11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Universitas Hindu, I Gusti Bagus Sugriwa dan Lontar

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
February 13, 2020
inEsai
Universitas Hindu, I Gusti Bagus Sugriwa dan Lontar

I Gusti Bagus Sugriwa

544
SHARES

Dua puluh delapan naskah lontar tertera dalam daftar koleksi naskah lontar Perpustakaan Pasca Sarjana IHDN Denpasar [saat saya memeriksa lontar-lontar, masih bernama IHDN Denpasar]. Daftar koleksi itu ditempel di depan pintu rak kaca yang diletakkan di pojok timur laut ruang perpustakaan di lantai dua. Rak kaca itulah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan dua puluh delapan naskah lontar yang judulnya tertera pada daftar.

Judul lontar yang tertera pada daftar tersebut di antaranya: Brahmokta Widisastra, Sundari Bungkah Trus, Kusuma Dewa (Bebantenan), Tutur Bhamakertih, Wariga Palelubangan, Rsi Sambhina, Tattwa Budakecapi, Wargasari Hastapaka, Dewagama Dewa Dandha, Tatwa Japakala, Kuntiyadnya Nilacandra, Turun Bhatara Hanut Sasih, Dharma Pawayangan/ Sapuleger, Kakawin Siwa Budha, Prakempa Bhumi Jaya Kasunu, Wariga Krimping, Puja Sadretu, Sastra Yamapurana Tattwa, Gaguritan Bagus Diarsa, Wargasari Kyastapaka, Wariga Pakakalan, Kakawin Eka Dasa Siwa (Bhuta Tiga), Indik Matabuh Gentuh, Rare Angon, Sundari Bungkah, Usada Rare, Gaguritan Pitrayajnya, dan satu keropak lontar Putru yang isinya Putru Sangskara, Putru Pasaji, dan Putru Pajiwan-jiwan.

Ada beberapa naskah yang sempat saya periksa atas inisiatif pribadi. Pemeriksaan itu dilakukan dengan jalan melihat fisik lontar dan membaca bagian awal dan kolofon. Salah satu di antaranya adalah teks berjudul Wargasari Hastapaka. Naskah ini disimpan dalam sebuah keropak kayu dengan kode 08. Panjang naskah 35 cm, lebar 3,5 cm, dan jumlahnya sebanyak 32 lembar. Menurut keterangan dari daftar lontar, asal naskah adalah dari Amlapura. Saat diperiksa pada tanggal 4 Desember 2019, naskah ini masih dalam keadaan baik. Keropak diikat dengan menggunakan benang tiga warna dengan ‘hiasan’ bunga yang telah layu. Tidak ada keterangan yang tertulis perihal hiasan itu. Tapi saya seolah diberitahu oleh tradisi, bahwa hiasan serta tali itu diikatkan pada keropak menjelang rahinan Saraswati.

Masih terikatnya keropak 08 dengan benang tiga warna dan hiasan, menandakan belum ada yang membuka keropak sebelumnya. Jika benar dugaan tadi, maka ada jarak sekitar kurang lebih 200 hari keropak itu tidak dibuka. Kemungkinan lainnya, ada yang membuka keropak itu tapi mengikatnya lagi sebagaimana mula.

Dugaan itu langsung lenyap, saat keropak saya buka pada hari Rabu, tanggal 4 Desember 2019. Sebab tali pengikat naskah berwarna putih, telah dalam keadaan hancur. Tali pengikat itu tidak tertolong lagi. Itu artinya, sebelum dihias dengan benang tiga warna dan bunga, naskah tidak diperiksa terlebih dahulu. Atau tali pengikat itu hancur selama jarak waktu kurang dari enam bulan di tempat naskah itu disimpan dan dilindungi.

Seluruh lempir lontar dalam keadaan cukup baik, hanya saja aksara di dalamnya tidak dihitamkan dengan baik. Karena kurang hitamnya, aksara menjadi kurang jelas. Kurang jelasnya aksara, menyebabkan pembacaan sedikit sulit.

Keadaan naskah yang demikian bisa ditanggulangi dengan melakukan konservasi naskah. Konservasi untuk naskah itu cukup dengan menghitamkan ulang seluruh naskah dengan menggunakan biji kemiri yang sudah dibakar. Biji kemiri ini berfungsi agar celah-celah goresan aksara dapat terisi dan aksara tampak jelas. Untuk menjaga kelenturan naskah lontar, bisa dioles dan digosok dengan kain kasa yang sudah diisi alkohol 95 %. Sementara untuk menjaga agar naskah tidak dimakan oleh serangga, bisa memakai minyak sere. Alat-alat itu bisa didapat dengan mudah.

Bagian awal teks dari naskah 08 berbunyi; ‘iti wargga sari kyastapaka, purwakaning angripta rum ning wana ukir kahadang labuh <kartika> panedenging sari angayon tangguli ketur angringring jangga mure’ terjemahan bebasnya kira-kira begini ‘[ini Warga Sari Kyastapaka, pertamakali menggubah keindahan di hutan gunung saat masa Kartika bunga-bunga sedang mekar indahnya bunga Tangguli dililit bunga Jangga yang bermekaran]’.

Awal teks tersebut sama dengan Kidung Wargasari yang digunakan sebagai contoh dalam buku Penuntun Pelajaran Kakawin [1977] oleh I Gusti Bagus Sugriwa. Awal teks itu juga yang sering kali ditembangkan dalam upacara yajña. I Gusti Bagus Sugriwa memang menaruh perhatian besar terhadap naskah-naskah lontar. Hal ini dapat ditemukan dalam sari-sari pemikirannya perihal Agama Hindu Bali. Sejauh ini, hanya dua buku yang bisa saya dapatkan untuk mencermati pemikiran I Gusti Bagus Sugriwa. Buku pertama berjudul Karya Tercecer I Gusti Bagus Sugriwa, yang diterbitkan oleh Yayasan Dharma Sastra pada tahun 2008. Buku kedua berjudul Penyatuan Siwa-Buddha, Pemikiran I Gusti Bagus Sugriwa Tentang Agama Hindu Bali yang diterbitkan oleh Program Pasca Sarjana IHDN Denpasar tahun 2011. Buku kedua ini adalah hasil studi dari I Nyoman Rema.

Buku pertama berisi dua buah tulisan perihal Hari Raya Nyepi dan Siwa Buddha Binneka Tunggal Ika. Tulisan yang kedua, dimuat dalam majalah “Indonesia”, No. 12 Th. IV, Desember 1953. Lalu tulisan tersebut diterbitkan bersama dengan beberapa tulisan lain pada tahun 2002 dengan judul “Siwa Buddha Puja di Indonesia”.

Kedua buku ini saya kira bisa menjadi petunjuk penting dalam memahami pemikiran I Gusti Bagus Sugriwa. Belakangan ada beberapa buku karya I Gusti Bagus Sugriwa berhasil saya dapatkan. Di antaranya adalah Babad Pasek [1956] dan Penuntun Pelajaran Kakawin [1977]. Ada lagi buku terbitan berjudul Dwijendra Tattwa dan Sang Hyang Kamahayanikan. Beberapa buku serta tulisan itu membuktikan perhatian I Gusti Bagus Sugriwa terhadap kesusastraan, sejarah, bahasa, dan agama. Ada ‘pengakuan’ dari I Gusti Bagus Sugriwa yang bisa kita baca pada bagian pendahuluan dari buku Penuntun Pelajaran Kakawin [1977] sebagai berikut.

Sejak beberapa tahun yang lalu kami berusaha membuat/ memetik kitab-kitab kakawin yang berjilid-jilid, misalnya kakawin Bharata-yuddha 18 jilid, Sutasoma 22 jilid, Arjuna Wiwaha 8 jilid, Ramayana baru 24 jilid yang dicetak oleh Toko Buku Bali Mas Denpasar [Sugriwa, 1977: 5].

Bharatayuddha, Sutasoma, Arjuna Wiwaha dan Ramayana adalah beberapa kakawin yang lumbrah bisa ditemukan pada sekaa santi di seluruh Bali. Semua itu seolah menjadi bacaan wajib. Artinya, I Gusti Bagus Sugriwa adalah sosok yang memiliki perhatian khusus pada bidang kesusastraan Jawa Kuna dan Bali. Barangkali jika pada tahun 2020 ini IHDN Denpasar berubah nama menjadi Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, tentu dengan harapan akan berlanjutnya semangat I Gusti Bagus Sugriwa terhadap studi naskah dan teks Jawa Kuna maupun Bali Kuna. Kehadiran Universitas ini adalah pemantik bagi semua orang tanpa terkecuali, untuk kembali melihat sumber-sumber naskah lontar. Tidak hanya sekadar melihat, tapi membaca. Tidak hanya membaca tapi memahami. Sehingga tercipta perguruan tinggi yang menjadi pusat kajian Agama, Bahasa, Sastra, dan Aksara Bali.

Bila pada 4 Desember 2019 lalu, saya masih menemukan naskah lontar yang kondisinya tidak terlalu bagus. Barangkali pada tahun 2020 ini, lontar-lontar itu tidak sendirian lagi di sudut perpustakaan dengan ruangan khusus yang lebih layak. Bukankah lontar adalah linggih Saraswati? Bukankah Saraswati adalah salah satu Dewi? Membangun ruangan khusus lontar, saya kira sama mulianya dengan membangun satu buah Pura.

Saya bukan tipe manusia manggut-manggut yang mengucapkan selamat kepada almamater dengan pujian betumpuk-tumpuk lalu mempostingnya di media sosial. Saya adalah manusia yang dilahirkan oleh IHDN Denpasar dan diajarkan berpikir. Oleh sebab itu, hasil pemikiran yang mesti saya haturkan kepada kampus yang telah menjadi Ibu bagi saya. Maka tulisan ini saya dedikasikan kepada Ibu almamater agar menjadi lebih baik lagi, lebih layak lagi menjadi pusat studi. Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa bukan hanya nama, tapi bermakna. [T]


Sumber:

IHDN DENPASAR MENJADI UNIVERSITAS HINDU NEGERI YANG PERTAMA
Tags: I Gusti Bagus SugriwaIHDNlontarUniversitas Hindu Indonesia
Previous Post

Wartawan Kuliah di Fakultas Ekonomi, Ada yang Salah?

Next Post

Berbahagia di Hari Kasih Sayang Padahal Tak Punya Pacar? Gampang!

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
“Kamu kan Anak TI. Plis, Benerin Laptop Pacarku Dong!” – Uh, Sakitnya…

Berbahagia di Hari Kasih Sayang Padahal Tak Punya Pacar? Gampang!

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co