11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Latihan Teater yang Bisa Dilakukan di Hari Valentine

Wayan SumahardikabyWayan Sumahardika
February 13, 2020
inEsai
Festival Penonton, Penonton Festival
31
SHARES

Ini bulan sudah Februari. Bulan perayaan cinta. Yang dalam dunia muda-mudi dirayakan setiap tanggal 14 sebagai hari Valentine. Di hari Valentine inilah begitu banyak macam cinta bisa kita saksikan, mulai di jalanan, taman kota, kafe, hingga beranda facebook. Mengamati muda-mudi yang merayakan cinta di hari Valentine. seperti menonton teater dengan berjibun lakon romantis di dalamnya. Cerita boleh jadi berkisar tentang persiapan, pertemuan, atau perjalanan cinta dengan segala macam persoalan yang menyertai. Sedang tokoh utamanya, tentu saja adalah pasangan pemuda dan pemudi itu sendiri.

Bagaimana para pemuda dan pemudi menanti hari Valentine, barangkali akan sama kualitasnya seperti perasaan Sampek dan Engtay menanti hari perjanjian tiba untuk bertemu menjalin cinta. Melihat para pemuda yang lalu lalang sepanjang jalan, keluar masuk toko bunga, menggendong sebungkus besar kado boneka dan kotak coklat, seperti menyaksikan Romeo yang mabuk kepayang pada Juliet. Sementara membayangkan pemudi memilih pakaian yang pas, berkaca, menata dan merias diri menanti kekasihnya adalah membayangkan rasa gugup, kangen, dan haru Dewi Sita yang campur aduk menunggu datang jemputan Rama di Alengka.

Situasi-situasi tersebut, jika ingin dipertentangan, tentu akan banyak ditemukan perbedaannya. Namun jika ingin dicari kemungkinan dalam konteks pemanggungan teater, perasaan cinta yang bertebar di hari Valentine ini sesungguhnya dapat menjadi bahan belajar aktor dalam melatih kesadaran, khususnya tentang laku manusia sebagai makhluk yang senantiasa memiliki hasrat mencintai dan dicintai. Mengingat dalam lakon teater itu sendiri, sedikit banyak pasti menghadirkan cinta di dalamnya. Walau bukan sebagai tema utama, minimal menjadi pemanis cerita. Mulai dari cinta tak terbalas, cinta beda kelas, cinta segi tiga, cinta pura-pura, cinta eksistensialis dan berbagai jenis cinta lainnya.

Perihal adegan percintaan, Iswadi Pratama, sutradara Teater Satu Lampung sempat menunjukan bagaimana cara membangun impuls dalam diri aktor dengan menggunakan pendekatan akting Stanislavsky. Ceritanya kebetulan adalah dua orang kekasih yang akan berpisah. Diputarkan oleh Iswadi sebuah musik romantis kepada hadirin. Sementara kedua peserta lain yang berperan sebagai tokoh dibiarkan melakukan tindakan bebas sewajarnya. Pada menit selanjutnya, kedua aktor mulai diberi arahan yang runut dalam rangka membangun situasi adegan. Dengan pelan dan sabar, dituntunnya mereka untuk menghayati segala tindakan satu persatu untuk kemudian sampai pada adegan perpisahan.

Begitu berkesan latihan tersebut sampai kini. Bukan lantaran akting kedua aktor yang mengharu biru. Melainkan dalam workshop yang digelar di Kampus Padjajaran, Jawa Barat 2013 lalu itulah, untuk pertama kalinya benar-benar dibuat ngehakan pentingnya metode latihan pemeranan.  Pada sederet kasus, seringkali pertunjukan hanya menyoal konsep pemanggungan dan spektakel pentas. Sedang kerja-kerja mempersiapkan peran adalah urusan kesekian. Karena itu juga motif-motif tentang cinta yang notabene begitu sederhana sekalipun biasanya luput pula dibedah dan didiskusikan dalam dapur kelompok teater.

Pada pentas semacam ini, cinta cenderung diintrepretasi sebatas menerima dan menolak perasaan. Lebih-lebih segala tindakan yang dihadirkan adalah laku-laku klise. Apabila tokoh-tokohnya saling menerima, saling mencintai misalnya, laku yang dihadirkan umumnya ditandai dengan berpengangan tangan, berpelukan, sampai ciuman kening. Sementara pada adegan menolak cinta, biasanya akan ditunjukan dengan bloking pemain yang saling berjauhan, tatapan sinis tokoh yang menolak dengan melipat tangannya penuh keangkuhan. Semua seperti dibuat-dibuat. Palsu. Tak wajar.

Tak ada impuls dalam diri aktor. Tak ada muatan emosi yang membuat getar hati penonton. Bagaimana bisa membuat penonton bergetar? Jika dialog “aku cinta padamu” hanya dihafal lalu diucapkan sekadarnya. Bagaimana bisa menghidupkan panggung pertunjukan? Apabila buket bunga di genggaman aktor hanya disikapi sebagai properti pentas. Hal ini tentu berlainan ketika menyaksikan laku cinta muda-mudi di sekitar saat merayakan Valentine.

Sebelum dan sesampainya hari Valentine, debar cinta telah dipupuk sedikit demi sedikit. Dengan sabar sang pemuda sudah menyisihkan uangnya setiap hari untuk dibelikan bunga. Hemat makan, hemat minum, hemat rokok. Sembari menyisihkan uang, ia cari desain buket terbaik yang sekiranya mampu meluruhkan hati pujaannya.  Saat uang sudah terkumpul, pemuda itu mesti merelakan diri buat berdesakan, mengantri karena saking banyaknya pembeli di toko tersebut. Usai berdesakkan, ia tersendat-sendat di jalan yang macet oleh pasangan-pasangan lain. Pemuda itu terus saja melaju menuju rumah perempuan. Kian dekat menuju rumah, kian cepat detak jantungnya. Pada buket bunga inilah, ia endapkan sepenuhnya perasaan, harapan, dan cita-cita, hingga akhirnya sampai pada pernyataan cinta pada kekasih.

Dalam konteks ini, pernyataan cinta sang pemuda kepada kekasihnya tentu akan jauh kualitasnya jika dibanding dengan ungkapan cinta ala kadar dari seorang aktor dengan lawan mainnya. Tak ada motif yang lahir dari batinnya. Padahal, menurut Iswadi, motif memiliki peranan penting dalam menentukan sasaran kreatif peran. Tiga jenis sasaran yang dimaksud adalah sasaran mekanis, sasaran naluriah, dan sasaran psikologis. Ketiga sasaran ini menjadi salah satu hal penting yang mesti dipahami aktor dalam upaya menumbuhkan impuls dalam permainan.

Sasaran mekanis merupakan kebiasaan-kebiasaan yang lazim dilakukan sehari-hari tanpa adanya muatan motif tertentu. Contohnya ketika mengucapkan sayang sehari-hari pada kekasih. Tak ada cinta di dalamnya. Tak ada getar di ucapannya. Sebab sudah terlalu sering kita menggunakannya hingga menjadi kebiasaan sehari-hari. Sementara ketika mengucap sayang pada kekasih setelah lama kita tinggalkan bekerja di luar kota adalah salah satu contoh sasaran naluriah yang di dalamnya mengandung muatan psikologis berupa rasa gembira.

Pada sasaran psikologis lebih kompleks lagi, karena mengandung motif emosi yang lebih dalam dan muncul dari kesadaran. Sasaran psikologis misalnya terjadi ketika mengucap sayang untuk meminta maaf kepada kekasih setelah kemarin malam sempat kepergok selingkuh dengan perempuan lain.

Kendati telah dipilah dan diuraikan sedemikian rupa, ketiga jenis sasaran ini memang cukup sulit untuk dibedakan terlebih saat melakukan rutinitas sehari-hari. Sebab ketiganya saling berkelindan dan kerap muncul dalam waktu yang hampir berdekatan sehingga mesti dipilah dengan hati-hati dan penuh kesadaran. Maka di sinilah pentingnya hari Valentine, khususnya bagi para aktor yang kehilangan motif bagaimana caranya mengungkapkan rasa cintanya di atas panggung.

Merayakan Valentine bersama kekasih barangkali menjadi ruang belajar untuk mengenali jenis-jenis motif dan sasaran kreatif peran. Caranya? Segeralah kau luangkan diri mengunjungi toko bunga dan coklat. Pilih satu yang cocok untuk kekasihmu. Adakah debar cinta yang masih bergelora saat menyerahkannya pada kekasih? Yang hadir sebagai motif psikologis? Atau jangan-jangan bunga, coklat dan kata cinta yang terucapkan terasa kosong? Sama sekali tak mengandung muatan motif apapun? Jika benar demikian, belilah satu lagi buket bunga untuk diserahkan kepada mantan. Rasakanlah motif emosi yang memenuhi batinmu. Jika toh masih tetap tak terasa motif yang hadir, paling tidak kau akan merasakan pukulan tiba-tiba dari kekasih baru mantanmu.

Nah! Itulah yang disebut sebagai motif dan sasaran! Motif psikologis, dengan pukulan yang merupakan sasaran naluriah sebagai tanda amarah yang ditujukan kekasih sang mantan pada dirimu! Bangsat ci! Rayu ci tunang cang! [T]

Denpasar, 2020

Tags: Hari ValentineTeater
Previous Post

Mari Pelihara Babi Hitam Agar Kembali Jadi Tuan Rumah di Bali

Next Post

Wartawan Kuliah di Fakultas Ekonomi, Ada yang Salah?

Wayan Sumahardika

Wayan Sumahardika

Sutradara Teater Kalangan (dulu bernama Teater Tebu Tuh). Bergaul dan mengikuti proses menulis di Komunitas Mahima dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Pasca Sarjana Undiksha, Singaraja.

Next Post
Wartawan Kuliah di Fakultas Ekonomi, Ada yang Salah?

Wartawan Kuliah di Fakultas Ekonomi, Ada yang Salah?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co