- Judul :Politik Kasur, Dengkur & Kubur
- Penulis :I Made Suarbawa
- Penerbit :Mahima Institute Indonesia
- Cetakan Pertama: Oktober 2019
Berbicara mengenai gambar ilustrasi yang tergolong dalam seni visual, memang tidak ada habisnya. Seni ilustrasi selalu mengalami perkembangan di setiap zaman. Seni yang bertujuan menyampaikan pesan melalui gambar ini bisa dikatakan sebagai bentuk karya seni, sekaligus cara berkomunikasi tertua dalam sejarah spesies manusia. Karena pesan yang disampaikan melalui vokal akan mudah hilang dalam ingatan, maka kemudian spesies manusia mulai cara berkomunikasi yang lebih permanen.
Sebelum ditemukannya huruf atau tulisan, manusia bengkomunikasikan pesan melalui gambar. Gambar yang mereka buat di dinding-dinding gua atau bebatuan. Yang menerangkan teknik berburu, bercocok tanam, perang, hingga religi. Dalam perkembangannya, bentuk gambarpun kian mengalami perubahan serta media yang digunakan dalam menunjang gambar. Bentuk gambarnya kemudian mengalami perubahan, mulai lebih mendekati objek nyata, Gambar yang awalnya dua dimensi kini sudah menjadi tiga bahkan empat dimensi. Yang awalnya dibuat di dinding gua, kemudian diukir menjadi relief, dicetak di kertas, hingga dinikmati di gadget.
Menurut saya, Ilustrasi adalah seni dalam bertutur, menyampaikan berbagai macam pesan baik sebuah kenyataan maupun fiksi, yang disampaikan dengan gambar-gambar yang menarik. Ilustrasi tak terbatas hanya gambar dua dimensi, namun dapat disajikan dalam bentuk lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk.
Penggunaan gambar ilustrasi sebagai penjelas pesan tekstual, pertama kali digunakan oleh Gutenberg (1455). Yang menyewa beberapa orang pelukis untuk melukis pesan terpenting dari bukunya. Dan layout yang digunakan masih digunakan sebagai standard untuk buku dan majalah saat ini. Jadi, tujuan ilustrasi adalah untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna. Dalam sebuah karya sastra prosa atau karangan yang ditulis, kehadiran ilustrasi dalam bentuk gambar memiliki arti yang penting. Karya prosa tanpa gambar ilustrasi dan dengan gambar ilustrasi pastinya memiliki kesan yang berbeda bagi pembaca.
Secara sederhana, awalnya kehadiran gambar ilustrasi dalam sebuah cerita digunakan untuk membangkitkan minat pembaca untuk membaca buku cerita yang ada di hadapannya. Namun penggunaan gambar ilustrasi ternyata memiliki fungsi yang jauh dari sekedar pemikat. Gambar ilustrasi dapat memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita. Sehingga karakter yang terbentuk dalam pikiran pembaca semakin menjadi real dan kuat.
Gambar ilustrasi juga memiliki fungsi untuk mengkomunikasikan konsep cerita. Tidak hanya menggambarkan karakter, latar peristiwa, namun setiap konflik dan aktivitas dalam cerita, jika dapat dikomunikasikan dengan baik oleh gambar, akan membantu pembaca memahami konsep cerita dengan lebih mudah. Selain itu kehadiran gambar ilustrasi tentunya mampu menghilangkan rasa jenuh dan bosan saat membaca cerita. Terlebih untuk pembaca pemula atau pada rentang usia anak-anak hingga remaja.
Dalam menyampaikan pesan atau cerita menggunakan gambar ilustrasi, beberapa aspek memang perlu diperhatikan. Baik jenis gambar, teknik yang akan digunakan, maupun pewarnaan. Pemilihan jenis gambar sangat penting, jenis gambar yang digunakan harus disesuaikan dengan cerita dan sasaran pembaca. Beberapa gambar ilustrasi yang saya amati untuk buku puisi umumnya abstrak.
Pada karya fiksi sepeti cerpen umumnya naturalis dan kartun, dengan bentuk yang tegas dan sering kita jumpai. Pada karya ilmiah yang lebih menjabarkan proses dan realitas lebih condong naturalis, meski saat ini gamabar kartun sudah sering juga digunakan. Pada usia anak-anak dan remaja lebih menyukai kartun, daripada naturalis dan abstrak. Penggunaan teknik dalam pembuatan gambar juga harus diperhatikan. Apakah dirasa cukup dengan teknik arsiran dua warna saja, atau banyak warna. Baik dengan menggunakan cat air, pensil warna, bahkan pewarnaan digital dengan software. Yang terpenting, dalam pembuatan gambar ilustrasi yang melibatkan pewarnaan. Penting bagi illustrator untuk mempertimbangkan warna-warna yang akan digunakannya.
Pemilihan warna adalah merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan respon dari calon pembaca. Warna dapat mempengaruhi otak manusia. Otak manusia akan meresponnya dengan mengeluarkan berbagai molekul kimia yang menimbulkan efek metabolik yang berantai pada tubuh. Inilah ekspresi biomolekuler yang biasa kita artikan sebagai respon emosi. Jadi, warna dapat mempengaruhi mood, emosi, sugesti, persepsi, stigma, hingga dijadikan simbol dalam waktu yang lama pada beberapa komunitas manusia.
Macam-macam warna memiliki symbol tersendiri. Dan cerita yang sarat akan konflik yang menggambarkan emosi (suka, duka, lucu, kecewa, harapan, nafsu) akan lebih baik jika dikomunikasikan dengan gambar ilustrasi yang memiliki warna-warna yang sesuai. Pertimbangan warna tidak hanya untuk mengkomunikasikan konsep cerita, namun juga sasaran pembaca. Untuk anak dan remaja akan lebih baik digunakan warna yang cerah dan beragam. Sedang untuk dewasa umumnya lebih simple. Untuk itu, dalam mengkomunikasikan cerita melalui gambar ilustrasi penggunaan warna perlu disusun dan ditata secara tepat.
***
Secara keseluruhan Buku Cerpen berjudul Politik Kasur Dengkur & Kubur karya Made Suarbawa ini bagus, baik secara materi cerita, penulisannya maupun visualisasinya. Ceritanya ringkas, detail dan tidak bertele-tele. Dalam alur yang ringkas, karakter yang disampaikan sudah cukup kuat terbaca.
Mengenai visualisasinya, jika saya diminta untuk memberikan komentar rasanya seperti diminta menuangkan garam pada lautan luas. Dalam artian, kemampuan illustrator apalagi perihal jam terbang di dunia desain visual jauh di atas saya. Yang mempelajari desain grafis secara singkat dan lebih banyak belajar otodidak. Untuk menganalisis visualisasi cerita lebih lanjut, saya mengajak anak didik saya untuk menikmati buku cerpen yang telah diberikan kepada saya. Kami menilai, dengan memposisikan sebagai konsumen yang menikmati sebuah karya seni yang telah dipasarkan.
Beberapa tanggapan kemudian disampaikan anak-anak didik saya, pertama perihal warna. Akan lebih baik jika gambar visualnya dicetak “full colour” tidak dual tone. Tidak hanya untuk membuatnya terlihat lebih menarik bagi pembaca. Tapi kehadiran warna akan lebih menimbulkan emosi dalam psikologi pembaca. Seperti yang saya jabarkan di atas, mengkomunikasikan emosi pada cerita akan lebih kuat dalam pemilihan warna-warna.
Cerita “Langkah besar suri” yang ceritanya lucu menurut kami, akan lebih baik jika ditampilkan dengan warna-warna cerah yang mendominasi. Atau cerita “Anak Kita Selamat” yang menguras emosi kami para pembaca akan lebih baik jika didominasi warna-warna yang menyimbolkan kesedihan dan kecemasan yang tidak melulu disimbolkan dengan warna hitam lebam. Mungkin alasannya masalah “cost” produksi, namun agar dipertimbangkan lagi cara mengatasinya. Beberapa gambar menjadi kurang menarik karena gradasi yang ada menjadi tidak terlihat. Seperti versi digital (e-book) yang saya terima. Khususnya pada gambar ilustrasri untuk cerita “sang peniup seruling” yang hitam pekat dalam versi cetak kertas.
Ada beberapa cerita yang agak panjang, dan menurut saya akan lebih baik lagi jika ditunjang oleh setidaknya dua gambar ilustrasi. Karena satu gambar saja bagi kami masih kurang lengkap menggambarkan alur cerita maupun penguatan karakter. Ada beberapa “adegan” penting dalam cerita yang menyayat emosi sayang jika tidak digambarkan. Setiap konflik, dalam cerita akan lebih kuat dalam menyulut emosi para pembaca. Akan lebih baik menurut kami, jika setiap adegan kegembiraan, kesedihan, air mata, pisang goreng sejuk, pasar yang kumuh, rumah yang terbakar, wayang yang terserak, dapat ditampilkan dalam gambar. Agar gambar dan pewarnaan tetap terlihat lebih jelas dan tegas, saran kami mungkin gambar dibuat dalam bentuk kartun.
Hanya sekian yang dapat kami (saya dan anak-anak didik saya) sampaikan kepada penulis dan illustrator. Penilaian kami memang terbatas dan mungkin juga kurang verified karena didominasi oleh pembaca usia remaja. Namun kami berharap semoga dapat memberikan masukan yang berarti sekaligus awal menyambung silaturrahmi bagi kami penikmat literasi dan seni visual.
Akan tetapi kami paham, bahwa mengenai tampilan visual yang telah dikerjakan illustrator, tentunya sudah melalui konsultasi dan kesepakatan dengan klien (penulis cerpen). Sudah menjadi hukum alam antara klien dan desainer, dan keputusan tetap ada di tangan klien. Kami ucapkan banyak terimakasih. Atas waktu, kesempatan, dan karya seni yang bagus ini. Salam hangat dari kami.[T]