31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tiga Tradisi Hitungan untuk Menghitung Datangnya Hujan di Bali

Wayan PaingbyWayan Paing
December 2, 2019
inEsai
Tiga Tradisi Hitungan untuk Menghitung Datangnya Hujan di Bali

Foto ilustrasi Mursal Buyung

41
SHARES

Bulan Oktober sampai dengan bulan April, dalam pelajaran di sekolah belasan tahun lalu, disebutkan sebagai musim penghujan untuk wilayah Indonesia. Sedangkan bulan April sampai Oktober adalah musim sebaliknya: musim hujan. Indonesia memang hanya memiliki dua musim.

Perhitungan bagi masyarakat petani di Bali, tidak kalah elegannya. Sasih kapat, atau bulan keempat dalam perhitungan perjalanan bulan penuh (purnama) ditempatkan sebagai puncaknya musim kemarau. Sasih itu selalu beriringan dengan bulan Oktober. Pada sasih itu, pohon-pohon bambu banyak yang kering. Suaranya tak henti-hentinya menghiasi suasana. Bukan hanya bambu-bambu yang ada di tempatnya tumbuh mengeluarkan suara ketika terbelah. Bambu-bambu yang dipasang sebagai bangunan pun mengalami hal yang sama: mengeluarkan suara tak, tek, tok, taak!

Purnama sasih kapat adalah pertanda awal, sebentar lagi akan turun hujan. Setidaknya, lima belas hari lagi, saat bulan mati (tilem), hujan pertama akan turun. Persiapan di ladang-ladang petani sudah memasuki fase akhir. Fase dimana tanah-tanah tegalan yang mengandalkan air tadah hujan, sudah selesai dibongkar atau dibajak. Selain dibajak, ditaburi pupuk-pupuk kandang. Saat hujan pertama datang, tanah tersebut akan dibajak lagi atau bisa juga dicangkul, agar tanah dan pupuk kandang menyatu dan menyuburkan tanaman palawija yang akan mereka tanam.

Sampai penulis SMA, tahun 2000an, pelajaran yang diperoleh waktu di bangku sekolah dasar mengenai pergantian musim hujan dan musim kemarau berdasarkan perhitungan kalender tersebut, masih sangat relevan. Jarang sekali meleset. Kalaupun meleset, dampaknya tidak begitu terasa. Mata-mata air yang tumbuh di lereng-lereng bukit tempat tinggal penulis, tidak semuanya mati. Masih ada tempat-tempat yang selalu menyediakan sumber air sepanjang tahun. Penduduk dan hewan peliharaan tidak pernah sampai kekurangan air.

Begitu juga, perhitungan sasih sebagai kalender pertanian tradisional, masih dipegang teguh sebagai suatu tradisi yang tidak pernah menggagalkan hasil palawija yang ditanamnya.

Tapi, kondisi tersebut mulai berubah belasan tahun terakhir. Musim seolah tidak konsisten dan tidak bisa ditebak dengan baik. Hal ini sangat berimbas bagi petani-petani yang memakai perhitungan tradisional di atas. Hasil pertanian jadi tidak menentu. Menanam jagung dan palawija lainnya di ladang-ladang di lereng perbukitan, seolah menjadi rutinitas belaka. Tidak ada harapan pasti akan hasil tanam yang mereka lakukan. Hal ini diperparah dengan kebiasaan menanam dengan sepenuhnya mengandalkan alam. Tanpa pengaturan pemupukan dan pengairan. Mereka seolah sangat sulit meninggalkan kebiasaan yang mereka terima secara turun temurun.

Berbagai inovasi dan perkembangan pola tanam yang berkembang, tidak mampu menggugah pola pikir mereka. Adanya badan perkiraan cuaca yang memberi gambaran dan perkiraan akan turunnya hujan dan mulainya kemarau, tidak sepenuhnya mampu diaplikasikan dalam kegiatan pertanian yang mereka tekuni.

Imbas lainnya, para petani mulai tidak lagi melakukan aktivitas pertanian yang mereka warisi tersebut. Tanah-tanah dibiarkan kosong dan difungsikan sebagai lahan untuk mencari pakan ternak. Lahan-lahan tersebut akhirnya berkurang drastis produktifitasnya. Dibiarkan begitu saja tanpa perawatan dan mulai mengalihkan pekerjaannya menjadi buruh lepas atau pergi ke kota untuk berbagai pekerjaan yang dianggap lebih meyakinkan.

Namun, ada hal unik yang terjadi ketika menanti musim hujan yang belum tiba. Ada dua perhitungan pokok yang masih melekat di benak masyarakat, terutama para tetua yang ada di sekitar penulis. Saat musim hujan belum datang setelah bulan mati (tilem) sasih kapat, mereka akan mengatakan hujan akan datang setelah bulan purnama. Dan jika pada bulan purnama belum juga hujan, maka hujan diperkirakan akan datang di tilem sasih berikutnya, begitu seterusnya.

Ada suatu keyakinan, bila hujan mulai pada saat tilem, harapan baik akan hasil ladang. Bulan mati, lama kelamaan akan semakin besar sampai pada puncaknya bulan purnama. Itu menandakan hasil yang akan diperoleh akan semakin besar pula. Setidaknya lebih besar dari hasil tahun sebelumnya.

Apabila hujan mulai pada bulan purnama, perhitungannya bukan kebalikan dari jika hujan mulai pada bulan mati. Dipercaya, jika hujan dimulai pada bulan purnama, segala rintangan dan hama yang menyerang tanaman mereka akan semakin berkurang. Dari bulan purnama menuju bulan mati, bulan menyusut dan akan benar-benar hilang saat bulan mati. Itu pertanda, hama dan hambatan dalam mengerjakan pertanian, akan terkikis dan habis. Hasil pertanian tidak akan mengecewakan.

Di sela-sela dua perhitungan tersebut, ada perhitungan lain, yang banyak dipercaya, bukan hanya bagi petani, tapi juga beberapa kalangan. Jika hujan yang diharapkan tidak datang pada hari Senin, maka dalam minggu itu tidak akan turun hujan. Begitu sebaliknya, jika Hujan turun pada hari Senin, maka selama satu minggu itu, hujan akan terus turun.

Entahlah, perhitungan-perhitungan tersebut belum pernah ditemukan dalam sebuah referensi (mungkin karena jarangnya membaca referensi). Tapi, musim kemarau tahun ini yang panjang, membuat penantian akan turunnya hujan mengarah pada tiga perhitungan tersebut. Entah benar, entah tidak perhitungan tersebut, turunnya musim hujan untuk saat ini, benar-benar menjadi penantian banyak orang. [T]

Tags: balihujanmusim hujan
Previous Post

Memerdekakan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

Next Post

Biar Telat Asal Ideal – [Catatan Wisuda Gita Wiastra, Suami Tercinta]

Wayan Paing

Wayan Paing

Lahir di Gulinten, 6 April 1983. Menjadi guru di Ababi, Abang, Karangasem. Saat mahasiswa suka sastra dan teater yang kini ingin ditekuninya kembali

Next Post
Biar Telat Asal Ideal – [Catatan Wisuda Gita Wiastra, Suami Tercinta]

Biar Telat Asal Ideal – [Catatan Wisuda Gita Wiastra, Suami Tercinta]

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co