Sejak pertengahan Maret 2020, pandemik Covid-19 atau Corona yang dialami hampir seluruh bagian dunia akhirnya mulai menjalar ke Indonesia termasuk juga Bali sehingga pemerintah provinsi Bali mulai mengeluarkan surat edaran untuk work from home- WFH (kerja dari rumah) dan tentu juga belajar dari rumah. Sekolah dan kampus ditutup dan semua aktivityas dilakukan secara daring (dalam jaringan).
Stay at home, work from home mulai diberlakukan. Di sisi lain, bagi mereka yang tidak bisa WFH ada yang masih tetap bekerja, namun bagi yang perusahaannya terpaksa merumahkan pegawainya, mereka memang benar-benar stay at home dan jika tidak bisa mengambil alternatif pekerjaan lain, dampaknya adalah kekecewaan dan kesedihan yang mendalam.
Bagi mereka yang bisa WFH, yang dirumahkan (atau mungkin diPHK) ataupun yang masih tetap bekerja, keadaan ini tetap memberi dampak positif dan negatif, jika kita mampu mencermati bahwa segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Richard Carlson, Ph.D., dalam bukunya don’t sweat the small stuff in love, jangan meributkan masalah kecil dengan pasangan anda, mengatakan bahwa pikiran manusia sungguh ajaib.
Artinya, apa pun yang dicarinya kemungkinan besar akan ditemukannya. Jadi, jika kita mencari keburukan, keburukanlah yang kita temukan. Untuk membuat kita kebal frustrasi terhadap berbagai masalah yang muncul adalah dengan cara mencari hikmah dari setiap masalah.
Situasi pandemik saat ini yang mengharuskan setiap orang untuk stay at home untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 ini. Hal ini cendrung memunculkan ketidakharmonisan dalam hubungan keluarga. Dapur dan kamar tidur yang menjadi basis utama aktivitas keluarga seyogyanya ditata dengan baik untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena himpitan Covid-19 ini.
Dapur adalah bagian dari rumah tangga yang membutuhkan financial untuk menghidupi keluarga dan kamar tidur adalah tempat beristirahat yang akan tetap nyaman jika masing-masing anggota keluarga bisa tetap saling menyayangi dan menghormati dalam situasi sulit terhimpit Corona. Dapur dan kamar tidur harus tetap dijaga dengan baik dengan cara mencari hikmah dari masalah yang ada. Hikmah paling nyata adalah jalinan kedekatan anatara suami-istri, orang tua-anak yang sebelumnya tidak mungkin bisa 24 jam bersama.
Selain itu, setiap orang akan semakin mendekatkan diri pada Tuhan dan rasa takut akan keadaan buruk himpitan Corona akan membuat setiap orang melakukan kontemplasi dan merenung akan makna hidup yang akan memunculkan compassion atau rasa keprihatinan pada sesama.
Dengan melihat hikmah dari masalah corona, seorang istri yang tadinya tidak bekerja, karena suaminya di-PHK akhirnya memutuskan berjualan canang untuk menghidupi keluarganya, sehingga sang suami menjadi terharu dan semakin mencintai istrinya. Dapur mereka bisa menyala untuk menghidupi keluarga, kamar tidurpun menjadi tertata karena bertumbuhnya rasa cinta dan kasih sayang dalam keluarga.
Jangan biarkan Corona menghimpit dapur dan kamar tidur hanya karena kita marah dan frustrasi dengan keadaan sehingga dapur terbengkalai karena masing-masing melakukan hal-hal tidak benar saat bosan atau jenuh dengan keadaan mendekam di dalam rumah yang membuat kamar tidur pun menjadi panas dan tidak bisa memberikan kenyamanan saat harus berbaring. Kontrol diri untuk tetap berada di rumah memerlukan upaya tinggi dan semua harus yakin bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Jadi, himpitan Covid-19 ini pun akan segera berlalu.
Corona tidak akan menghimpit lagi jika setiap keluarga bersatu padu, bahu membahu melawan corona dengan saling mengasihi dan saling menguatkan yang dimulai dari keluarga terkecil di dalam sebuah rumah tangga, dengan melihat hikmah dari keadaan pandemik ini untuk mulat sarira, kontemplasi, melihat ke dalam diri untuk menjadi manusia yang lebih baik dengan cara merendahkan hati lebih kusuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta sehingga hati dan pikiran menjadi lebih jernih untuk melihat dan mensyukuri segala keadaan yang diberikan olehNya.
Ketika kekuatan di masing-masing keluarga kecil telah terbangun, kekuatan besar bangsa ini dalam mengahadapi pandemik ini akan dapat terwujud sehingga tidak akan ada lagi air mata yang jatuh untuk nyawa yang terenggut oleh Corona, namun hanya aka nada air mata haru dan bahagia karena menyadari betapa indahnya mengasihi dan berbagi dengan sesama. [T]