31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Covid-19, Siswa Belajar di Rumah, Sapi Masuk Sekolah, dan Renungan Sekolah Alam

Wayan PaingbyWayan Paing
March 18, 2020
inEsai
Covid-19, Siswa Belajar di Rumah, Sapi Masuk Sekolah, dan Renungan Sekolah Alam

Sapi masuk sekolah di sebuah desa di pedalaman Karangasem [Foto Wayan Paing]

43
SHARES

Akibat Covid-19, siswa dirumahkan, eh, diputuskan untuk belajar di rumah. Banyak cerita yang terjadi saat anak-anak sekolah harus belajar mandiri di rumah masing-masing.

Misalnya guyonan saat resah kadang bisa sadis. Misalnya, ada yang berkata, “Siswa tidak ke sekolah, belajar di rumah. Bagaimana dengan guru dan pegawai? Guru dan pegawai yang belum meninggal, tetap ke sekolah?” [Guyonan yang keterlaluan seperti itu, kadang bikin stress hilang].

Terjadi juga perdebatan, yang boleh juga disebut guyonan. Misalnya perdebatan mengenai tidak ke luar rumah dan bekerja dari rumah. Lalu, mengapa guru harus ke sekolah? Ada juga yang menanggapi, “Paginya buru-buru dan siangnya menunggu!”

Itu karena guru dan pegawai diolah [baca: diatur] oleh satu barang digital yang bernama finger scan. Benda “pembunuh” satu itu, memang menjadi momok tersendiri sejak mulai diberlakukan. “Pembunuh”? Iya, konon, jika benda itu tidak menyimpan data kehadiran guru di sekolah, tunjangan hidupnya akan ditiadakan.

Tunjangan hidup ditiadakan, bukankah akan merobohkan hidupnya?

Ahh, hanya guyonan kecil yang tampak serius saja bagi beberapa orang. Tapi, ada juga yang menafsirkan, bagi sebagian besar orang, bahwa itu hal serius. Guyonan yang serius.

Dan begitulah, ketika siswa diputuskan oleh pemerintah untuk belajar di rumah, guru-guru tetap pergi ke sekolah. Di sekolah saya juga, di sebuah sekolah terpencil di sebuah desa kecil yang begitu dekat dengan alam di pedalaman Karangasem, Bali.

Sebagai guru, saya masuk juga. Ritual dijalankan. Paginya buru-buru untuk absen finger scansebelum jam tujuh. Lalu, memang harus menunggu, minimal sampai jam 13.15. Jika tidak, kehadiran mereka akan dicatat tidak wajar oleh alat tersebut.

Kadang-kadang geli sendiri dibuatnya. Olah barang bangka, diatur benda mati — begitu kata sedikit orang.

Berbagai kegiatan dilakukan mengisi waktu sunyi tersebut. Mulai dari menyapu, menggantikan tugas piket siswa. Ada juga mengambil cangkul untuk membuat tempat berkebun di belakang sekolah. Salah satunya, ke dapur, membuat air hangat untuk membuat kopi dan teh bagi yang lainnya.

Tidak ada yang aneh pada semua kegiatan itu. Masyarakat sekitar yang melintas pun tidak ada yang heran, karena pemberitaan sudah mereka dapatkan melalui media sosial. Semua berjalan wajar dan normal, walau tidak biasa.

Waktu istirahat pun tiba. Menikmati kopi dan teh yang disajikan sehabis bekerja. Di meja taman depan kelas-kelas yang ditutup rapat. Tak banyak cerita yang muncul. Semua sibuk dengan kopi dan tehnya masing-masing. Temannya, tentu saja gadget di tangan yang mulai sibuk menerima sajian aktivitas beraneka ragam hari ini. Tidak lupa membalasnya dengan unggahan aktivitasnya hari ini.

Setelah tidak ada lagi guyonan, atau tak ada juga yang serius dibicarakan, satu per satu akhirnya masuk ke ruang guru untuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Mengecek tugas yang diberikan melalui media daring. Ada juga yang sibuk menyiapkan tugas-tugas berikutnya.

Waktu terasa lama dan membosankan, sebelum akhirnya dari balik jendela melihat ke halaman sekolah. Ada sesuatu yang tak biasa. Lalu, saya alihkan perhatian teman-teman yang tampak sangat serius.

“Bu Mang, ada yang mencari.”

“Siapa?”

“Itu di halaman sekolah!”

Semuanya menoleh ke halaman, lalu meledaklah tawa semua yang ada di ruang guru, ketika melihat dua ekor anak sapi dengan santainya melenggang di halaman sekolah. Bahkan, ketika didekati untuk diambil foto, anak-anak sapi itu bukannya lari, malah mendekat. Padahal belum kenal. Ha ha ha.

Tidak lupa, salah satu diantaranya memberi “imbalan” untuk sekolah. Mungkin hadiah karena diijinkan masuk dan tidak diganggu. Hadiah berupa gundukan kotoran yang dikeluarkannya tanpa beban apalagi malu.

Anak sapi dan kotorannya [Foto Wayan Paing]

Mungkin juga karena tak tega melihat tanah lapang yang tidak ditumbuhi rumput, lalu berinisiatif untuk menyuburkannya. Jika selama dua minggu dilakukan secara teratur, bukan tidak mungkin, rumput akan tumbuh subur apalagi didukung oleh musim hujan saat ini.

Saya ingat teori pembelajaran yang mengatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah mendekatkan siswa dengan lingkungan nyata. Artinya siswa bisa belajar dengan mendekat bahkan menyatu kepada alam.  

Tetapi, selama ini, pembelajaran tentang alam justru lebih banyak dilakukan di dalam kelas, dengan teori-teori dan nama serta istilah-istilah asing.

Ketika sapi masuk sekolah pada saat siswa belajar di rumah, membuat saya kembali merenung soal pembelajaran di alam. Saat kelas-kelas itu kosong, maka sapi [baca; alam] itu datang ke sekolah untuk memberi pelajaran, untuk mengingatkan bahwa sekolah sebenarnya tak bisa dipisahkan dari alam.

Siswa yang belajar di rumah (bukan liburan) kini mungkin bisa belajar pada alam bebas. Apalagi siswa yang rumahnya di tengah tegalan, atau di sebuah desa di balik bukit, di lembah yang alami, dan tak punya koneksi dengan guru-guru secara online.

Mereka bisa kembali mengenal daun-daunan di sekitar rumahnya, misalnya daun yang bisa dijadikan loloh untuk meredakan demam, flu atau sakit kepala.

Ketika dunia begitu modern, sekolah seakan punya sekat kuat antara sekolah dengan alam. Sekolah dipagar tinggi-tinggi agar orang luar, apalagi hewan, tak bisa masuk ke sekolah.

Dan, pada saat merebak kasus Covid 19, kita baru ingat hal-hal yang pernah kita pelajari dari alam, dari leluhur yang begitu dekat dengan alam. Misalnya, loloh, daun-daunan semak yang bisa dijadikan obat.

Sapi yang masuk ke sekolah, ketika banyak anak-anak tak tahu lagi bagaimana sapi menjadi tulang-punggung kehidupan masyarakat Bali di masa lalu, adalah sebuah peringatan, sebuah pelajaran. Ia jadi renungan.

Oh, ya, peristiwa ini bisa juga jadi renungan tentang alam dan pariwisata atau pariwisata dan alam. Sapi itu mungkin minta perhatian. Bahwa pada saat-saat banyak yang cemas akan ambruknya pariwisata, sapi [baca: alam] yang dulu kerap dilupakan, kini sebaiknya diperhatikan dengan amat-amat serius. [T/editor Adnyana Ole]

Tags: alamcovid 19lingkungansekolahsekolah dasar
Previous Post

Halu Masa Lalu; 3 Cerita Pantat Waktu SD, Rasanya Kayak Nano Nano

Next Post

Kisah Hubungan Nusa Penida dan Bali: Dulu Tak Harmonis, Kini Jadi Spirit

Wayan Paing

Wayan Paing

Lahir di Gulinten, 6 April 1983. Menjadi guru di Ababi, Abang, Karangasem. Saat mahasiswa suka sastra dan teater yang kini ingin ditekuninya kembali

Next Post
Kisah Hubungan Nusa Penida dan Bali: Dulu Tak Harmonis, Kini Jadi Spirit

Kisah Hubungan Nusa Penida dan Bali: Dulu Tak Harmonis, Kini Jadi Spirit

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co