30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Merdeka Belajar ala “English Corner” di Desa Sidatapa, Buleleng, Bali

Putu Hendra Mas MartayanabyPutu Hendra Mas Martayana
March 27, 2020
inKhas
Merdeka Belajar ala “English Corner” di Desa Sidatapa, Buleleng, Bali

Kegiatan penelitian lapangan Mata Kuliah Manajemen Pariwisata Program Studi Pendidikan Sejarah Undiksha di Desa Sidatapa, Banjar, Buleleng, Bali

206
SHARES

Selama dua periode kepemimpinan Presiden Jokowi, pembangunan manusia dan pelestarian lingkungan tidak atau bukan menjadi prioritas. Sebagai gantinya, pemerintah lebih menekankan kepada pembangunan infrastruktur. Alasannya merujuk kepada selama kurang lebih 70-an tahun Indonesia merdeka, aneka fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, pasar, jalan, jembatan, bendungan, dan waduk masih kalah secara kuantitas dan kualitas dengan negara lain. Jangankan untuk bersaing secara global, di tingkat Asia Tenggara saja kita masih kalah dengan Singapura, Malaysia, Thailand bahkan Vietnam yang usianya lebih muda.

Untuk meraih legitimasi moral dari masyarakat Indonesia, dalam setiap pidatonya, Bapak Presiden Jokowi menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang menjadi agenda pemerintah mengandung unsur pancasila yakni sila ketiga dan sila kelima. Sila ketiga bermakna bahwa infrastruktur berfungsi menyatukan ragam sosial yang pernah tercabik-cabik dendam di masa lalu. Pertemuan ragam sosial yang diinisiasi oleh infrastruktur itu diharapkan bermuara pada sila kelima yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh sebab itu, akan menjadi dilema besar bagi bangsa besar seperti Indonesia dengan ribuan pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke hanya memiliki sedikit fasilitas publik.

Meski demikian, pembangunan infrastruktur yang sedang berlangsung dan otomatis menjadi corong misi pembangunan Indonesia yang berkelanjutan nampaknya kurang memperhatikan etika lingkungan. Akibatnya, kita mengalami krisis lingkungan yang serius. Jika tidak segera disikapi dengan bijaksana, maka bukan tidak mungkin negeri yang diwariskan oleh pejuang di masa lalu melalui pengorbanan yang berdarah-darah ini tidak lagi nyaman untuk ditempati. Visi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur namun tanpa didasari etika lingkungan yang memadai hanya akan menghasilkan kesejahteraan masyarakat yang semu dan berjangka pendek.

Sejalan dengan itu, bidang pembangunan manusia di mana pendidikan menjadi ujung tombaknya belum memperlihatkan gebrakan-gebrakan berarti yang mampu menstimulus kegairahan intelektual. Tenaga, waktu, dan materi lebih banyak dihabiskan untuk menghasilkan perdebatan ketimbang mengupayakan jalan alternatif. Pada akhirnya, jargon “revolusi mental” yang sempat viral saat itu terkesan hanya menjadi lip balm (pemanis bibir) semata.

Stagnasi, alih-alih kemunduran prestasi dunia pendidikan kita tergambar jelas dengan hasil survey sebuah lembaga internasional bernama The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang melakukan evaluasi terhadap kemampuan akademik para murid dari berbagai negara menggunakan sebuah sistem yakni Programme for International Student Asessment (PISA).

Berdasarkan laporan PISA terbaru yang hasilnya keluar pada hari Selasa 3 Desember 2019 didapati hasil bahwa skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 negara dari 77 negara. Skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, sedangkan skor sains ada di peringkat 70 dari 78. Tiga skor itu kompak menurun dibanding hasil tes PISA 2015. Dengan melihat gejala pembusukan alih-alih kemunduran pada sistem pendidikan kita yang dibuktikan dengan penurunan kompetensi peserta didik dari tahun ke tahun, nampaknya bidang pendidikan perlu segera mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.

Di tengah keringnya narasi tentang pendidikan dan lingkungan, ditambah minimnya agen perubahan sosial yang mampu menjadi penggerak dan pembeda di masyarakat, Komunitas Belajar English Corner (ECOR) yang berlokasi di Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar Buleleng Bali lahir sebagai sebuah gerakan belajar yang mampu memadumadankan kedua aspek itu.

Sejak didirikan pada 19 Januari 2019 atas inisiatif Bapak Wayan Ariawan, ECOR didedikasikan memberikan pendidikan bahasa Inggris secara gratis, bersifat non profit. Di samping itu juga menumbuhkan sense of ecological self melalui kegiatan-kegiatan berdaya lingkungan. Terakhir, kehadiran ECOR merupakan respon terhadap penetapan Desa Sidatapa menjadi desa wisata di Kecamatan Banjar sejak tahun 2017.

Sebelum berkembang menjadi sebuah komunitas belajar yang telah memiliki banyak cabang di seluruh Bali, proses awal pendirian ditempuh melalui jalan yang tidak mudah. Stigmatisasi sosial masyarakat yang terbentuk karena prosesualisasi sejarah dan lingkungan adalah persoalan rumit yang dihadapi. Sejak Majapahit menguasai Bali di tahun 1343 Masehi, warga Desa Sidatapa adalah salah satu dari sekian banyak desa pegunungan Bali yang menjadi pelopor penolakan penetrasi politik Jawa.

Mereka mewakili peradaban pra Majapahit, atau Bali Kuno yang hingga saat ini masih tetap dilestarikan terutama dalam tiga wujud kebudayaan, yakni mentifact, socialfact, dan artifact. Oleh karena letaknya di kawasan perbukitan sehingga menjadi benteng alami yang sulit ditembus musuh, di samping keahlian berperang yang dimiliki, menyebabkan usaha-usaha penetrasi Majapahit selalu mengalami kegagalan. Prosesualisasi historis itulah yang kemudian membentuk karakteristik warga Desa Sidatapa yang diperkuat dengan streotipisme dari masyarakat desa lain yang menganggapnya sebagai pribadi yang kaku, antisosial, tidak ramah, dan lekas marah. Akibatnya warga Desa Sidatapa selalu menaruh curiga dengan sesuatu yang “asing”.

Namun, melalui pendekatan persuasif yang dilakukan secara terus menerus, derajat penerimaan dan persepsi sosial masyarakat berubah. Pada akhirnya warga Desa Sidatapa mendukung sepenuhnya kehadiran Komunitas Belajar English Corner di desanya. Sebaliknya, kehadiran English Corner dengan aktivitas pendidikan dan gerakan lingkungan secara tidak langsung mencairkan stigma negatif yang selama ini dilabelkkan kepada warga Desa Sidatapa.

Bentuk dari dukungan itu misalkan dengan menyediakan tempat belajar bagi siswa-siswi komunitas, menjaga kenyamanan dan rasa aman bagi para tutor asing serta turis yang berkunjung ke desa. Beberapa warga desa bahkan menawarkan rumahnya untuk ditinggali para tutor asing yang berasal dari luar negeri. Dengan menciptakan rasa aman dan nyaman, turis betah berada di desa. Di samping itu bisa menjadi ajang latihan bagi siswa binaan untuk mengaktualisasikan keterampilan berbahasa Inggrisnya.

Komunitas Belajar English Corner tidak memiliki gedung. Mereka belajar di mana saja. Halaman rumah penduduk, di balai desa, pelataran pura, pantai  bahkan di hutan atau kebun cengkeh. Pelayanan pendidikan diberikan tanpa memungut biaya sepeserpun. Para pengajar atau tutor bersifat relawan atau voluntir. Mereka yang menjadi tutor kadang tidak hanya menyumbangkan tenaga, waktu dan kecerdasannya, tetapi juga sebagian materinya untuk kelangsungan komunitas. Tutor bisa berasal darimana saja tergantung kesedian untuk mengabdi. Beberapa di antaranya bahkan berasal dari luar negeri seperti Jepang, Inggris, Skotlandia, Prancis, Spanyol, Belanda, Jerman dan beberapa negara Skandinavia.

Ada dua motif orang luar negeri berniat menjadi relawan tutor. Pertama menghabiskan liburan, kedua melakukan penelitian. Calon tutor baik lokal maupun asing mendaftar melalui dua laman web Desa Sidatapa yakni http://sidatapaenglishcorner.com dan http://baliagavillage.com yang dikelola langsung oleh pendirinya Bapak Wayan Ariawan. Alamat http://sidatapaenglishcorner.com membawahi 41 corner yang tersebar di seluruh Bali, sedangkan alamat web http://baliagavillage.com memberikan gambaran informatif tentang 5 desa Bali kuno yakni SCTPB meliputi Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa, dan Banyusri,

Terkait dengan model atau rujukan pedagogik, Komunitas Belajar English Corner tidak terikat kurikulum tertentu. Dalam teks ideal, ketika komunitas ini pertama kali digagas, anak-anak belajar tanpa kurikulum. Mereka belajar secara bebas dan mengalir sehingga diharapkan tidak terbebani oleh formalitas kurikulum pendidikan yang sudah didapatkan di sekolah. Terpenting anak-anak belajar bahasa asing yang sifatnya praktis dan komunikatif tanpa embel-embel grammar.

Meski disebutkan tanpa menjadikan kurikulum tertentu sebagai role model, amatan saya ketika mengunjungi komunitas ini pada bulan Oktober 2019 dalam rangka penelitian lapangan pada Mata Kuliah Manajemen Pariwisata Program Studi Pendidikan Sejarah Undiksha, dapat disimpulkan bahwa proses pengajaran mengadopsi konsep Catur Asrama.

Di India kita mengenal tokoh pendidikan Rabindranath Tagore yang mendirikan rumah belajar Santiniketan. Di Amerika Latin bergaung nama Paulo Freire yang namanya sering dicatut ketika berbicara pendidikan kritis. Di Indonesia kita mengenal salah satu tokoh dari Tiga Serangkai, Ki Hadjar Dewantoro yang mendirikan Taman Siswa. Lalu di Bali ada pola pengajaran yang mengadopsi pemikiran pada pustaka suci Hindu yang disebut Catur Asrama.

Pada beberapa kondisi, Catur Asrama kadang dilekatkan pula pada falsafah lokal Tri Hita Karana untuk menguatkan identitas kebalian. Adapun unsur-unsur penting dari Catur Asrama itu meliputi, pertama, brahmacariberarti pencarian ilmu pengetahuan yang diwujudkan dengan belajar mandiri. Kedua, grahasta bermakna hidup berumah tangga yang diwujudkan dengan belajar kelompok. Ketiga, wanaprasta berarti kontemplasi diri diwujudkan dengan evaluasi belajar. Keempat biksukaberarti lepas dari kehidupan duniawi yang diwujudkan dengan aktualisasi keterampilan berbahasa Inggris di hadapan turis.    

Dalam konteks pendidikan masa kini bermodalkan konsep Catur Asrama dipadukan dengan Filsafat Tri Hita Karana, ECOR telah lebih dulu melahirkan gagasan merdeka belajar dibanding ketika gagasan itu pertama kali digodok pasca Pilpres 2019 oleh struktur Kemendibud yang baru.

Beberapa tipe merdeka belajar yang diimplementasikan itu meliputi; Pertama, merdeka pikiran yaitu belajar bebas dan mengalir. Siswa tidak dituntut keberhasilan kognitif, psikomotorik dan afektif seperti yang diprasyaratkan oleh kurikulum negara. Teori dan latihan bersifat kontemplatif. Kedua, merdeka biaya bahwa ide awal pendirian komunitas bersifat non profit yang dilandasi pengabdian kepada masyarakat untuk memberikan pendidikan gratis bagi generasi muda. Terakhir, merdeka lingkungan bahwa aktivitas belajar yang dilakukan di ruang-ruang bebas itu tidak hanya menyentuh ranah intelektual, namun juga memberikan pemahaman visual tentang arti penting menjaga kelestarian lingkungan, misalnya diadakan kegiatan bersih pantai, gerakan menanam pohon, pelatihan ecobrick, mengumpulkan botol plastik dan lain-lain.

Gerakan kepemudaan seperti English Corner selayaknya mendapat apresiasi tinggi dari pemerintah dan masyarakat. Mereka merupakan potret dari sebagian kecil pemuda kita yang gelisah melihat kondisi sosial di sekitarnya. Kegelisahan itulah yang menghidupkan dan mengaktifkan kreasi serta inovasi dalam dirinya sehingga bisa menjadi teladan bagi pemuda lain yang diharapkan mampu melahirkan gerakan serupa. [T]

Tags: bulelengDesa SidatapaPendidikanpendidikan merdekaSidatapa English Corner
Previous Post

Imajinasi John Lennon Kini Seakan Nyata: Tak Ada Negara, Agama dan Surga – [Kontemplasi #dirumahaja]

Next Post

Kaukah itu Aku? – [Catatan Teater “Kaukah itu, Ibu?” di Mahima March March March]

Putu Hendra Mas Martayana

Putu Hendra Mas Martayana

Lahir di Gilimanuk, 14 Agustus 1989, tinggal di Gerokgak, Buleleng. Bisa ditemui di akun Facebook dan IG dengan nama Marx Tjes

Next Post
Kaukah itu Aku? – [Catatan Teater “Kaukah itu, Ibu?” di Mahima March March March]

Kaukah itu Aku? – [Catatan Teater “Kaukah itu, Ibu?” di Mahima March March March]

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co