3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nuansa Islami Dalam Pustaka Lontar Bali

Putu Eka Guna YasabyPutu Eka Guna Yasa
May 24, 2020
inEsai
Nuansa Islami Dalam Pustaka Lontar Bali

Ilustrasi foto: Mursal Buyung

363
SHARES

Ĕda suud ngulik sasana, miwah tattwa yan ada mbahang nyilih, Tattwajnyana Darma Putus, miwah Bhuana Kosana lan Asta Maha Jnyana Guna rum, yadin soroh Tutur Selam inger-inger palajahin. — [Geguritan Loda, Pupuh Pangkur: 4]

Jangan pernah berhenti mendalami etika dan filsafat apabila ada yang meminjami, Tattwajnyana, Darma Putus, Bhuana Kosana dan Asta Maha Jnyana Guna rum, walaupunjenis Tutur Selam, dengar-dengar pelajari!

Itulah petikan bagian akhir dari Geguritan Loda, sebuah karya sastra Bali yang memuat tuturan seorang ayah kepada anaknya tentang berbagai ajaran kehidupan (urip) dan kematian (pati). Karena Loda tumbuh menjadi pakuningrāt ‘tiang dunia’ yang pasti akan mengalami berbagai kesulitan dalam mewujudkan kebaikan, ayahnya lalu memberi pesan-pesan yang dapat dijadikan pegangan. Pesan pertama sang ayah kepada Loda adalah menjadikan shastra sebagai ayah dan ibu secara ideologis lalu menekuni filsafat (yan sih cai suba tatas tĕken śāstra, tattwajñānane gulik). Usai membuka dengan nasihat itu, sang ayah mengalirkan berbagai pengetahuan wahya-dhyatmika kepada Loda seperti evolusi mistis aksara, sapta weci, suduk swari, sasana, dan brata. Di penghujung pesan, Loda disarankan oleh sang ayah agar tidak pernah berhenti mempelajari berbagai teks tattwa seperti Tattawajnyana, Dharma Putus, Bhuwana Kosa, Asta Mahajnyana Gunarum, termasuk juga Tutur Islam.   

Kenapa karya sastra yang banyak mengulas aspek wahya-diatmika itu menyarankan pembaca karyanya untuk mempelajari juga ajaran-ajaran Islam? Apakah itu hanya merupakan ungkapan motivasi agar seseorang melakukan studi perbandingan lintas keyakinan? Ataukah nun jauh di dasar kedalaman pencarian keilahian, anasir-anasir Islami memang bertemu dengan ajaran Hindhu dalam sistem peradaban batin Bali?

Sejumlah pertanyaan itu boleh jadi membayang dalam pikiran pembaca ketika dalam satu teks yang secara dominan memuat ajaran Hindhu juga berisi ajakan untuk mempelajari tutur Islam. Di sisi lain, ajakan itu seakan bertolak belakang dengan narasi sejarah seperti yang terkandung dalam Babad Dalem. Bersumber dari karya sastra yang menceritakan pergolakan politik pada masa Bali Tengahan itu, kita dapat mengetahui bahwa pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong sekitar abad XVI di Gelgel, usaha untuk mengislamkan Pulau Bali seperti wilayah-wilayah lainnya di Nusantara konon telah diupayakan melalui jalur dialogis.

Babad Dalem menarasikan adanya utusan dari Mekah yang melakukan pendekatan kepada Dalem Waturenggong agar berkenan beralih keyakinan. Ketika dua utusan sampai di balairung kerajaan seraya menyampaikan tujuannya, Dalem Waturenggong lalu memberikan tantangan. Isi tantangannya adalah apabila mereka berhasil memotong bulu tangan raja maka semua permohonan mereka akan dikabulkan. Sama seperti yang pembaca pikirkan, teks yang diproduksi di Bali itu mengisahkan sang utusan tidak dapat menuntaskan tantangan. Mereka pulang dengan damai.  

Ketidakberhasilan utusan dari Mekah dalam menunaikan tugasnya itu adalah cara pengarang Babad Dalem melegitimasi keunggulan Dalem Waturenggong. Babad Dalem yang termasuk genre sastra historiografi lokal Bali ini ingin menegaskan bahwa pada masa kepemimpinan Dalem Waturenggong-lah Bali mencapai puncak kejayaan, baik secara politik maupun peradaban.

Meskipun utusan dari Mekah gagal melaksanakan misinya, anasir-anasir ajaran Islam tetap masuk ke Bali melalui tradisi literasi yang saat itu masih menggunakan media lontar. Warisan sastra Bali menunjukkan bahwa unsur-unsur ajaran Islam terjalin dalam satu tenunan spiritualitas yang rapat dengan sejumlah ajaran Hindu Bali. Dalam bidang pengobatan tradisional, Usadha Manak yang banyak menjelaskan resep-resep pengobatan untuk penyakit  saat seseorang mengandung dan melahirkan penting disimak untuk mengetahui pertemuan dua ajaran itu.

Pustaka tersebut memuat mantra untuk menyembuhkan orang yang sering keguguran dengan campuran bahasa Arab dan mantra yang ditujukan kepada Allah serta Muhamad [ditulis Muhamat]. Untuk meyakinkan, kita cukil beberapa mantranya sebagai berikut.

Nihan tamban krêng ngalabuhang…..Ma, Om tutup kañcing bwana Alah bwana kêling, tutupana gêdong Alah, wuwus pêpêt, śarìrane syanu, têka pêpêt, 3, śa, yeh mawadah sibuh inumakêna, śisanya anggon makoñceng. Pangañcing, ma, Om mang Alah Om mang, kañcing kukañcing Alah, kinañcingan dening Muhamat, apan aku ngadok dewa pamungkah, pangañcing Muhamat, lah ilah, ilêlah, Muhamat darahsululah, śa, yeh añar mawadah sibuh inumakêna, śisanya anggen makoñceng.

Kutipan di atas menunjukkan obat untuk seseorang yang sering keguguran [nglabuhang] menggunakan sarana air yang diwadahi kelapa [sibuh]. Mantra yang digunakan sebagai pengunci agar janin tidak keguguran diawali dengan Om sebagai pemujaan kepada Siwa, lalu dilanjutkan dengan untaian kalimat yang ditujukan kepada Alah dan Muhamad. Fakta penggunaan kombinasi mantra Hindu dengan Islam tersebutlah yang menyebabkan di awal tulisan ini dinyatakan ada tenunan ajaran yang rapat.  

Tidak hanya dalam bidang pengobatan, pustaka lontar Kanda Wesi yang menguraikan kesejajaran filosofis antara besi yang ada di alam dan di sarira manusia juga menunjukkan nuansa Islami. Ketika menjelaskan mengenai saudara mistis manusia yang terdiri atas I Jabrail, I Mekail, I Srapil, I Raman, dan I Katibin, pustaka itu menyebutkan cara untuk mengajak mereka makan bersama dengan ungkapan berikut.

I Jabrail, I Mĕkail, I Srapil, I Ramān, I Katibin, ĩki ñama pĕtpĕt, ragāne di tngah. Ngaturin madhahār, bisĕmilah, ĩka ngaturin madhahar.

Penggunaan kata bisĕmillah dalam petikan di atas menegaskan adanya sisipan doa yang merujuk ke agama Islam dalam tradisi mistis Bali. Sebagai bukti penguat masuknya unsur-unsur Islami dalam pustaka lontar Bali, mari kita baca bagian dari Geguritan Nengah Jimbaran karya yang juga diduga karya Cokorda Denpasar. Karya sastra yang berbahasa Melayu tersebut menceritakan kisah seorang tokoh bernama Nengah Jimbaran. Ia ditinggal mati oleh istrinya akibat penyakit kolera yang mewabah di Denpasar. Karena mendapatkan petunjuk dari seorang kakek tua, Nengah Jimbaran berhasil bertemu dengan badan astral istrinya. Sebelum bertemu, kakek tua menasihatinya agar tidak berkata apapun ketika pertemuan berlangsung. Saat itu Nengah Jimbaran menjawab dengan ucapan berikut.

Hamba junjung sribu junjung, ingĕtkĕn di dalĕm hati, insaallah jangan lupa, berkatnya tuan sendiri, orang tua lantas jalan, perlahan ke atas naik.

Kata insaallah di atas menjadi penguat yang cukup meyakinkan bahwa dalam tradisi literasi Bali, nuansa Islami masuk menjadi pelangi yang memperkaya peradaban batin Bali. Lalu kenapa ajaran-ajaran itu menubuh dalam warisan pustaka-pustaka lontar Bali? Agaknya di masa lampau para intelektual-spiritual Bali melakukan semacam studi komparatif terhadap berbagai ajaran, termasuk Islam. Mereka juga tidak hanya mendalami ajaran yang tersedia dalam khazanah agamanya sendiri sehingga menjadi kering dan sempit, tetapi juga tekun menjelajahi kekayaan rohani agama lainnya. Kekayaan rohani yang sesuai dengan keyakinannya lalu disinergikan untuk dimanfaatkan dalam kehidupan, tanpa mengubah dasar keyakinan yang telah dianut sebelumnya.

Para spiritual sejati itu seperti petani dengan kemampuan mengidentifikasi gen tumbuhan untuk disambung dengan tumbuhan sejenis yang unggul. Setelah disambung, pohon itu sendiri tidak akan berubah menjadi pohon lain, tetapi mendapatkan keunggulan baru dari sambungan tumbuhan lainnya. Warisan kearifan ini penting  menjadi “tuan rumah di lubuk-lubuk batin” setiap masyarakat Bali dan Indonesia umumnya. Dengan demikian, intoleransi agama yang terjadi belakangan ini akibat dinamika politik bisa diredam. Memang agak utopis, tetapi suatu saat akan lebih gagah rasanya jika para pemuda, anak, cucu kita berani menyatakan, “jika ingin melihat model kerukunan agama” datanglah ke sebuah negara bernama Indonesia.

Selamat idul Fitri. [T]

Tags: baliIslamlontar
Previous Post

“Herd Immunity” yang Kita Harapkan

Next Post

Duta Bahasa Provinsi Bali 2020, Hery dan Trisna Bukan Kaleng-Kaleng

Putu Eka Guna Yasa

Putu Eka Guna Yasa

Pembaca lontar, dosen FIB Unud, aktivitis BASAbali Wiki

Next Post
Duta Bahasa Provinsi Bali 2020, Hery dan Trisna Bukan Kaleng-Kaleng

Duta Bahasa Provinsi Bali 2020, Hery dan Trisna Bukan Kaleng-Kaleng

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co