berbahasa Melayu tersebut menceritakan kisah seorang tokoh bernama Nengah Jimbaran. Ia ditinggal mati oleh istrinya akibat penyakit kolera yang mewabah di Denpasar. Karena mendapatkan petunjuk dari seorang kakek tua, Nengah Jimbaran berhasil bertemu dengan badan astral istrinya. Sebelum bertemu, kakek tua menasihatinya agar tidak berkata apapun ketika pertemuan berlangsung. Saat itu Nengah Jimbaran menjawab dengan ucapan berikut.

Hamba junjung sribu junjung, ingĕtkĕn di dalĕm hati, insaallah jangan lupa, berkatnya tuan sendiri, orang tua lantas jalan, perlahan ke atas naik.

Kata insaallah di atas menjadi penguat yang cukup meyakinkan bahwa dalam tradisi literasi Bali, nuansa Islami masuk menjadi pelangi yang memperkaya peradaban batin Bali. Lalu kenapa ajaran-ajaran itu menubuh dalam warisan pustaka-pustaka lontar Bali? Agaknya di masa lampau para intelektual-spiritual Bali melakukan semacam studi komparatif terhadap berbagai ajaran, termasuk Islam. Mereka juga tidak hanya mendalami ajaran yang tersedia dalam khazanah agamanya sendiri sehingga menjadi kering dan sempit, tetapi juga tekun menjelajahi kekayaan rohani agama lainnya. Kekayaan rohani yang sesuai dengan keyakinannya lalu disinergikan untuk dimanfaatkan dalam kehidupan, tanpa mengubah dasar keyakinan yang telah dianut sebelumnya.

Para spiritual sejati itu seperti petani dengan kemampuan mengidentifikasi gen tumbuhan untuk disambung dengan tumbuhan sejenis yang unggul. Setelah disambung, pohon itu sendiri tidak akan berubah menjadi pohon lain, tetapi mendapatkan keunggulan baru dari sambungan tumbuhan lainnya. Warisan kearifan ini penting  menjadi “tuan rumah di lubuk-lubuk batin” setiap masyarakat Bali dan Indonesia umumnya. Dengan demikian, intoleransi agama yang terjadi belakangan ini akibat dinamika politik bisa diredam. Memang agak utopis, tetapi suatu saat akan lebih gagah rasanya jika para pemuda, anak, cucu kita berani menyatakan, “jika ingin melihat model kerukunan agama” datanglah ke sebuah negara bernama Indonesia.

Selamat idul Fitri.       [T]

Tags: baliIslamlontar
Putu Eka Guna Yasa

Putu Eka Guna Yasa

Pembaca lontar, dosen FIB Unud

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Esai

Diperlukan Oposisi yang Bisa Memuji –Kajian Interpretif Politik

Oposisi dalam khasanah politik adalah partai politik di parlemen yang memiliki posisi berlawanan dengan partai pemerintah yang berkuasa. Oleh karena ...

June 8, 2019
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha
Esai

Berhenti Membicarakan Pandemi

Saya pikir sebagian pembaca yang membaca tulisan ini mungkin sudah bosan membicarakan soal pandemi. Berhenti membicarakan pandemi tidak akan menghentikan ...

July 31, 2020
Tari Gebug Light-Bala Samar dari Komunitas Seni Dewari Swari dan Sekar dari Banjar Mijil, Sidemen-Karangasem
Kilas

Gebug Light-Bala Samar: Keberanian Keluar Dari Ikatan Tradisi

  KOMUNITAS Seni Dewari Swari dan Sekar dari Banjar Mijil, Sidemen-Karangasem, bisa disebut sebagai komunitas seni yang punya keberanian untuk ...

February 2, 2018
Penampilan kolaborasi antara Tambuco, Sanggar Sekar Sakura dan Sanggar Suar Agung di Pesta Kesenian Bali 2016./ Foto: Eka Prasetya
Esai

Kapan Kolaborasi Seni Bisa Pentas di Panggung Ardha Candra pada Pesta Kesenian Bali?

FANTASTIS! Satu kata itu saja sudah cukup menggambarkan peristiwa yang terjadi pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38, pada 25 ...

February 2, 2018
Peristiwa

Di Jakarta Kalah, di Buleleng Menang – Cerita Mini Tentang Agus

PADA Pilkada serentak, 15 Februari 2017, orang Bali, terkhusus di Kabupaten Buleleng, silih-berganti mendengar nama Agus. Sebagian besar dari mereka ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Foto : Dok. Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan
Acara

Lomba Tari Bali dan Lomba Busana | Festival Budaya XI Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan

by tatkala
January 20, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

KEMUNCULAN SERIRIT DALAM PETA BALI UTARA | Kilas Balik Kemunculan Desa-Desa Buleleng Barat

by Sugi Lanus
January 22, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1354) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In