Humor secara umum dapat didefinisikan sebagai hal yang mengandung kelucuan bagi seseorang sehingga orang tersebut merasa terhibur bahkan dapat meyebabkan orang itu tertawa. Humor umumnya didefinisikan sesuatu yang digunakan orang untuk membuat orang lain tertawa Hal yang lucu bisa dalam bentuk lelucon, kartun, permainan kata, cerita lucu dan kemampuan seseorang untuk melakukan kelucuan (Ruch,1998). Namun, fungsi humor berbeda disesuaikan dengan konteks. Misalnya stand-up comedymelibatkan seorang komedian yang tampil di atas panggung dengan tujuan membuat penonton tertawa. Kemampuan untuk mencapai tujuan ini juga merupakan indikator utama dari komedian yang baik atau buruk (Keisalo,2018). Keisalo mencatat bahwa komedian biasanya menimbulkan tawa melalui penyampaian isu dari sudut pandang pribadi.
Politisi terkadang juga menggunakan humor dalam pidato publik. Tujuan memunculkan tawa bukanlah tujuan utama pidato publik politisi. Politisi dapat menggunakan humor untuk membuat pidatonya berkesan, membangun hubungan dengan audien, menunjukkan keramahan, atau untuk mengurangi reaksi negatif pada saat mengkritik lawan politik (Meyer, 2000). Dengan kata lain, politisi dapat menggunakan humor dalam pidato publik agar penyampian pidato lebih bersifat persuasif. Dalam konteks belajar mengajar, humor digunakan untuk membantu atau memfasilitasi pembelajaran di ruang kelas (Chabeli, 2008; Garner, 2006). Humor membantu atau memfasilitasi guru dalam memperoleh dan mempertahankan perhatian siswa dan membantu siswa siswa tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran (Benjelloun, 2009). Humor juga membantu menjaga reputasi guru yang baik, membangun dan memelihara hubungan yang baik antara guru dan siswa, sehingga pembelajaran dapat berlansung dengan rileks.
Saat ini penggunaan humor dalam bentuk meme digunakan oleh para netizen untuk mengkritik kebijakan pemerintah, mengolok-olok pernyataan politisi dan bahkan meme tentang covid 19. Pandemi covid 19 menyedot perhatian masyarakat di seluruh dunia. Berita tersebut menimbulkan keresahan bahkan ketakutan. Covid 19 merupakan pandemi yang sangat mematikan. Berita-berita berkaitan dengan covid 19 disiarkan baik melalui media cetak maupun media online. Suguhan berita itu membuat masyarakat menjadi cemas. Pandemi ini telah merenggut nyawa puluhan ribu. Berita itu tentu membuat masyarakat menjadi semakin cemas dan ketakutan.
Kondisi psikologis masyarakat terkadang tidak rasional. Petugas medis yang berjuang menyelamatkan pasien teinfeksi covid 19 mendapat perlakukan yang tidak manusiawi. Ini merupakan bentuk kepanikan masyarakat. Kepanikan tersebut mungkin diakibatkan oleh pengetahuan masyarakat yang masih minim tentang cara penyebaran covid 19.
Anjuran stay at home, work from home, social distancing, physical distancing dan sekarang diambil kebijakan dengan menerapkan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) memengaruhi keadaan psikologis masyarakat. Masyarakat cemas sampai kapan keadaan mencekam tersebut berakhir. Namun di tengah merebaknya covid 19 masih ada orang yang menghibur masyarakat dengan membuat meme lucu berkaitan dengan covid 19.
Kelangkaan masker di masyarakat diakibatkan oleh tindakan orang yang tidak bertanggungjawab. Mereka menyetok masker dan menjual kembali dengan harga mahal. Bagi pembuat meme, kelangkaan masker bukan akibat masker distok tetapi kelangkaan masker diakibatkan oleh kaum wanita memakai masker sebagai ganti dari bra. Meme ini dapat menghibur masyarakat dan memberikan efek rileks kepada masyarakat.
Akibat kelangkaan masker, masyarakat menggunakan serabut kelapa sebagai masker. Ide kreatif ini tentu membuat masyarakat merasa terhibur. Meme ini sekaligus memberikan kritik secara santun kepada pemerintah bahwa pada saat ini masker langka di pasaran dan harga masker melonjak naik.
Plato, Cicero, Aristoteles, dan Francis Bacon (dalam Gauter, 1988) mengatakan bahwa orang tertawa apabila ada sesuatu yang menggelikan dan di luar kebiasaan. Meme di atas tentu menggelikan bagi orang yang melihat dan merupakan tindakan yang tidak biasa menggunakan serabut kelapa sebagai masker.
Hasan dalam tulisan Humor dan Kepribadian (1981) membagi humor dalam dua kelompok yaitu: (1) humor pada dasarnya berupa tindakan agresif yang dimaksudkan untuk melakukan degradasi terhadap seseorang; (2) humor adalah tindakan untuk melampiaskan perasaan tertekan melalui cara yang ringan dan dapat dimengerti, serta mengakibatkan kendornya ketegangan jiwa. Meme tersebut di atas disampaikan untuk melampiaskan perasaan seseorang dalam menyikapi kelangkaan masker.
Himbauan untuk melakukan social distancing dan physical distancing telah disampaikan pemerintah. Masyarakat mematuhi arahan tersebut sehingga himbauan itu dapat memutus penyebaran covid 19. Himbauan ini tentu sulit dilakukan oleh ojek online (ojol) dan pengguna motor. Humor yang dibuat untuk menggambarkan keadaan seperti itu adalah dengan membuat meme seperti ini.
Tampak dalam gambar sepasang kekasih berkendara dengan menjaga jarak. Meme tersebut mengakibatkan orang yang melihat tersenyum atau tertawa. Senyum dan tawa juga diakibatkan oleh cara tukang cukur memotong rambut pelanggannya. Tukang cukur menggunakan tongkat untuk menjaga jarak dengan pelanggannya yang sedang dipotong rambutnya.
Danandjaya (dalam Suhadi, 1989), mengatakan bahwa fungsi humor yang paling menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri seseorang. perasaan itu bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti ketidakadilan sosial, persaingan politik, ekonomi dan kekangan dalam kebebasan gerak, atau kebebasan mengeluarkan pendapat. Apabila dicermati meme di atas, tujuannya adalah untuk menyalurkan perasaannya dan memberikan respon terhadap arahan melakukan social distancing. Meme di atas bukan ditujukan untuk mengolok-olok. Tujuannya adalah untuk menghibur dengan menafsirkan social distancing dengan cara mencukur dengan menggunakan tongkat untuk menjaga jarak.
Salah satu cara yang dilakukan untuk memutus penyebaran covid 19 dengan melakukan lockdown. Langkah itu telah dilakukan oleh beberpa negara. Anjuran pelaksanaan lockdown agar diambil pemerintah untuk memutus penyebaran covid 19. Lockdown diplesetkan menjadi download, slowdown, lock dont, lockdown ( lock’kunci’, down ‘di bawah’ jadi lockdown artinya kunci di bawah keset)
Plesetan lockdown menimbulkan efek humor. Pembaca akan tersenyum membaca itu. Hal ini tentu mengakibatkan rasa senang. Ada waktu sejenak melupakan ganasnya covid 19.
Upaya mencegah wabah akibat Covid-19 di Bali dilakukan secara sekala dan niskala. Secara sekala dilakukan dengan stay at home, work from home, social distancing , dan physical distancing. Secara niskala dilakukan dengan mengadakan ritual di lebuh pekarangan dengan menghaturkan nasi wong-wongan, ulam bawang jahe dan garam beralas pucuk daun pisang dengan ketentuan. Kepala berwarna putih, tangan kanan berwarna merah, tangan kiri berwarna kuning, badan berwarna manca warna, dan kaki berwarna hitam seperti foto berikut ini.
Apakah karena kreativitas masyaraka terlalu tinggi atau masyarakat campahsehingga bentuk nasi wong-wongan bervariasi seperti foto di bawah ini.
Bentuk nasi wong-wongan tersebut beredar di media online dan mendapat beragam komentar dari para netizen di Bali (khususnya yang beragama Hindu). Terlepas dari apakah kreativitas itu campah atau tidak, variasi bentuk nasi tersebut dapat membuat netizen tersenyum di tengah merebaknya pandemi covid 19.