Kemajuan pariwisata Nusa Penida (NP) menciptakan iklim bisnis yang kian bergairah dan kompetitif. Salah satunya ialah bisnis di bidang jasa transportasi laut yaitu fast boat (perahu cepat). Kian hari, eksistensinya semakin bertambah signifikan. Hal ini bisa dibuktikan secara kasat mata dari kroditnya arus lintas di Selat Badung per harinya, dan jumlah fisik fast boat yang parkir di tiap pelabuhan di NP.
Menurut Kasi Perkapalan Bidang Pelayaran Dinas Perhubungan (Dishub) Klungkung, Komang Sudirta, per tahun 2018 jumlah boat penyeberangan Klungkung daratan-Nusa Penida tercatat sebanyak 10 boat (tahun 2004, jumlahnya hanya dua unit). Sedangkan, penyeberangan Sanur (Denpasar)-Nusa Penida mencapai 28 boat (www.nusabali.com).
Data tersebut tentu terus mengalami peningkatan. Pasalnya, jumlah kunjungan wisatawan ke NP mencapai ratusan ribu per harinya. Jumlah ini tentu harus diimbangi dengan keberadaan kuantitas boat. Kalau tidak, kelancaran arus kunjungan ke NP akan mengalami kendala. Sebab, NP tidak memiliki layanan transportasi alternatif, misalnya transportasi udara.
Artinya, bisnis fast boat (FB) memang sangat menjanjikan di NP. Hal ini mengingat NP merupakan daerah kepulauan. Sementara, FB adalah satu-satunya transportasi yang sangat difavoritkan baik oleh tamu lokal maupun mancanegara saat ini. Selain karena faktor harga yang terjangkau, waktu tempuhnya pun relatif sangat singkat. Tidak hanya itu, servis dan kenyamanan penumpang juga terus mengalami optimalisasi dari pihak perusahaan.
Karena itulah, sejak maraknya FB keberadaan transportasi tradisional (seperti jukung penumpang bermesin) kian terpinggirkan. Pelan tapi pasti, satu per satu jukung tradisional lenyap dari peredaran. Di samping lambat, servisnya juga kurang optimal. Daya tempuhnya dari Nusa Penida-Sanur kurang lebih 2,5 jam (dengan FB hanya 40 menit). Sedangkan, dari NP ke Klungkung daratan kurang lebih 1,5 jam, hampir sama dengan daya tempuh kapal roro Nusa Jaya Abadi (FB 20 menit). Selain itu, jukung-jukung tradisional hanya melayani satu kali trip (PP) dalam sehari. Sementara, FB rata-rata tiga kali trip sehari.
Jukung tradisional juga tak memiliki ponton sehingga penumpang harus basah-basahan ketika turun dari atau naik ke jukung, terutama saat air laut pasang. Sementara, perusahaan FB rata-rata memiliki ponton (entah join atau mandiri), yang jauh lebih aman bagi para penumpang. Servis bongkar barang para penumpang pun kena biaya tersendiri pada jukung tradisional, sedangkan pada FP sudah include ke dalam tiket penumpang.
Dari segi waktu, perusahaan FB sangatlah on time. Pemberangkatan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, meski dengan penumpang sedikit atau tanpa penumpang. Berbeda dengan jukung tradisional, biasanya kurang tepat waktu karena lebih mengutamakan kapasitas penumpang.
Dengan mesin automatis, kapten boat yang dilengkapi alat komunikasi canggih seperti GPS dan pendeteksi kedalaman air, jaket pelampung, dan kursi penumpang yang empuk menjadikan FB sebagai transportasi yang paling dicari oleh penumpang (wisatawan) termasuk penumpang lokal, masyarakat NP. Karena itulah, dari 4 titik pelabuhan yang di ada di NP, semuanya mengandalkan moda laut FB.
Pelabuhan Toya Pakeh mengandalkan Crown Fast Boat Cruises, Semabu Hill dan lain sebagainya. Pelabuhan Dermaga Nyuh dibedakan menjadi dua tempat yaitu Dermaga Sebelanga Banjar Nyuh yang dikuasai oleh perusahaan boat Maruti Express dan Dermaga Banjar Nyuh dihuni oleh Gogun Express, Angle Billabong, dan Dwi Manunggal. Sementara, pelabuhan Buyuk didominasi oleh Caspla Fast Boat, Gangga Express, dan lain sebagainya.
Pelabuhan keempat yaitu Dermaga Mentigi (Sampalan). Pelabuhan ini didominasi oleh perusahaan Gangga Express, ditambah Mola-Mola, Idola, dan Sekarjaya. Gangga Express dan Sekarjaya merupakan dua perusahaan boat di NP yang melayani penyeberangan ke Klungkung daratan. Sisanya, menghubungkan NP ke Sanur (atau sebaliknya).
Para pelaku pariwisata NP mengelompokkan empat pelabuhan ini ke dalam 2 sasaran trip berwisata. Pelabuhan Toya Pakeh dan Dermaga Banjar Nyuh merupakan pilihan berlabuh bagi yang ingin berwisata di wilayah NP bagian barat (trip barat). Sasaran objeknya seperti Angel’s Billabong, Kelingking Beach, Broken Beach, Budha Temple, Wall Point, Crystal Bay dan lain sebagainya.
Sementara itu, pelabuhan Buyuk dan Mentigi (Sampalan) menjadi pilihan bagi yang ingin mengambil trip timur NP, misalnya Rumah Pohon Molenteng, pura Goa Giri Putri, Pantai Atuh, Pantai Suwehan, Bukit Teletubbies dan lain sebagainya.
FB dan Paket Half/One Day Trip
Maraknya bisnis FB sangat memudahkan wisatawan menyeberang ke Pulau NP. Kemudahan ini dipengaruhi oleh jumlah perusahaan FB yang memadai. Belum lagi, didukung oleh jumlah kepemilikan boat dan jadwal trip rata-rata 3 kali, dengan waktu yang bervariasi antara boat satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, wisatawan dapat menyeberang setiap saat sesuai jadwal pemberangkatan perusahaan FB tertentu.
Kondisi tersebut menguntungkan para wisatawan yang ingin berwisata ke NP hanya dengan waktu setengah hari (half day trip) atau sehari (one day trip). Sistem half/one day trip ini meringankan biaya para wisatawan, karena tidak perlu menginap di NP. Artinya, mereka tidak memikirkan biaya akomodasi penginapan.
Biasanya paket half/one day trip hitungannya sudah termasuk tiket FB pulang-pergi (PP). Harganya bervariasi antara travel agent satu dengan yang lainnya. Pedoman harganya tergantung dari jumlah lokasi, jumlah rombongan, fasilitas yang didapat wisatawan dan lain sebagainya.
Selain pengunjung, paket half/one day ini menguntungkan berbagai pihak, misalnya travel agent, sopir, guide, pemilik kendaraan, perusahaan kuliner dan guide lokal.
Pemandangan paket half/one day trip ini tampak hampir setiap hari mulai pukul 08.00-an. Jangan heran jika jam-jam ini jalanan akan dipenuhi dengan barisan kendaraan yang hendak menjemput para wisatawan di titik-titik pelabuhan yang ada di NP. Sopir dengan berbagai karakter turun ke jalanan seperti barisan konvoi. Dari yang rengas,dengang, lembut, mahir, setengah mahir, hingga kurang mahir berlomba-lomba turun ke jalan.
Ketika jam-jam penjemputan itulah, jalanan seolah-olah menjadi milik para sopir pemburu dollar tersebut. Para pengguna kendaraan yang lain dan pejalan kaki, mau tidak mau harus mengalah. Minggir seminggir-minggirnya dari jalan raya.
Waktu adalah salah satu alasan bagi para sopir untuk menancap gas sekencang-kencangnya dan sering mengambil lebih bagian jalan, karena rata-rata pukul 15.30 para sopir harus kembali ke titik pelabuhan.
Paket half/one day trip ini menguntungkan perusahaan FB karena lalu lintas penyeberangan menjadi ramai dari atau ke NP-Bali daratan. Tanpa paket tersebut, intensitas penyeberangan tentu menjadi berkurang.
Di sisi lain, paket half/one day trip ini berdampak kurang baik bagi perusahaan akomodasi penginapan di NP. Jika paket half/one day ini menjadi tren, tentu akan mengurangi jumlah wisatawan yang akan menginap di Pulau NP. Hal ini akan berdampak kurang baik bagi perusahaan akomodasi penginapan. Jangan sampai tingkat kunjungan membludak, tetapi tingkat hunian penginapan di NP malah lenggang. Jadi lucu, kan?
Dalam konteks inilah, penting adanya pertemuan dan diskusi antara pihak pengusaha FB, travel agent, pengusaha akomodasi penginapan, dan pihak-pihak terkait lainnya. Mereka sepatutnya duduk bersama-sama untuk mencari solusi (jalan tengah) agar semua pihak dapat menikmati pariwisata secara proposional.
Sebisa mungkin pihak satu tidak terlalu merugikan pihak lain. Sebaliknya, semua pihak sepatutnya saling mendukung, saling bekerja sama dan bergandengan tangan demi pariwisata NP yang berkesinambungan. [T]